Mohon tunggu...
efendi
efendi Mohon Tunggu... Lainnya - felix

Bloggercrony. Single Parent. Kagama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerbong Dua, Menuju Realistis

17 Januari 2024   15:58 Diperbarui: 30 Januari 2024   06:45 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu yang ikonik di Jogja

Sudah 10 hari aku tinggal di Jogja. Terasa baru sebentar, sudah harus balik lagi ke Jakarta.

Tak rela juga meninggalkan kota Jogja tapi nanti juga balik lagi pas musim liburan.

Setelah pesan ojek online di rumah, aku naik bus Transjogja yang ada di terminal paling ujung Selatan.

"Bisa pakai QRIS?" tanyaku ke petugas.

"Bisa kok" jawab petugas

"Nanti bisa turun depan stasiun kan ya?"

"Di Sarkem udah tidak bisa lawan arus lagi. Pake rute yang lama." Jawab petugas sambil ngasih bukti struk pembayaran.

Terlihat sudah ada banyak penumpang yang nunggu dan beberapa bus yang berjajar. Tumben aja ada bus SA ngetem. Biasanya hanya bus Transjogja di terminal ini. Padahal dulunya ada bus ke bandara. Tapi karena sepi peminat jadinya ditiadakan.

"Busnya itu ya pak?" tanyaku sambil duduk di kursi tunggu dan membersihkan keringat di wajah yang bercucuran.

Hanya dijawab dengan anggukan petugas.

Tak berapa lama, petugas memberitahu kalau bus TransJogja akan segera diberangkatkan. Penumpang pun bergegas masuk ke bus yang diarahkan petugas.

Aku duduk di deretan paling belakang.

"Untung ga banyak titipan jadi bisa muat satu tas" gumamku sambil naruh tas di dekat tempat duduk.

"Sekarang baru jam 8. Biasanya sampe setengah jam. Paling sampai Malioboro jam 8.30. Keretanya jam 9.41. Jadi masih ada satu jam untuk keliling Malioboro."

Lamunanku langsung melayang-layang mau pergi kemana aja menghabiskan waktu yang tersisa. "Bisa jalan-jalan sampai Ramai Mall trus putar balik, liat pemandangan Malioboro di pagi hari, bisa untuk bikin story hehe. Ntar kalo ada ayam mo bungkus. Mudah-mudahan ada boba juga.."

Bus melaju dengan lancar. Halte demi halte dilalui tanpa hambatan.

Karena baru beberapa kali naik TransJogja, tergelitik rasanya keingintahuan transit. Bagaimana penumpang dari Bantul kalau mau ke Kebun Binatang Gembira Loka. Kebetulan ada penumpang yang nanya ke petugas cara ke tempat wisata itu.

"Yang mau transit bisa dari Halte Ngabean" jawab petugas ke penumpang yang sudah siap untuk turun. Petugas mengawal setiap penumpang yang akan transit.

Terjawab sudah, halte transit Transjogja hanya tertentu saja. Secara kasat mata, halte yang bisa untuk transit punya ruang tertutup. Pertanyaan transit ini membuatku tergelitik karena kebanyakan bus berhenti di tempat terbuka yang hanya menggunakan plang rambu-rambu saja.

Sesampai di halte Taman Pintar, Bus masih berjalan normal.

"Masih setengah Sembilan kurang. Tinggal satu halte lagi" Gumamku.

Tapi begitu bus lewat pertigaan parkiran utara Maliboro, bus terhenti lama. Tampaknya jalanan lagi macet banget.

"Aduh malah macet, tau gitu tadi turun di teras Maliboro aja" kataku dalam hati.

Mau ngomel tapi gimana. Mau lanjut tapi nyebelin. Jadi kesel sendiri.

Jam sudah 9.10 tapi belum sampai juga ke halte yang dituju. Kereta masih 30 menit lagi, masih perlu jalan ke stasiun. Belum lagi nanti ngantri. Pikiran udah campur aduk aja.

Jam 9.20 baru bisa turun dari bus, hampir satu jam dari halte sebelumnya padahal dalam kondisi normal ditempuh tidak sampai 10 menit.

Aku pun turun dan langsung bergegas ke arah stasiun. Sudah tak punya pikiran kemana-mana lagi. Buyar semua impian dalam waktu singkat. .

"Sial. Ga ada makanan yang bisa dibeli. Boba juga tidak ada. Ya udah deh bikin story aja. Itung2 buat kenangan." Gumanku saat menengok ke toko yang masih bisa dilalui, berharapnya masih ada makanan yang bisa dibeli.

Aku keluarkan ponsel dan aku ambil gambar video beberapa kali di jalan yang jadi ikonnya koto Jogja.

"Postinganya ntar aja kalo dah dikereta." Kataku dalam hati sambil tergopoh-gopoh bergegas ke stasiun.

Sambil berjalan, aku buka handphone. Buka aplikasinya 'Access by KAI', terus buka pembelian tiket hari ini langsung klik 'Cetak e-Boarding Pass' dan tak begitu lama muncul lah barcode untuk check in masuk stasiun.

Saat sampai di pintu masuk stasiun, sudah ada antrian check in.

"Yahh.. ngantri dah. Dah tinggal 10 menit lagi." Gumamku serasa menengok jam di tangan.

Membuka tas, ambil KTP dalam dompet. Lalu aku menyodorkan KTP dan e-Boarding ke petugas pintu masuk stasiun.

Sambil jalan keliling peron sebentar. Aku cari makanan ayam atau minuman es yang terlanjur dilamunin tadi tapi tidak ada satu pun yang dipinginin..

Tak begitu lama, terdengar petugas menginformasikan melalui pengeras suara stasiun jika keretaku akan segera datang dan menghimbau penumpang untuk bersiap di peron jalur 2.

"Pak premium 2 disana ya?" kataku pada petugas yang berjaga di perlintas

Petugas itu pun menganggukkan kepala sambil melanjutkan pengaturan lalu lintas peron supaya tidak terjadi penumpukan penumpang.

"Premium 2 nomor 3 A." kataku sambil memperhatikan layar handphone kemudian turut antri di peron yang diperkirakan sebagai tempat pemberhentian gerbong premium 2.

Saat kereta sudah melintas pelan. Bagai elang menatap mangsa, mataku menatap tajam dari luar jendela menatap setiap nomor tempat duduk yang lewat walau hanya sekilas dan tak begitu jelas terlihat. Hal ini supaya bisa masuk pintu terdekat dengan tempat duduk. Apalagi tempat dudukku nomor awal, harusnya tidak jauh dari pintu. Terkadang kalau tidak cermat, buru-buru masuk pintu kiri padahal tempat duduknya di ujung kanan. Jadi pada numpuk di tengah gerbong pada saling sikut bawa bawaan.

Aku masuk gerbong dan berhenti di kursi deretan ketiga. Tas di punggung aku turunkan di tempat duduk kemudian aku keluarkan tas kecil dan kresek makanan. Tas punggung itu pun langsung aku taruh di atas yang jadi tempat bagasi penumpang.

"Untung keretanya ga terlalu penuh. Lagian ya.. Orang pada pingin ngabisin tahun baru di Jogja.. Ini malah baru balik dari Jogja. Huft." Gumamku dalam hati sambil duduk di tempat yang sudah aku beli.

Aku hembuskan nafas sebentar kemudian aku keluarkan handphone yang ada di saku celana. Terlihat berseliweran postingan di media sosial tentang tempat-tempat favorit untuk menghabiskan tahun baru dan tentang resolusi 2024.

"Banyak banget target dan impian orang-orang di tahun depan, trus apa ya resolusiku?" Sambil mengenyitkan dahi.

Aku buka aplikasi beberapa media sosial dan mengecek beberapa postingan terakhir. Ternyata mandeg tidak ada hal apa yang menarik untuk dijadikan target kedepan. Tak ada yang bisa dijadikan acuan untuk membuat bahan resolusi semacam belum menemukan bahan adonan yang pas untuk membuat roti bernama 2024.

Pikiranku berputar-putar membayangkan hal apa yang layak untuk jadi target impian dan yang realistis di tahun politik ini.

---------
Baca juga:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun