Industri game Indonesia semakin lama berkembang semakin pesat. Dari tahun ke tahun semakin banyak developer game tanah air yang bermunculan dan membuat game-game yang dipasarkan secara lokal maupun Internasional.
Dan kali ini kita akan membahas sedikit mengenai salah satu CEO muda asal provinsi Bali yang bisa membawa dan memasarkan game buatan studio dan timnya di tingkat Internasional dalam waktu hanya 1 tahun saja.
Pemuda asal Banyuwangi yang berdomisili di Bali ini bernama Ari Fathurriza. Ia merupakan Direktur dari PT Nexvel Digital Group sekaligus CEO dari Nexvel Entertainment, sebuah studio game asal bali.
Nexvel Entertainment sendiri didirikan olehnya sejak tahun 2022. Game pertama mereka adalah Jomblo Rise Up yang mereka rilis melalui Google Play dan mengincar pasar lokal.
Setelah merilis game pertamanya, Ari akhirnya berinisiatif untuk membuat game yang memiliki nuansa dan unsur Indonesia Bersama timnya dan akhirnya ia memutuskan membuat game dengan judul Asian Food Cart Tycoon dan Rice Bowl Restaurant.
Dua game dengan tema kuliner ini awalnya direncanakan akan dirilis di Google Play. Namun di tengah perjalanan, Ari mendapatkan tawaran untuk bekerja sama Bersama CRX Entertainment, sebuah Publisher yang berasal dari Singapura.
Akhirnya Ari menyetujui Kerjasama tersebut dan alhasil kedua game Nexvel Entertainment yang mengusung kuliner khas Indonesia ini bisa dipasarkan ke kancah Internasional.
Bersama Publisher, mereka memasarkan kedua gamenya ke berbagai negara dan berbagai platform. Dan baru-baru ini Rice Bowl Restaurant akhirnya dirilis di platform Nintendo Switch.
Latar belakang Ari membuat game kuliner Bersama timnya adalah karena ia memang sangat menyukai Sate dan Nasi Campur. Selain itu ia juga ingin mengenalkan proses pembuatan masakan tersebut ke luar negeri.
Ia berharap Nexvel Entertainment dapat terus berkembang dan melangkah maju untuk membuat game-game lainnya yang dapat dinikmati banyak orang dari berbagai usia, negara dan latar belakang.
Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa usia sebuah perusahaan bukanlah penentu. Perusahaan atau studio yang baru terjun dan minim pengalaman pun dapat langsung memasarkan produknya ke kancah Internasional asalkan mengerti demand atau kebutuhan para gamer diluar sana.
Ari juga mengatakan bahwa memasarkan produk secara Internasional juga lebih sulit dari memasarkan secara lokal. Karena ia dan timnya harus mengurus berbagai macam Bahasa, membuat gamenya ke berbagai macam platform dan yang pasti tanggung jawabnya semakin besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H