Mohon tunggu...
Femas Anggit Wahyu Nugroho
Femas Anggit Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hamba Allah yang ditetapkan tinggal di bumi sejak 2003 dan suka nasi goreng.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekilas tentang Komunisme, Ramalan yang Tak Kunjung Jadi Kenyataan

14 September 2023   20:32 Diperbarui: 14 September 2023   20:34 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Filsafat Soviet membagi empat tahap yang harus dilalui dari revolusi sosialis hingga ke tahap komunis. Tahap pertama adalah revolusi sosialis yang ditandai dengan perebutan kekuasaan politik oleh proletariat (misalnya Revolusi Oktober 1917). Tahap ke dua adalah pembangunan sosialisme. 

Dalam tahap ini, ideologi-ideologi dan kelas-kelas bukan proletar masih ada. Tahap ini akan berakhir dan masuk ke dalam tahap di mana ideologi-ideologi dan kelas-kelas yang bukan proletariat dan bukan ideologi Marxisme-Leninisme sudah tidak ada lagi. Hanya akan ada proletrariat dan ideologi Marxisme-Leninisme. Sosialisme telah terbentuk, namun peran negara masih ada. Negara yang dikuasai partai komunis atas nama proletariat berperan untuk mengatur produksi serta memberi keamanan masyarakat sosialis terhadap lawan-lawannya. Sampailah pada tahap terakhir, yakni dikalahkannya kapitalisme di seluruh dunia, di mana dalam kondisi yang seperti ini peran negara sudah tidak diperlukan lagi.

Dapat dikatakan untuk mencapai tahap masyarakat komunis, masyarakat harus melalui perjalanan melewati feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme terlebih dahulu. Tahapan perjalanan tersebut oleh Marx dianggap sebagai sebuah keniscayaan dan pasti terjadi. Hal ini didasarkan pada pandangan Materialisme Historis (Materialis Sejarah). Pandangan inilah yang menjadi kerangka dasar Marxisme tentang perkembangan masyarakat dan sejarah.

Materialisme Historis

Materialisme Historis atau Materialisme Sejarah secara sederhana memandang bahwa perkembangan sejarah ditentunkan oleh kepentingan produksi kebutuhan material manusia. Istilah materialisme di sini tidak digunakan secara filosofis yang memandang bahwa hakikat seluruh yang ada (realitas) adalah kebendaan (materi). Istilah materialisme dalam pandangan materialisme sejarah digunakan sebagai penunjuk faktor yang menentukan perkembangan sejarah dan masyarakat.

Terdapat hukum objektif yang menentukan perkembangan sejarah dan masyarakat. Marx yakin bahwa dirinya telah berhasil menemukan hukum objektif tersebut. Keyakinan inilah yang mendasari Marx membuat klaim bahwa sosialismenya merupakan sosialisme ilmiah. Marx menolak sosialisme yang disandarkan pada pertimbangan-pertimbangan moral. Sosialisme tidak akan terwujud karena dinilai baik atau karena kapitalisme dinilai jahat. Menurut Marx, Sosialisme akan terwujud jika syarat-syarat objektif penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah terpenuhi.

Prinsip dasar pandangan materialisme sejarah adalah bahwa keadaanlah yang menentukan kesadaran manusia, bukan sebaliknya. Masyarakat tidak berkembang karena apa yang dipikirkannya, melainkan karena keadaan yang dialaminya. Keadaan yang dialami inilah yang memberikan pengaruh terhadap pemikiran atau kesadaran masyarakat. Dalam artian lain, perkembangan masyarakat bertitik tolak dari sesuatu yang nyata, yakni keadaan.

Keadaan yang dimaksud adalah produksinya manusia, pekerjaannya. Cara-cara manusia untuk menghasilkan sesuaatu yang dibutuhkannya itulah yang disebut sebagai keadaan manusia. Cara manusia bekerja itulah yang menurut Marx mempengaruhi cara berpikir manusia. Jadi, sejarah dan arah perubahannya bisa dipahami hanya dengan melihat bagaimana manusia bekerja, tidak perlu melihat apa yang dipikirkannya.

Cara berproduksi menentukan cara berpikir manusia. Sebagai contoh adalah borjuasi Perancis yang melawan kaum feodal. Menurut pandangan Marx, para borjuasi perancis ini sebagai pemodal ingin memperluas usahanya sehingga mereka memperjuangkan kebebasan dan  melakukan perlawanan terhadap kaum feodal. Inilah contoh dari bagaimana cara berproduksi para borjuasi mempengaruhi cara berpikirnya. Keberhasilan perjuangan kaum borjuasi ini kemudian membentuk kelas baru, yakni kelas borjuis atau pemilik modal. 

Sebagai pemilik modal tentunya kelas borjuis memiliki kepentingan akan tersedianya buruh di mana mereka membutuhkannya. Kepentingan ini yang kemudian menentukan apa yang dicita-citakan oleh sistem kapitalis, yakni keuntungan sebesar-besarnya. Terjadilah eksploitasi tenaga kerja dan penekanan upah yang diberikan. Dapat dikatakan secara ringkas bahwa cara berproduksi menentukan cara berpikir yang kemudian menentukan adanya kelas-kelas sosial, kelas-kelas sosial menentukan kepentingan, dan kepentingan menentukan apa yang dicita-citakan.

Ramalan Keniscayaan Hancurnya Kapitalisme dan Terwujudnya Komunisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun