Berusaha memahami Nietzsche sama halnya membakar diri kita dalam perapian. Bagaimana tidak? Pemikiran-pemikirannya dapat menembus ruang batas dan menjebol tatanan yang selama ini kita anggap sah. Filsuf satu ini pula yang dengan pemikirannya yang amat radikal mampu mengguncang benua Eropa, terlebih Gereja yang oleh Nietzsche dikritik habis-habisan. Sir Muhammad Iqbal, salah satu filsuf Eksistensialisme Islam dalam potongan puisinya menyatakan:
"Tentang Nietzsche: Jika kau nada gemulai, jangan datang menghampiri..."
Dapat ditafsirkan, bahwa apabila kita nada gemulai (lemah pendirian, mudah terprovokasi, mudah tersinggung) sebaiknya jangan mencoba menghampiri pemikiran-pemikiran Nietzsche terlebih dulu.
Kritiknya Nietzsche sebenarnya lebih ke arah keberagamaan, bukan agama itu sendiri. Keberagamaan adalah bagaimana seseorang itu dalam menafsirkan dan menjalankan agamanya. Hal inilah yang oleh Nietzsche dianggap sering kali keberagamaan itu justru membelenggu manusia.
Tampaknya, pemikiran ini muncul karena latar belakang kehidupan Nietzsche di masa kecilnya. Ia ditinggal ayahnya saat masih usia belia. Ayahnya adalah seorang pendeta, dan ingin anaknya tersebut menjadi pendeta pula. Oleh karena itu, sepeninggal ayahnya, Nietzsche dididik oleh ibunya dengan cara yang dapat dibilang ketat.
Dalam lingkup pergaulan, Nietzsche dikenal sebagai anak yang baik-baik, tidak banyak bicara dan cenderung pemalu. Ia juga suka menyendiri dalam kesunyian dan merenung. Ia oleh teman-temannya bahkan dijuluki sebagai "Sang Pendeta". Anak dengan fisik yang lemah itu amat lemah lembut dalam pergaulan dengan tetangganya.
Siapa sangka dibalik sosok anak yang lemah fisiknya, pendiam, baik, dan pemalu itu tersembunyi sosok filsuf besar yang kelak mengguncang jagat pikiran benua Eropa. Sampai pada usia 18 tahun, Nietzsche menyatakan dirinya ateis. Orang-orang menganggap hal ini hanya sebatas gejala pubertas saja, sebagai gejala pencarian jati diri dan nantinya akan sembuh sendiri. Namun, ternyata sampai akhir hayatnya pun Nietzsche tampaknya mempertahankan ketidakpercayaannya pada Tuhan.
Pemikiran Nietzsche cenderung individualis. Dapat ditafsirkan pemikirannya adalah luapan dari seorang yang penuh kesepian, kesunyian, dan kesendirian. Bahkan karya terbesarnya, Also Sprach Zarathustra disusun dalam pengasingannya di puncak pegunungan Alpen, di Sils Maria. Nietzsche menyusun karya terbesarnya itu dalam kesendirian dan kesunyian. Walter Kaufmann, seorang yang dikenal sebagai penafsir dan penerjemah karya-karya Nietzsche mengatakan bahwa:
"...petunjuk terpenting untuk memahami Zarathustra ialah bahwa itu adalah karya seorang yang sangat kesepian."
Kritik Terhadap MoralitasÂ
Setiap masyarakat memiliki tatanan moral dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku dalam hidup. Tatanan tersebut umumnya berisikan pedoman mengenai mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Semua ini dianggap sah dan mutlak keberadaannya serta wajib ditaati.