Tidak ada yang abadi, jangan menjaminnya dengan pemikiranmu sendiri kecuali jejak internet.
Saat ini kebanyakan dari kita dibuat tidak nyaman oleh masyarakat terhadap diri sendiri. Istilah jomblo, nolep, dan anti sosial banyak digunakan untuk melabelkan seseorang yang senang dengan kehidupan ataupun melakukan sesuatu sendirian. Eh kok sendirian aja, enggak punya pacar ya? Dasar nolep, enggak asik banget hidupmu. Jadi manusia itu berbaur jangan sendirian melulu seperti ansos aja. Parahnya setelah mengeluarkan kalimat tersebut, tak jarang kita menerima ceramah yang berkaitan dengan manusia sebagai makhluk sosial.
Alih-alih tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain bukan berarti manusia harus selalu ditemani, memiliki pasangan, dan tidak boleh melakukan sesuatu sendirian. Bahkan sangat tidak nyambung jika dikaitkan dengan manusia sebagai makhluk sosial. Urutannya ditatanan masyarakat tidak pernah berubah ketika seseorang sudah memiliki pacar, pertanyaan yang akan  muncul "kapan nikah?"
Tidak berhenti sampai disitu pertanyaan masih berlanjut, "kok belum punya anak?". Apakah pertanyaan berakhir saat sudah memiliki anak? Tentu, tidak karena akan adalagi pertanyaan "mana cucunya?" Ya kita sangat terbiasa dibentuk masyarakat agar tidak nyaman dengan diri sendiri dan melakukan sesuatu sendirian.
Fenomena ini terjadi disemua kalangan tanpa batasan usia. Namun yang banyak terkena dampaknya adalah remaja. Tidak sedikit remaja yang pada akhirnya terburu-buru untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis tanpa mempertimbangkan hal-hal seharusnya. Banyak remaja yang berpacaran hanya untuk status agar eksistensinya diakui oleh orang lain.Â
Anak muda jaman sekarang menjadikan pacaran sebagai prioritas dan tak malu mengumbar kemesraannya baik di sosial media maupun di tempat umum. Pacaran dikalangan remaja akan memberikan dampak yang sangat fatal bila seseorang tidak mengerti esensi dari menjalin hubungan. Apalagi mengingat masa remaja yang sangat rentan dengan pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba. Berpacaran dengan orang yang salah akan memberikan kerugian besar bagi diri sendiri. Contohnya seperti fenomena tren mengirimkan foto telanjang ke pacar.
 "Aku pernah kirim foto bugil ke pacarku, sekarang kami putus dan aku menyesal. Dia mengancam akan menyebarkannya." -17 tahun, R.
"Pacarku minta ML katanya orang berpacaran biasa melakukannya bahkan yang sangat taat agama sekalipun" -20 tahun, T.
"Dia memaksa aku mengirimkan foto telanjang sebagai bentuk rasa sayang kalau tidak dituruti kami jadi berantem" -- 20 tahun, H.
"Aku bilang pacaran kita mengundang dosa karena mengirim foto nudes, dia tak peduli. Katanya yang lain juga melakukannya hanya kita tak mengetahuinya" -22 tahun, A.
"Aku sering liat foto nudes di hp teman. Saat ku tanya dapat darimana, dia bilang dari pacar temannya. Foto itu dishare kalau dia minta pap telanjang ke pacarnya" -- 23 tahun, P.
Kasus-kasus diatas sangat banyak kita temukaan saat ini. Hampir rata-rata ketika ditanya apa motivasi seseorang remaja mengirimkan foto tersebut alasannya selalu hanya satu, diminta pacar. Permintaan foto telanjang ini sering dibungkus dengan kata "cinta" dan "sayang". Seolah rasa cinta dan sayang akan semakin besar ketika menuruti permintaan sang pacar.Â
Padahal tidak ada hubungan antara kualitas cinta dengan mengirimkan foto bugil. Belum lagi dampak dari mengirimkan foto tersebut. Beberapa mantan ada yang mengancam akan menyebarkan jika kemauannya tidak dituruti. Akhirnya kita terpenjara dan menjadi takut untuk keluar dari hubungan ataupun bertindak lebih lanjut. Mengirimkan foto telanjang kepada siapapun tidak dapat dibenarkan bahkan dalam situasi apapun. Penting sekali dipikirkan remaja dan semua perempuan bahwa internet tidak pelupa.
Jejak internet tidak akan pernah dapat dihapus. Istimewanya internet tak mengalami penyakit yang dialami manusia seperti amnesia, ensefalitis, alzheimer, dan anoksia otak. Sebab itu sesuatu yang berbentuk digital mudah dishare, repost, copy-paste, forward, dan screen capture. Foto tersebut bisa saja tersimpan selamanya di internet, memori hp, dan flashdisk.Â
Kita tidak akan pernah tahu walaupun sudah menghapusnya. Pentingnya bagi setiap perempuan menghargai diri sendiri dan tidak bersikap naif seolah hubungan pacaran bahkan pernikahan akan bertahan selamanya. Pacaran bisa putus dan menikah dapat berakhir dengan perceraian. Jangan pernah mengasumsikan hubungan akan bertahan selamanya sebagai pertimbangan untuk melakukan tindakan, sekalipun untuk suami sendiri.
Mengapa tidak boleh? Kan sudah halal. Balik lagi ke jejak digital bukan masalah halal atau tidak. Ada banyak kemungkinan foto-foto nudes tersebar walau hanya disimpan pada hp sendiri. Pikirkanlah bagaimana secara tiba-tiba handphonemu rusak, kemudian diservis lalu tekniksi menemukan foto-foto tersebut dan menyebarkan ke teman-temannya. Tentu ini akan merugikan kehidupanmu. Walaupun bukan pacar, suami, dan dirimu sendiri yang menyebarkannya, tidak dapat menutup kemungkinan foto tersebut akan tersebar. Oleh karena itu untuk remaja dan semua perempuan, hormati dirimu sendiri termasuk tubuhmu dengan tidak melakukan tindakan secara gegabah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H