Warning! Tulisan ini dibuat atas pandangan pribadi penulis.
Ini hanya sedikit tulisan untuk mewakili huru-hara permasalahan gas melon 3 kg yang mulai langka di gerai-gerai toko dekat rumah. Gas melon tabung 3 kg tampaknya saat ini mulai menjadi kebutuhan primer masyarakat ekonomi kelas menengah-bawah di Indonesia, sama pentingnya seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan karena ketersediaannya sangat berkaitan erat dengan kebutuhan pangan orang-orang yakni memasak untuk mengganjal perut yang kelaparan.
Kemudian beberapa bulan ke belakang, mulai terjadi pengurangan sedikit demi sedikit ketersediaan tabung gas melon 3 kg ini, seperti ada yang salah dengan distribusinya atau memang disengaja?
Dan benar saja, beberapa minggu ke belakang, gerai-gerai toko kelontong yang biasanya memiliki stok gas melon melimpah ruah, tiba-tiba saja hanya menyisakan tabung hijau yang tidak bersegel alias tidak berisi gas sebagai bahan bakar kompor di rumah agar menyala.Â
Kelangkaan ini tentunya bukan kelangkaan yang parah hingga masyarakat sampai harus beralih menggunakan tungku kayu dan api unggun seperti manusia pada zaman purbakala, tetapi lebih membuat kebingungan secara sosial atas alasan apa yang melatarbelakangi pengurangan supply tabung gas melon 3 kg ini.
Seperti teman-teman pembaca tahu, bahwasanya tabung berbentuk melon yang sangat hijau itu bertuliskan untuk masyarakat miskin, maka memang sudah sepatutnya penggunaan tabung gas berbentuk melon seberat 3 kg ini merupakan subsidi atau bantuan dari pemerintah untuk orang-orang dengan ekonomi kelas bawah.Â
Namun kenyataannya, subsidi ini mulai mengalami ketidaksesuaian antara tujuan dengan sasarannya sehingga pemerintah mulai membuat kebijakan demikian.Â
Lalu, bagaimanakah dampaknya kepada masyarakat? Benarkah demikian kebijakan ini dibuat sehingga memberikan kemaslahatan bersama bagi masyarakat?
Di daerah penulis sendiri meskipun sudah terjadi pengurangan supply tabung gas melon ini, sepertinya demand dari masyarakat untuk tetap terus mengonsumsi produk tabung gas melon ini masih belum reda.Â
Pemerintah memberikan kebijakan pengurangan atas ketersediaan gas tabung itu, tetapi juga memberikan program untuk membantu masyarakat tetap mendapatkan tabung gas melon 3 kg ini.Â
Ada beberapa titik daerah yang dilakukan penjualan tabung gas melon 3 kg dengan pembatasan kuota dan dengan waktu yang berbeda-beda sesuai jadwalnya.Â
Namun sepenglihatan penulis, pembelinya tetap saja masih tak sesuai sasaran dan tetap diberikan juga kepada pembeli yang manapun dengan jatah satu ktp untuk satu kk mendapat satu tabung gas 3 kg.
Kemudian, pemerintah daerah juga mengeluarkan surat edaran bahwasanya tabung gas ini hanya untuk masyarakat ekonomi kelas bawah, tetapi begitu saja langsung memaksakan instruksi dengan pengurangan yang disengaja. Tentunya kebijakan ini membuat panik sementara pada masyarakat.Â
Menurut penulis, apabila memang gas tabung melon 3 kg ini pemerintah benar-benar ingin mengatur siasat agar sesuai sasaran, mengapa tidak melakukan pendataan kepada orang-orang yang sesuai dengan kriteria ini kemudian hanya menjualnya kepada sasarannya saja dan tetap memberikan alternatif distribusi penjualan tabung gas lainnya yang non-subsidi kepada masyarakat yang bukan termasuk sasarannya sehingga semua aman, tidak dirasa sebagai sebuah kelangkaan.
Begitu banyak komentar dan cuitan-cuitan masyarakat atas terjadinya kelangkaan ini, ada yang merasa ini akal-akalan pemerintah, perpolitikan katanya, ada juga yang menyatakan mungkin saja semua ini terjadi karena dorongan untuk masyarakat kemudian berganti menggunakan kompor listrik, dan bahkan cuitan lainnya yang tidak bisa dijelaskan satu per-satu.Â
Sejak awal, distribusi dari tabung gas melon 3 kg ini memang sudah tidak tepat, didistribusikan secara bebas tanpa hambatan agar semua pihak bisa menikmati, kemudian ketika konsumennya mulai membludak dan kecanduan, pemerintah mulai bingung akan kesesuaian arah tujuan dan sasaran atas hadirnya tabung gas melon yang mungil itu karena anggaran subsidinya juga mulai membengkak.
Suatu kebijakan memang tidak bisa memuaskan semua pihak, tetapi akan selalu ada kebijakan yang dapat membantu semua orang tanpa membuat sebagian orang menjadi merasa dirugikan.Â
Entah bagaimana kelanjutan kebijakan tabung gas melon 3 kg ini akan berjalan ke depannya, karena nyatanya bensin pertalite yang beberapa waktu lalu juga sempat sulit karena merupakan produk subsidi, masih terus tersedia dan terus berlanjut dikonsumsi hingga kini oleh masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H