Nama kedua pun menyusul, Kompasianer dari Ambon, dipersilahkan maju dan menyampaikan unek-unek ke Presiden. Setelah selesai, Mas Isjet pun memanggil nama ketiga untuk maju.
Siapa yang mengira kalau nama itu adalah saya? Saya pun tidak berfikir sama sekali bakalan mendapatkan kesempatan langka ini.
“Berikutnya, akan saya panggil Kompasianer dari Hong Kong. Namanya Fera Nuraini, Pak. Baru saja pulang dari Hong Kong dan bekerja sebagai buruh migran. Silahkan maju, mbak.”
Jangan tanya bagaimana perasaan saya waktu nama saya disebut, langsung gemetar, kaget, gak nyangka Mas Isjet bakalan mencacat nama saya. Tapi saya percaya kalau semua ini sudah ada dalam skenario-Nya.
Saat jalan ke depan sekitar lima langkah dengan tepukan tangan para Kompasianer dan sempat memandang mas Arif Lukman yang ngasih jempol sambil tresenyum lebar, mata ini sudah hampir basah, begitu mendekat mic dan mengucap salam dengan suara bergetar, mata ini beneran basah.
“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak buat Mas Is yang sudah memberi kesempatan ke saya, dan terima kasih buat teman-teman semua. Perkenalkan, Pak, saya mantan buruh migran, sudah 3 Minggu, sebelumnya saya bekerja di Hong Kong selama 10 tahun.” Saya tidak tahu raut muka saya seperti apa saat itu, setelah mulai bisa mengendalikan perasaan, saya meneruskan dengan kalimat selanjutnya.
Saya mengeluhkan soal pelayanan KJRI di Hong Kong yang masih kurang, masih terkesan ingin dilayani, bukan melayani. Di sisi lain, saya juga meminta pemerintah untuk meningkatkan perlindungan terhadap para buruh migran di luar negeri.
Waktu yang diberi dua menit rasanya sangat lama, mungkin karena di depan Presiden, tetapi apa yang sudah tersampaikan semoga benar-benar bisa mendapatkan perhatian dari Presiden.
Jangan ditanya perasaan saya bagaimana, bisa diajak ke Istana saja sudah senang, apalagi diberi kesempatan maju dan menyampaikan unek-unek langsung, pasti 100 blogger Kompasiana ingin juga merasakan hal yang sama :D
Berjuta terima kasih saya haturkan buat Kompasiana yang sudah memberi kesempatan buat saya. Saya berharap semakin banyak lagi buruh migran yang bersuara lewat tulisan, bisa jadi teman-teman yang akan diundang ke Istana berikutnya.
Selamat ulang tahun buat Kompasiana, senang menjadi bagian dari penulis-penulis hebat dari berbagai latar belakang. Doa selanjutnya, semoga mendapat kesempatan ikut pesawat kepresidenan saat kunjungan kerja dan bisa meliput langsung kegiatan Presiden menurut versi kita sebagai jurnalisme warga.