Mohon tunggu...
Femas Anggit Wahyu Nugroho
Femas Anggit Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hamba Allah yang ditetapkan tinggal di bumi sejak 2003 dan suka nasi goreng.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekilas tentang Komunisme, Ramalan yang Tak Kunjung Jadi Kenyataan

14 September 2023   20:32 Diperbarui: 14 September 2023   20:34 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persaingan merupakan hukum keras dari kapitalisme. Untuk bertahan, produktivitas perlu ditingkatkan terus menerus dan biaya produksi harus ditekan seminimal mungkin. Tujuannya adalah dapat menjual hasilnya dengan harga semurah mungkin sehingga dapat memenangkan persaingan pasar. Artinya, segala usaha hanya diarahkan untuk kepentingan mendapat keuntungan. Akibat dari hal ini adalah hanya usaha-usaha besar yang mampu bertahan karena memiliki alat alat produksi yang lebih canggih yang dapat meningkatkan produktivitas sehingga hasilnya dapat dijual dengan harga yang lebih murah.

Keadaan tersebut menyebabkan pertambahan jumlah kelas buruh atau proletar. Lantas, dari mana pertambahan kelas proletar ini? Tak lain adalah dari anggota usaha-usaha kelas menengah yang tumbang, yang kalah dalam persaingan melawan usaha-usaha kelas besar. Keanekaragaman pekerjaan pun semakin hilang. Para tukang ahli semakin menjadi buruh biasa.

Di sisi lain, untuk menekan biaya produksi, maka pemilik modal akan terus menerus menekan upah dan imbalan kerja kaum buruh. Kelas buruh pun akan semakin melarat sampai pada suatu titik mereka tidak dapat membeli lagi apa yang perlu untuk bekerja. Ketika kelas buruh tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, maka semakin tidak mampu pula kelas buruh untuk kembali bekerja. Hal ini dapat berakibat pada menurunnya produktivitas usaha yang dijalankan oleh kelas borjuis. Selain itu, hasil produksi akan berlebih karena masyarakat sudah tidak mampu lagi membelinya.

Inilah gambaran sederhana alur yang mendasari Marx menyatakan bahwa dengan sendirinya Kapitalisme akan menemui kehancurannya. Marx juga melakukan analisis dan kritik terhadap sistem kapitalis. Dari analisis dan kritik ini lahirlah 3 jilid tebal Das Kapital, karya besar Marx. Dalam Das Kapital, disajikan analisis mengapa Kapitalisme akan menemui kehancuranya sendiri yang apabila dijabarkan di sini tentunya akan sangat panjang. Pembaca dapat membaca buku dengan judul "Pemikiran Karl Marx, dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme" karya Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno Sj. Dalam buku tersebut terdapat bab yang secara ringkas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami membahas inti dari kritik kapitalisme dalam Das Kapital. Tepatnya ada pada bab 9 dengan judul bab "Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis".

Kita lanjutkan kembali perihal keadaan kaum buruh. Keadaan melarat yang semakin menjadi-jadi pada kaum buruh, menjadikan mereka semakin sadar terhadap eksploitasi yang dialaminya. Di sini berlaku prinsip dasar pandangan Materialisme Sejarah, yakni keadaan membentuk kesadaran. Kelas buruh sadar dengan keadaannya dan sesamanya, sebagai sesama kelas buruh atau sesama proletariat.  

Awalnya, kelas buruh akan berkonflik dengan kaum kapitalis mereka sendiri-sendiri. Namun lama kelamaan mereka akan semakin sadar mengenai persamaan perjuangan yang dilakukan oleh sesamanya, sesama kaum buruh. Mereka akan berusaha untuk mengorganisasikan diri dengan membentuk kelas-kelas buruh. Dengan kesamaan nasib sepenanggungan, solidaritas mereka akan semakin besar. Perlawanan terhadap kaum kapitalis tidak hanya di wilayah lokal saja, melainkan mendunia.

Kaum buruh akan semakin berpengalaman terhadap konflik dengan para pemilik modal. Mereka akan semakin saling mendukung, sehingga meskipun semakin diisap oleh para pemilik modal, mereka justru semakin kuat daya juangnya. Tujuan perjuangan mereka (kaum buruh atau proletariat) tidak lagi hanya menuntut kenaikan upah, tetapi juga penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi.

Demikianlah ramalan sebuah keniscayaan runtuhnya kapitalisme. Berdasar pada pandangan materialisme sejarah, ramalan alur keruntuhan kapitalisme dan terwujudnya revolusi sosialisme hingga sampai pada puncaknya berada pada tahap masyarakat komunis ini seakan masuk akal dan pasti terjadi. Keadaan kaum buruh atau proletariat memberikan pengaruh terhadap pemikiran dan kesadaran mereka. Kesadaran akan kelasnya sebagai proletariat menentukan kepentingannya untuk melakukan perlawanan terhadap eksploitasi yang dilakukan kelas borjuis. Kepentingan inilah yang kemudian menentukan cita-cita proletariat, yakni penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan pembentukan masyarakat sosialis.

Kapitalisme ternyata adalah sebuah sistem yang memproduksikan kelas yang akan menghancurkannya sendiri. Para borjuasi memproduksikan para penggali kuburnya sendiri. Keruntuhan kapitalisme dan kemenangan proletariat merupakan sebuah kepastian. Tak akan terelakkan.

Imperialisme 

Ramalan keniscayaan kemenangan proletariat nampaknya tak kunjung jadi kenyataan. Kapitalisme sekarang justru semakin jaya. Kapitalisme yang oleh Marx diramalkan akan ambruk dengan sendirinya ternyata justru tetap mantap dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan ambruk. Lantas, mengapa kapitalisme tidak berjalan menuju kehancuran sebagaimana analisis Marx?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun