Mohon tunggu...
FERA PANIE
FERA PANIE Mohon Tunggu... Guru - Teacher in the village

My God is bigger than my problem

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teluk Aman Lai Lona Ma Hak Aman Nepe Dae

8 Agustus 2021   23:12 Diperbarui: 8 Agustus 2021   23:32 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman dahulu kala, ada dua penguasa. Mereka bernama Teluk Aman Lailona dan yang seorang lagi bernama Hak Aman Nepe Dae.

Teluk Aman Lailona adalah penguasa langit. Dia punya kuasa yang sangat besar dan apapun yang Ia kehendaki pasti terjadi. Dia seorang yang tinggi besar dan Dia tinggal dilangit. Dan Ia biasa dipanggil Tuhan. Sedangkan Hak Aman Nepe Dae hanyalah orang kecil. Dia harus bekerja mencucurkan keringat barulah dapat makan. Dia tinggal dan menetap dibumi.

Pada suatu waktu, berkatalah Teluk Aman Lailona kepada Hak Aman Nepe Dae :

" Aku akan memberikan kepadamu cahaya matahari dan hujan yang cukup, agar engkau dapat mengolah tanah yang dibumi, engkau dapat bercocoktanam sepuasnya agar daripadanya engkau tidak akan berkekurangan makanan, engkau dapat hidup darinya."

Mendengar akan perkataan Teluk Aman Lailona maka mulailah Hak Aman Nepe Dae mulai bekerja. Disaat musim panas atau kemarau maka ia mulai mengiris pohon lontar dan membersihkan hutan belukar menjadi kebun. Dan pada saat musim hujan, ia mulai menanam jagung, sorgum, padi serta berbagai jenis kacang-kacangan. Ia tidak pernah beristirahat dalam setiap musimnya. Ia selalu berada dikebun dan disawah.

Karena kerajinan dan ketekunan dari Hak Aman Nepe Dae dalam bekerja, maka apabila tiba waktu panen, ia sangat bergembira karena mendapatkan hasil yang sangat banyak. Ia menimbun banyak sekali bahan makanan. Ia menjadi orang yang kaya raya dibumi waktu itu. Ia menjadi penguasa bumi karena bahan makanannya yang begitu banyak tertimbun tidak terhitung.

Pada suatu hari, teringatlah Teluk Aman Lailona akan sahabatnya  Hak Aman Nepe Dae. Ia lalu datang mengunjungi sahabatnya dibumi. Setelah sampai dirumah Hak Aman Nepe Dae, betapa terkejutnya Teluk Aman Lailona melihat harta kekayaan Hak Aman Nepe Dae yang begitu melimpah. Rumahnya penuh sesak dengan gula air, sokal-sokal yang berisi padi, jagung dan kacang-kacangan. Kandang-kandang yang penuh dengan sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi serta segala jenis ternak.

Lalu bertanyalah Teluk Aman Lailona kepada Hak Aman Nepe Dae:

" Dari mana kamu memperoleh semua harta kekayaan ini?"

Lalu berkatalah  Hak Aman Nepe Dae dengan bangganya : " Semua yang aku miliki saat ini adalah hasil keringatku sendiri. Aku bekerja dengan begitu kerasnya untuk mendapatkan semua ini. Dan tiba-tiba kamu datang menanyakan dari mana aku memperoleh semua ini?"

Dan bertanya pulalah Teluk Aman Lailona : " ketika kamu mendapatkan semua ini, apakah kamu memperhatikan janda-janda dan anak yatim piatu atau tidak?"

Maka Hak Aman Nepe Dae menjawab dengan jengkelnya : "Enak saja, aku yang bekerja banting tulang, tak kenal panas terik membakar kulit, tak kenal hujan membasahi badan dari pagi hingga matahari terbenam. Sekujur tubuhku dibasahi keringat untuk mengolah tanah. Aku yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan semua ini, kemudian dengan gampangnya aku harus membagi kepada mereka? Aku tidak akan membagi hasil bumiku kepada siapapun juga."

Lalu Teluk Aman Lailona berkata kepada Hak Aman Nepe Dae : " Baiklah, karena selama ini kamu berpikir bahwa hanya dengan kekuatan dan kehebatan kamu dalam bekerja sehingga kamu mendapatkan semua ini, dan bahwa kamu tidak mau memperhatikan janda-janda dan anak yatim piatu, maka lihat saja nanti apa yang akan terjadi." Setelah berkata demikian, maka pulanglah Teluk Aman Lailona kelangit.

Mulai saat itu, hujan tidak lagi turun kebumi. Terjadi kemarau yang panjang dibumi.  Apapun yang dikerjakan oleh Hak Aman Nepe Dae selalu tidak ada hasilnya. Dengan sekuat tenaga Hak Aman Nepe Dae iris pohon lontar, panjat dari satu pohon ke pohon lainnya tapi tidak menghasilkan nira untuk dimasak menjadi gula air. Kebun-kebun tidak menghasilkan lagi karena kekeringan yang sangat panjang. Sawah -- sawah tidak bisa diolah karena kering. Hewan-hewan menjadi mati kelaparan karena tidak ada rumput yang bisa dimakan. Semakin hari bahan makanan yang telah ditimbun tahun-tahun sebelumnya menjadi berkurang. Karena tidak ada bahan makanan baru yang bisa dipanen.

Setelah tujuh tahun berjalan maka habislah bahan makanan dan minuman yang sudah dikumpulkan Hak Aman Nepe Dae. Semua hewan-hewan piaraannya mati tidak ada seekorpun yang tersisa. Semua harta kekayaannya habis. Hak Aman Nepe Dae kemudian jatuh sakit. Ia tidak bisa lagi bangun dari tempat tidurnya.   

Beberapa waktu kemudian, teringatlah Hak Aman Nepe Dae akan penguasa lagit Teluk Aman Lailona. Ia lalu berseru-seru dan memanggil-manggil nama Teluk Aman Lailona. Ia memohon belas kasihan dari Teluk Aman Lailona.

Pada suatu hari, datanglah Teluk Aman Lailona mengunjungi   Hak Aman Nepe Dae. Setelah sampai dirumahnya maka bertanyalah Teluk Aman Lailona :

" Saudaraku, bagaimana kabarmu?, sudah lama saya tidak datang mengunjungimu. Apakah kamu baik-baik saja?"

Lalu jawablah Hak Aman Nepe Dae :

" O Tuhan, aku sedang sakit dan juga kelaparan. Sudah tujuh tahun hujan tidak turun kebumi. Semua tumbuh-tumbuhan mati kekeringan dan semua ternak mati kelaparan. Kelaparan benar-benar melanda bumi."

Lalu jawab Teluk Aman Laiolona :

" Untuk itu sahabatku, janganlah engkau sombong dengan semua yang engkau miliki. Kamu terlalu membanggakan kekutan dan kehebatanmu didalam bekerja. Padahal sesungguhnya semua yang kamu dapatkan itu berasal dari aku. Karena itu kamu harus ingat baik-baik, bahwa apapun yang kamu dapatkan, jangan lupa memperhatikan janda-janda dan anak-anak yatim piatu. Karena disaat kamu tidak pedulikan mereka, maka akupun tidak mempedulikan kamu. Apabila kamu membuang mereka, maka akupun membuang kamu. Kalau kamu menyayangi mereka, maka akupun menyayangi kamu. "

Mendengar akan hal itu, maka menangislah Hak Aman Nepe Dae dengan tersedu-sedu dan dengan terbata-bata ia berkata kepada Teluk Aman Lailona :

" Mohon ampun Tuhan-ku, janganlah sekiranya Tuhan-ku menghukum aku seperti ini lagi. Aku berjanji akan mengingat dan melaksanakan semua yang sudah Tuhan sampaikan kepadaku. Asalkan Tuhan-ku  menurunkan kembali hujan kebumi, agar supaya aku bisa mengolah kembali tanah dan mengusahakan kembali ternak-ternak. Agar supaya makanan dan minuman kembali memenuhi bumi, sehingga daripadanya kami dibumi dapat hidup dan kami akan memberikan persembahan kepada-Mu sebagai wujud sukacita kami . "

Maka kembalilah Teluk Aman Lailona kelangit dan tiba-tiba Ia mengirimkan hujan. Lalu  Hak Aman Nepe Dae dengan gembiranya mulai mengolah tanah. Sawah dan ladang dipenuhi dengan beraneka ragam tumbuhan. Baik yang berumur panjang maupun berumur pendek. Ia kembali bekerja disawah, diladang, mengiris pohon lontar untuk menghasilkan nira dan gula air, juga ternak-ternak mulai bertambah banyak. Hak Aman Nepe Dae mulai kembali hidup makmur, akan tetapi ia sudah tidak lagi menjadi orang sombong, melainkan ia mulai memperhatikan para janda, anak-anak yatim serta orang-orang yang berkekurangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun