Mohon tunggu...
Felix JFS
Felix JFS Mohon Tunggu... Desainer - Tukang Rangkai Kata

Pemuja indomie goreng

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Listriknya Udah Pintar Nih, Pemakainya Udah Belum?

21 April 2016   23:43 Diperbarui: 21 April 2016   23:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Contoh kasus lainnya yaitu, kosan listrik prabayar, meterannya sih per kamar, yang bikin hati nyesek itu, bayaran per kWh yang ditetapkan sang empunya kosan biasanya bervariasi, kalau misalkan masih sesuai standar yang ada masih mending, penghuni ga bakal merugi, tapi masalah yang ada malah biasanya empunya kosan mematok harga per kWh nya lumayan tinggi. Karena lumayan uangnya nambahin buat judi togel di warung lapak sebelah. Edan bukan?

Hal-hal sederhana seperti diataslah sebenernya yang memicu banyaknya yang berubah haluan mencari kosan yang bayarnya sendiri-sendiri. Sebenernya apa sih  listrik yang bayarnya sendiri-sendiri ini? Sebenarnya ini adalah sistem listrik dimana pelanggan akan mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk membeli energy listrik yang akan dikomsumsinya. Besar energy yang telah dibeli oleh pelanggan ini akan dimasukkan kedalam Meter Prabayar (MPB)  yang biasanya terpasang dilokasi pelanggan melaluisitem token (pulsa) atau stroom. Dalam Meter Prabayar (MPB) ini kita akan mendapatkan informasi berupa jumlah energy listrik (kWh) yang tersisa yang masih bisa dikomsumsi oleh pelanggan.

Persediaan kWh ini tentunya bisa ditambah berapa saja dan kapan saja tergantung dari pemakaian pelanggan. Dengan kata lain, pelanggan sudah mempunya akses yang sangat besar untuk mengoptimalkan komsumsi listrik dengan mengatur sendiri jadwal dan jumlah pembelian listrik. Tentunya dengan adanya listrik pintar ini membantu kedua belah pihak antara pihak pelanggan dan pihak PLN sendiri. 

Pihak pelanggan tentunya tidak akan dipusingkan lagi dengan jadwal pembayaran listrik setiap bulannya sedangkan pihak PLN tidak perlu melakukan pencatatan meter, menghitung dan menerbitkan rekening yang harus dibayarkan oleh pelanggan,melakukan penagihan kepada pelanggan yang terlambat melakukan pembayaran atau tidak membayar sama sekali, dan memutus aliran listrik apabila pelanggan terlambat atau tidak membayar listrik dalam jangka waktu tertentu. Win win solution bukan?

Dengan semakin dipermudahnya sistem pembayaran listrik ini, tentunya tidak mengheran apabila PLN tercatat sebagai perusahaan listrik dengan jumlah pelangganprabayar terbesar didunia  dimana pelanggan Listrik Prabayar ini mencapai angka lima juta. Angka yang fantastis bukan?

Seperti tercatat di situsnya PLN (www.pln.co.id) kesuksesan angka ini didukung oleh pemiliha teknologi meter prabayar yang menggunakan standar internasional dengan sistem terbuka, yang artinya banyak produsen meter dapat berpartisipasi menyediakan meter prabayar. Selain itu juga, tereltak pada tersedianya jejaring yang menyediakan titik-titik akses pembelian ulang token isi ulang listrik pintar bagi pelanggan yang didukung oleh sistem perbankan dan jaringan transaksi online.

Saat ini, jumlah pengguna listrik prabayar golongan rumah tangga baru 11% dari total 42.5 juta pelanggan rumah tangga. Dibandingkan dengan afrika selatan, dengan jumlah pelanggan rumah tangga lebih dari 4 juta pelanggan, hampir semua menggunakan listrik prabayar. Hal inilah yang menjadi tantangan dari PLN, agar pelanggan listrik prabayar semakin bertambah, bukan saja pelanggan baru tapi dari pelanggan migrasi, yaitu dari pelanggan pascabayar ke prabayar.

Namun, yang perlu dicermati dari fenomena di atas adalah apakah prestasi angka ini yang harus semakin ditambah? Apakah dengan tercapainya angka pelanggan dari 42.5 juta akan berdampak kearah yang lebih positif? Karena tentunya dampak yang kita harapkan adalah dampak jangka panjang dimana bumi yang kita tinggali ini semakin “hijau”.  Dampak bumi kita yang “hijau” ini tentunya tidak lepas dari masing-masing pelanggan itu sendiri. Apakah kita sebagai pelanggan sudah menyadari apa dampak jangka panjang dari listrik pintar ini? Karena tidak akan ada guna apabila kita sama halnya seperti penghuni kosan tipe egois, semau gue, dan ga peduli seperti yang dijelaskan di atas. Selama kita mampu membayar energy listrik kita akan menggunakan listrik sesuka hati kita. Apakah ini yang kita harapkan dari listrik pintar ini? Tentu tidak, bukan?

Maka dari itu mari kita kembali telaah diri kita masing-masing, kita sebagai pelanggan listrik pintar, apakah kita sudah cukup pintar untuk memakainya??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun