Di salah satu sisi, Abah sangat mendukung prestasi dan sangat bangga dengan prestasi anak-anaknya. Namun, di sisi lain beliau selalu berpesan untuk menjauhi sifat dan sikap sombong. Beliau tidak menyukai orang yang sombong, apalagi jika yang disombongkan adalah hal-hal duniawi seperti harta dan jabatan. Abah selalu mengingatkan kami tentang fananya dunia. "Saya sudah mengalami semua, Nak. Bagaimana rasanya berada di puncak, dan sudah pernah pula bagaimana terpuruk."
Pelajaran Penting dari Abah
Sikap welas asih kepada semua makhluk. Abah mengajarkan kepada kami untuk tidak menyakiti satu makhluk pun. Bagi beliau, seluruh alam ini adalah ciptaan Allah yang selalu berdzikir pada-Nya.Â
Maka tak heran jika memperlakukan tanaman pun beliau sangat hati-hati. Ketika memetik cabe, kita diharuskan memakai gunting. Beliau sangat mewanti-wanti agar jangan asal petik, apalagi sampai mematahkan ranting-rantingnya. Saya sendiri menyaksikan bahwa buah-buahan yang dirawat Abah memberikan buah yang berlimpah, berkah dari perlakuan yang baik tadi.
Mengajak tadabbur dan berpikir kebesaran Allah, dan merenungkan betapa diri ini sangat lemah dan kecil. Dengan demikian, tidak patut manusia untuk bersikap sombong. Seringkali ketika mengobrol, Abah mengajak kami untuk memandang alam sekitar. Melihat cabe yang mulai memerah, beliau melontarkan sebuah bahan renungan.Â
"Lihatlah cabe yang mulai merah itu, padahal kemarin masih hijau. Dimana Allah menyimpan zat pewarnanya? Â Sanggupkah kita mewarnai benda sekecil itu dari dalam? Lihat kelapa itu! Â Siapa yang mengisinya dengan air tanpa membuat lubang di tempurungnya?" Banyak lagi renungan semacam itu.
Jangan mengungkit pemberian. Untuk urusan ini, Abah sangat mewanti-wanti dengan keras. Dalam memberi, hendaknya seperti orang buang air besar. Jangan pikirkan lagi yang kamu keluarkan itu jadi apa dan sekarang bentuknya bagaimana. Ketika kita membantu seseorang, itu bukan karena kekuatan kita. Itu adalah titipan dari Allah, ya memang rezeki orang itu yang dititipkan melalui kita.
Sebaliknya, ketika mendapatkan kebaikan dari orang lain, jangan sekali-kali lupakan jasanya. Kami sering diberi nasihat, "Ingat ke Bibi itu, dia dulu sering antar makanan untuk kita. Ingat ke paman yang itu, dulu kalian dibelikan baju oleh dia," Â dan masih banyak pesan serupa.
"Lihatlah cabe yang mulai merah itu, padahal kemarin masih hijau. Dimana Allah menyimpan zat pewarnanya? Â Sanggupkah kita mewarnai benda sekecil itu dari dalam? Lihat kelapa itu! Â Siapa yang mengisinya dengan air tanpa membuat lubang di tempurungnya?"
Demikian beberapa kisah singkat mengenai Abah dalam kebersamaan saya selama sekitar lima tahun, dari tahun 2004 hingga beliau wafat pada tahun 2009. Semoga segala hikmah yang Abah Ahdie ajarkan menjadi ilmu nafi' yang terus menjadi teladan bagi anak-anak dan cucu-cicit di masa mendatang, dan menjadi sumber pahala jariyah untuk beliau. Aamiin.
Bangkalan, 20 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H