Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Saat di Pesawat, Saya Pernah Tidak Mematikan Hape

18 Mei 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08 2448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337331842664295630

[caption id="attachment_188971" align="alignnone" width="576" caption="Suasana dalam pesawat Cathay Pasific dari Juanda menuju Hong Kong, September 2011"][/caption] Sebelumnya, saya ingin menyampaikan rasa duka yang mendalam untuk semua korban pesawat Sukhoi Superjet (SS) 100. Semoga arwahnya diterima disisi-Nya dan mendapatkan tempat yang layak.

Berhubung rumah saya jauh dari Juanda, pukul 1 dini hari saya sudah berangkat dan tiba di bandara Juanda pukul 05.30. Setelah chek in, saya memilih untuk menunggu di luar, ngobrol dengan orang tua yang kebetulan mengantar saya.

“Pukul 07.30 harus masuk ruang tunggu ya, mbak.” Pesan petugas yang saya mintai ijin. Pukul 6 pagi, hape saya sudah berbunyi, panggilan dari seseorang yang 3 hari sebelumnya saya pamiti di bandara Polonia Medan  Pukul 07.20, saya pamit ke orang tua saya untuk berangkat kembali ke HK, tak lupa cium dan peluk plus tetesan air mata (emaakkk, kangeenn) melepas kepergian saya.

Saya lalu masuk kembali menuju ke lantai atas untuk antri ke Imigrasi. Setelah beres, saya jalan ke ruang tunggu yang di sana kebetulan belum banyak yang masuk, masih ada bangku kosong. Langsung saya memilih bangku yang agak pojok. Baru saja duduk, hape saya bunyi lagi. Panggilang dari someone masuk. Menjelang menit-menit akhir memasuki pesawat, untuk yang kesekian kalinya saya mendapat pesan “jangan lupa, hapenya dimatiin kalau masuk pesawat, hun.” “Iya” Jawab saya sambil mewek (yah namanya juga baru ketemu terus pisah, gak sedih gimana coba, #curhat). Hape saya kebetulan ada 2 dan dua-duanya Nokia. Hape yang satu terus aktif selama di Indonesia sedang satunya hanya saya isi simcard tapi tidak pernah saya pakai untuk bertelepon.

Begitu saya mendapat kursi tempat duduk, hape bunyi lagi dan masih dari orang yang sama. Duhh, ini kayaknya gak rela saya terbang lagi ke Hong Kong.

“Hapenya sudah dimatiin, hun?” Masih pertanyaan yang sama.

“Belum, la ini kan masih bisa ditelpon.” Jawab saya dengan senyum terpaksa (habis nangis suruh senyum susah)

“Oh iya, ya. Ya sudah, setelah ditutup trus matiin ya hapenya.” Pesannya lagi.

“Iya hun.” Jawab saya.

Telpon ditutup lalu hape pun saya matikan dan memasukkannya ke dalam tas. Tak lupa, tas saya masukkan ke bagasi atas kursi. Pramugari keliling untuk mengecek nomor kursi dan tiket masing-masing penumpang. Tiba giliran saya, pramugari pun bertanya,

“Mbak, salah kursi, nomornya ini 37G tapi kursi ini 39G.” katanya.

“Oh, maaf saya kurang teliti tadi.” Jawab saya dengan muka melas.

“Oh, gak papa mbak. Mbak mau dekat dengan temannya di sebelah ya? OK gak papa kalau gitu duduk di sini.” Jawabnya lagi lalu berlalu menuju ke belakang memeriksa penumpang yang lain.

Kebetulan sebelah kiri saya juga sesama BMI yang mau ke Hong Kong, jadi mungkin pramugarinya memberi kelonggaran buat saya. Sebenarnya ini asli kesalahan saya. Saya kurang teliti memeriksa nomor kursi tiket pesawat. Tahunya saya dapat nomor 39 dan bukan 37, jadi begitu masuk, saya langsung menuju ke kursi nomor 37. Baru ngeh ternyata saya duduk di tempat yang salah.

Selama di pesawat, rasa kantuk menghantui saya, padahal saya sudah minum kopi dan ngemil makanan yang dihidangkan oleh pramugari. Makanan di meja segera saya habisnya, melipat meja lalu tidur kembali.

Akhirnya pesawat pun mendarat dengan tenang di bandara Internasional Hong Kong pukul 2 sore. Saat pilot membolehkan untuk melepas sabuk pengaman, para penumpang pun mulai berdiri dari kursi masing-masing lalu membuka bagasi atas untuk mengambil tas. Saya juga melakukan hal yang saya, berdiri dan mengambil tas saya di bagasi. Setelah dapat, lalu saya buka tas dan mengambil hape.

Olala, saya baru nyadar ternyata hape saya satunya tetap menyala selama perjalanan Juanda-Hong Kong. Hape yang satunya lagi sudah saya matikan setelah menutup telpon dan setelah saya buka sudah ada SMS yang masuk. Deg, jujur kaki saya tiba-tiba lemas. Perasaan antara takut dan was-was menghantui saya.

Saya tidak bisa membayangkan hal-hal buruk karena kelalaian saya ini. Mungkin ini masalah sepele karena lalai mematikan hape saat naik pesawat, tapi tidak dengan saya. Saya tahu kalau naik pesawat dilarang menyalakan hape karena bisa menganggu pilot.

Nasi sudah menjadi bubur dan alhamdullilahnya penerbangan kami selamat sampai tujuan. Belajar dari sini, sebaiknya saat memasuki pesawat hape langsung saja dimatikan. Jangan meremehkan hal ini, meski pun tidak terjadi apa-apa, tapi waspada tidak ada salahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun