Mohon tunggu...
efendi
efendi Mohon Tunggu... Lainnya - felix

Bloggercrony. Single Parent. Kagama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gerbong Satu, Kembali ke Ibu

16 Januari 2024   22:19 Diperbarui: 30 Januari 2024   06:43 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rel kereta (Freepik)

Jam dilayar handphone menunjukkan pukul 6 pagi. Akhirnya kereta yang aku naiki sudah sampai Jogja.

Sambil menunggu sampai ke stasiun Wates, aku pun membuka handphone melihat postingan terkini yang sedang banyak dibicarakan netizen. Beberapa akun resmi sudah membuat postingan tentang kemeriahan acara Natal dan liburan akhir tahun yang akan datang sebentar lagi. Ada pula yang membagikan postingan beberapa resolusi di tahun depan.

"Kebiasaan akhir tahun, isinya tak jauh dari resolusi. Bikin orang minder aja, masih minim pencapaian tahun ini." Gumamku.

Aku pun mulai berpikir, terus apa pencapaianku tahun ini. Mikir sana-sini tapi belum ada yang maksimal. 

Naik kereta dengan tempat duduk tegak membuat seluruh badanku jadi pegal-pegal. Tidur tidak nyenyak karena dempet-dempetan. Walaupun itu dapat duduk diujung yang isinya berdua.. eh jadinya berempat karena depan belakang tidak ada pembatas.

Saat kereta berhenti di stasiun Wates, aku turun dan mengambil tas bawaan. Karena berada di gerbong satu jadi tidak jauh ke pintu keluar stasiun. 

"Untung bisa diringkas setas." gumamku sambil melangkah keluar pintu stasiun.

"Mau dianter pakai ojek" "Monggo" "Rumahnya mana, dibantu pake mobil"

"Udah dijemput pak" jawabku pada tukang ojek pangkalan yang mengikuti dari belakang supaya berhenti membututi. Para tukang ojek pangkalan ini sudah menunggu calon penumpang dari shubuh di pintu keluar stasiun. Mereka biasanya tahu kereta apa aja yang berhenti, jurusan dari mana dan yang sering dapat penumpang. Bahkan ada yang sampai punya pelanggan sendiri antar jemput penumpang.

Setelah jalan beberapa langkah dari area stasiun, handphone aku keluarin dari saku celana.

"Harganya beda seribu. Ya sudahlah" gumamku setelah ngecek biaya di aplikasi ojek online. Tadi di kereta sudah ngecek aplikasi dan sudah mencari kode promo yang biasanya berseliweran. Tapi khusus hari ini tidak ada promo sama sekali.

Tanganku kemudan mengklik tombol langganan supaya dapat harga lebih hemat. 

"2 bulan aja lah biar bisa dipake sampai pemilu" gumamku.

Setelah jari ngeklik kesana kemari, barulah berdiri lega.

Langkahku berhenti di pertigaan jalan seperti yang dijanjikan driver ojol. Lokasinya tak jauh dari stasiun, kurang lebih 100 meter. 

Tiba-tiba handphone-ku berbunyi.

"Udah sampai Jogja?" kata orang dalam telpon.

"Baru pesen ojol." jawabku supaya membuat lega yang menelpon.

"Aku ga jadi ke Jogja ya."

"Batalin tiket? Kena potong 25%. Lumayan gede loh. Bisa buat beli jajan."

"Belum beli kok"

"O.. ya sudah. Ojol nya dah datang ni."

"Ya udah.. salam buat ibumu ya." katanya sambil menutup telpon.

Sebuah sepeda motor matik merah berplat AB nyamperin aku berdiri. Aku pun memasukkan handphone ke saku celana. 

"Dianternya sesuai titik ya?" kata pengemudi motor yang memakai jas hujan sambil tersenyum. 

"Iya mas" jawabku

"Pake jas hujan?" tanyanya sambil mengulurkan helm tua warna hitam.

"Ga usah. Gerismis aja kan." kataku sambil memakai helm

Seraya langsung membonceng sepeda motor ojek online itu. 

Tak begitu lama motor merah itu langsung tancap ke titik yang aku pesan.

Lokasi rumahku lumayan jauh dengan stasiun Wates maupun stasiun Jogja. Sekitar 35 menit dalam kondisi jalanan lancar. Di musim liburan, kota ini sering jadi macet. Maklum sepeda motor sekarang sudah berseliweran. Sepeda Motor menjadi penyumbang terbesar padatnya lalu lintas jalan disini. Menyeberang jalan menjadi kendala tersendiri ketika jam sibuk pagi dan sore hari.

Sampai juga ke rumah tempat dulu aku dilahirkan. Aku buka pintu dan langsung menemui ibuku. 

Semenjak ayah meninggal tahun lalu. Keinginan di tahun depan untuk selalu membuat ibu tetap sehat dan bahagia adalah yang utama. Itu salah satu resoulusiku.

---------

Baca juga:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun