Mohon tunggu...
Mahfud Effendi
Mahfud Effendi Mohon Tunggu... -

be smile lah ^^ think big and act totally

Selanjutnya

Tutup

Money

Potret Gelap Mutu Ketenagakerjaan Indonesia

8 Januari 2017   12:51 Diperbarui: 8 Januari 2017   14:08 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih mengejutkan lagi, dari segi aspek efisiensi ketenagarjaan (labor market efficiency) juga demikian. Tercatat, nilai efisiensi tenaga kerja Indonesia pada tahun 2016 berada di peringkat 108 dengan skor dari 138 negara yang di survei. Posisi Indonesia ini dapat dikatakan masih tertinggal jauh ketimbang negara lainnya. Bahkan di level ASEAN pun terbilang kalah telak, sebut saja Singapura di posisi 2, Malaysia posisi 24, Brunei Darussalam posisi 47, Vietnam posisi 63, Thailand posisi 71, Filipina posisi 86, dan lainnya.

Lapangan Kerja Menyempit

Hingga satu dekade ini, pertumbuhan utang Indonesia berhasil menembus rekor baru. Dari lima negara kreditor utang tertinggi, China merangsek menjadi kreditur terbesar Indonesia. Bagaimana tidak? Total utang Indonesia ke China dalam satu dekade ini telah meroket hingga 1.838 persen.

Sementara empat negara lainnya, Singapura hanya 285 persen atau senilai sembilan kali lipatnya China, dan Jepang 1,57 persen. Bila di hitung selang lima tahunan, maka China tetap yang tertinggi sebagai kreditor, yakni sebesar 327 persen, di ikuti oleh Singapura 62,25 persen, Jepang 25,97 persen, Amerika Serikat 57,73 persen dan Belanda 34,03 persen.

Bank Indonesia (BI) mencatat nilai utang Indonesia ke China per Agustus 2016 telah mencapai 14,24 miliar USD atau terbear ketiga. Padahal, sepuluh tahun yang lalu nilainya cuma 735 juta USD saja. Sedangkan, negara kreditor terbesar tahun ini adalah Singapura sebesar 53,59 miliar USD dan posisi kedua di tempati oleh Jepang sebesar 33,47 miliar USD.

Menariknya, alih-alih fenomena melonjaknya investasi asing ini berkorelasi menambah lapangan pekerjaan, di sisi lain justru berimbas pada melonjaknya jumlah pengangguran. Derasnya serbuan pekerja asing sebagai dampak dari konsekuensi semakin terbukanya investasi atau pembukaan besar-besaran masuknya investor asing membuat peluang kerja rakyat Indonesia kian terhimpit.

Diantaranya ada kemunculan ratusan pekerja asing asal China yang dipekerjaan dalam proyek pembangunan pabrik Semen Merah Putih di Kawasan Banten. Kemenakertrans menyebut selama Januari hingaa Februari 2016, jumlah pekerja asing yang masuk telah mencapai lebih dari 5.300 orang.

Bayang-bayang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kian nyata dan terus terjadi. Hingga per Juni 2016 saja, sebanyak 7 juta orang tercatat mengidap status sebagai pengangguran. Sedangakan pada tahun 2015 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) mencatat terdapat 7,6 juta pengangguran. Artinya, baru pertengahan tahun saja, tepatnya Juni 2016 angka pengangguran sudah menyentuh level 7 juta orang, bagaimana bila di penghujung tahun? Kalau pun masih di angka 7 juta orang artinya juga tak alami perbaikan yang signifikan.

Padahal saat kampanye dulu, Pak Jokowi sempat berjanji bila dirinya kelak terpilih menjadi presiden, ia akan mencetak 10 juta lapangan kerja baru. Namun, bukannya kesempatan kerja meningkat, pelemahan ekonomi yang terus berlanjut membuat banyak industri melakukan efisiensi dengan PHK. 

Tak sedikit pula perusahaan kakap yang tumbang hingga menutup atau merelokasi pabriknya. Seperti diketahui pula, beberapa saat lalu juga banyak industri besar hengkang, seperti Ford, Chevrolet, Panasonic, Toshiba, dan lainnya. Pasalnya, populasi pengangguran bakal terus berlanjut dengan tersiar kabar perusahan otomotif ternama sekelas Mazda berniat hengkang.

Beberapa saat juga kejadian rentetan aksi penutupan pabrik di sejumlah daerah, seperti Batam, Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Diketahui lebih dari 30 pabrik di berbagai wilayah itu telah di tutup. Alhasil, jumlah pengangguran kian melonjak dan kabinet kerja nyatanya belum sanggup mengatasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun