Kalau membandingkan KAI Commuter dari jaman pertama saya diajak Mbak Wuri hingga sekarang ini, telah banyak perubahan yang signifikan. Perlahan makin apik dan teratur. Terlebih juga aman karena petugas Commuter yang kerap memantau tiap gerbong bisa gercep (gerak cepat) bila ada hal-hal yang membutuhkan bantuan, khususnya untuk membantu teman-teman disabilitas, ibu hamil (yang menggunakan pin), serta orangtua yang membawa anak dan lansia untuk bisa duduk di bangku prioritas. Selain itu tentunya perlu diikuti kewaspadaan diri kitanya juga. Perhatikan barang bawaan (apalagi yang diletakkan di rak bagasi maupun sudut kursi) dan tidak lengah dengan sekitar.
Nyaman karena di setiap stasiun terdapat toilet dan mushola
Nah ini yang saya suka dari Commuter, karena tersedianya mushola sehingga tatkala ingin solat fardhu maupun dhuha bisa dilakukan dengan nyaman di sini. Serta dilengkapi pula dengan toilet, jadi tidak galau ketika ingin buang air kecil maupun buang air besar.
Gerbong khusus wanita di ujung-ujung Commuter
Sebagai bani hawa, saya senang dengan adanya gerbong khusus wanita ini. Tersedia di ujung-ujung Commuter yang ditandai dengan warna pink (merah muda).
Elevator, tangga manual, dan eskalator lengkap
Tersedia elevator, tangga manual dan eskalator sebagai jalur penghubung antar peron. Dengan begitu membuat aman ketika saya maupun pengguna commuter lainnya ingin berpindah peron.
Ngatur jadwal perjalanan dengan cepat
Dengan terus memantau dan atur jadwal perjalanan membuat nyaman diri ketika bepergian dengan Commuter. Saya mengandalkan aplikasi C-Access sebagai pedoman guna merencanakan perjalanan kala mendapatkan jadwal kapan liputan. Trik asiknya yang biasanya saya lakukan, contohnya waktu itu harus sampai stasiun Sudirman pukul 8:30. Maka saya sudah harus standby di stasiun KlenderBaru setidaknya dari pukul 7:25.
Saat saya cek di aplikasi C-Access minimal ada 3 jadwal pemberangkatan yaitu: jam 7:43 tiba jam 8:09, jam 7:56 tiba jam 8:22, dan jam 8:04 tiba jam 8:27. Saya tinggal memantau kondisi, mau masuk kereta di jam yang mana. Ini sekaligus mengantisipasi juga kepadatan di dalam gerbong. Bila ternyata cukup penuh tunggu kereta selanjutnya, terlebih di sekitar peron disediakan kursi sehingga bisa duduk sambil menunggu. Alhamdulillah-nya sering dapat lebih lowong dibandingkan kereta sebelumnya (Eh ini, bisa jadi trik buat kamu kalau naik Commuter ya, hehe)
Konklusi
Jadi anker alias anak kereta, memang asik. Kalau ada jadwal liputan, langsung search google, lalu bergumam,Â
"Hmm.. asik nih dekat stasiun kereta".
Keasikan lainnya adalah, ada-ada saja kreativitas dari masinis-nya dengan berpantun ceria. Contohnya pernah ketika saya naik Commuter relasi Cikarang -- Kampung Bandan, masinisnya berpantun yang disambut satu gerbong dengan saya kala itu, pada tersenyum dan tertawa, termasuk saya juga deh, hehe. Ini mood booster yang menarik pada jam kerja.