Mohon tunggu...
Felix Kusmanto
Felix Kusmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Organizational Psychologist. Sekedar belajar dan berbagi. www.felixkusmanto.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

TKI Harus Menabung untuk Masa Depan

30 Maret 2012   14:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:14 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Setelah terima gaji, saya langsung kirim 700 ringgit (kira-kira 2 Juta Rupiah) ke kampung. 300 habis untuk hidup saya sebulan!"


Beberapa bulan terakhir ini saya mencoba memahami pola hidup teman-teman pekerja migran di Malaysia. Dalam bebeberapa bulan yang intensif ini jugasayamenemukan persamaan karakter dan kebiasaan hidup antara pekerja migran asal Indonesia, Bangladesh dan Myanmar (tiga dari sekian banyak negara asal pekerja migran di Malaysia).

Karakter TKI di Malaysia


Berdasarkan pengamatan dan hasil tanya jawab sederhana yang saya lakukan setiap kali bertemu dengan teman-teman pekerja Indonesia ini adalah mereka merupakan manusia-manusia yang sangat haus akan sebuah perubahan dalam hidup mereka, itulah mengapa mereka rela meninggalkan tanah air mereka untuk mencari penghasilan yang lebih baik di negara orang (Kebetulan ketiga negara ini sama-sama belum bisa memberikan kesempatan pekerjaan dikarenakan berbagai alasan).

Kedua, banyak dari mereka mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap keluarga mereka, baik ke orang tua ataupun saudara saudari mereka. Hal ini dapat dilihat dengan pola hidup mereka yang sering memprioritaskan keluarga di tanah air dibanding kondisi kerja dan hidup mereka di Malaysia. Banyak pekerja Indonesia bahkan memilih untuk mengirim sebagian besar uang gaji mereka ke tanah air dan hidup sangat sederhana di Malaysia.

Karakter ketiga adalah, banyak dari pekerja kita di Malaysia mempunyai attitude atau sikap yang baik, baik terhadap orang lain (bersosial) dan juga attitude terhadap belajar. Artikel saya sebelumnnya yang berjudul "Tidak ada kata terlambat untuk belajar, bahkan untuk TKI" menunjukan sikap yang positif terhadap pembelajaran diantara mereka. Bahkan ada juga dari mereka memilih lanjut untuk kuliah S1 di Universitas Terbuka (UT), seperti yang di beritakan kawan saya di artikel berjudul "TKI: Menggali Harapan Bersama Universitas Terbuka".

Pahlawan Devisa Yang Tidak Punya Tabungan


Ironisnya, dikarenakan keluguan, ketidaktahuan ataupun tidak adanya kerabat yang mengingatkan, karakter-karakter diatas dapat menjelma menjadi penghalang bagi POLA HIDUP MENABUNG pekerja-pekerja kita

Sebagai contohnya, mengirim uang tiap bulannya yang sudah menjadi tanggung jawab moral terkadang menjadi masalah tersediri, Menjadi masalah jika pekerja-pekerja kita mengirim uang secara berlebihan untuk keperluan keluarga yang sesungguhnya tidak urgent. (Sebagai contoh: membelikan adik hp baru agar ikut perkembangan zaman). Alhasil uang yang sangat mungkin untuk di tabung bagi masa depan kini menguap untuk perubahan jangka pendek.

Bagi banyak pekerja kita, situasi diatas adalah normal. Tidak ada yang salah. Normal karena hal diatas nyata membawa perubahan hidup, merupakan bagian dari tanggung jawab moral dan menunjukan sikap yang baik. Tapi menariknya, banyak pekerja kita juga paham bahwa hal diatas tidak tepat setelah diberikan cara pandang sederhana yang berbeda.

Mas Kok TKI Disuruh Nabung?

"Nah, nanti kalau kontrak habis macam mana? Balik kampung? Terus? Ada uang? Keluarga juga tidak tahu menabung, tidak ada cadangan uang, tidak ada tabungan dalam bentuk tanah atau macam-macam karena semua habis buat hal tersier. Terus gimana? Balik lagi Malaysia? Ngulang lagi dari awal? Hal yang sama, balik kampung, sama lagi..terus..menjadi TKI lagi? Menjadi TKI seharusnya bukan menjadi sebuah hal yang abadi!"

Banyak teman-teman sangat cepat menangkap pemahaman diatas. Banyak juga yang setuju dengan cara pandang diatas. Saat pemahaman diatas sudah dipahami, ide untuk menabung menjadi sangat mudah diterima.

Menurut saya, inisiatif menabung harus ada diantara pekerja-pekerja kita. Karena sejauh ini belum ada sistem atau program dari pemerintah yang efektif untuk memberdayakan TKI purna (TKI yang sudah kembali ke tanah air) walaupun potensinya besar - modal usaha, pengalaman teknik, pengalaman bekerja dilingkungan yang berbeda dan keberanian untuk mencoba yang besar.

Kemudian, kondisi ekonomi Indonesia yang tidak baik di sektor mikro dan kurang adanya kemudahan dalam peminjaman uang ke masyarakat kecil harus menjadi pertimbangan TKI untuk menyimpan uang demi masa depan. Paling tidak uang yang ditabung bisa menjadi cadangan dimasa genting ataupun sebagai modal usaha jika memungkinkan.

Inisiatif menabung diantara pekerja-pekerja kita juga menjadi solusi keabsenan implementasi Undang-undang Nomor : 39 tahun 2004, pasal 3, yang fokus dalam meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

Indonesia bukanlah sendiri, pekerja asal Bangladesh juga mengalami hal serupa. Tidak adanya program atau sistem untuk memberdayakan pekerjanya yang sudah selesai kontrak kerja, mendorong banyak pekerja Bangladesh pandai-pandai mencari cara lain untuk mengsejahterahkan diri mereka dan keluarga secara mandiri.

Apa Iya TKI Bisa Menabung?


Di Malaysia, dari data yang saya kumpulkan, TKI bisa-bisa saja menabung jika niat. Bagi buruh kilang (pabrik) manufaktur, rata-rata gaji pokok sebesar RM 650 (harmpir 2 juta rupiah), namun jika ambil overtime pendapat perbulan rata-rata bisa mencapai RM 1200-1450. Dengan jumlah ini 80% pekerja dapat menabung, terutama yang belum berkeluarga. Gaji TKI PRT sebelum adanya kenaikan upah minimum RM 600 juga bisa untuk ditabung. Gaji buruh bangunan rata-rata RM 1300 juga ada kemungkinan untuk menabung.

Dari contoh diawal artikel ini, saya mencoba menyarankan RM 100 dari uang yang dikirmkan ke kampung sebagai uang yang harus ditabung. Banyak yang menyanggupi dan merasa keluarga juga tidak keberatan. Dari RM 600 yang keluarga terima, saya juga sarankan untuk sedikit besar di tabung, antara RM 50-RM 100. Ini pun bisa disanggupi.

Jika kedua pihak - pengirim dan keluarga pengirim - sama-sama menabung RM 100 per bulan maka perbulan ada RM 200 ditabung. setahun ada RM 2400 yang bisa di tabung. Jika kontrak kerja adalah 3 tahun umpama, maka uang yang bisa ditabung adalah sebesar RM 7200 atau sama dengan 21,5 juta rupiah.

Singkat kata, uang yang bisa ditabung untuk masa depan bisa saja dikumpulkan jika niat.

TKI, Bank dan Pemerintah


Usaha dari ketiga pihak, TKI, bank dan pemerintah adalah penting.

Pekerja-pekerja Indonesia di Malaysia dan di mana saja harus memahami pentingnya menabung walaupun sekecil apapun. Jika memang tantangan untuk menabung adalah tidak adanya faktor pengingat, maka mulailah membentuk kumpulan menabung dengan kawan-kawan terdekat untuk menabung bersama-sama dan saling mengingatkan. Kehadiran kawan-kawan dalam usaha menabung sering disebut sebagai faktor penting dalam menjamin kelanjutan usaha menabung.

Pekerja-pekerja juga dapat memulai menabung dengan ikut mengikutsertakan atau memberikan pemahaman ke anggota keluarga akan pentingnya menabung.  Peran dan keikutsertaan keluarga sangat penting karena banyak pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kuangan masih berada di tangan keluarga walaupun jarak memisahkan. Membeli tanah sebagai bentuk investasi bisa juga menjadi pilihan bagi para pekerja untuk menabung.

Bank mempunyai peran moral sosial dan sekaligus kesempatan berbisnis dalam hal menabung di kalangan pekerja. Bank dapat membuat produk investasi atau sejenisnya yang cara bekerjanya adalah memutar uang yang terkumpulkan untuk investasi ke sektor yang mempunyai return on investment yang stabil. Hal ini di satu sisi membeirkan keuntungan untuk bank dan bagi pekerja mereka dapat menerima deviden atau semacamnya. Bank BNI, Bank Mandiri dan utamanya Bank CIMB Niaga mempunyai kesempatan besar di Malaysia dalam menggarap pasar ini.

Pemerintah sebagai pelindung dan sekaligus pembuat kebijakan diharapkan dapat lebih mempercepat penerapan kebijakan untuk meningkatkan kesejehtaraan TKI di Malaysia dan di negara-negara lain.

Pemerintah Indonesia bisa bekerja sama dengan pemerintah Malaysia untuk menciptakan kebijakan forced saving atau memaksa pekerja untuk menyisihkan uangnya selama kontrak bekerja dan bisa diambil saat kontrak kerja habis. Konsep forced saving di kalangan masyarakat Malaysia bukanlah hal yang baru. Di Malaysia, konsep ini diterapkan dalam program KWSP atau Kumpulan Wang Simpanan Pekerja yang dimana mengharuskan pekerja Malaysia untuk menyimpan 11% dari gaji bulanan mereka. Majikan juga dipaksa untuk menabung 13% dari gaji pekerja. Alhasil pekerja malaysia yang mendapat gaji diatas Rm 1500 setiap bulannya dapat menabung 24%. Apa yang terjadi saat hari tua atau masa pensiun tiba? Uang tabungan selama bertahun-tahun siap untuk diambil untuk masa pensiun atau masa tua.

Pemerintah Indonesia juga harus melanjutkan usaha yang ada dalam pengimplementasian program pemberdayaan TKI Purna. latihan kewirausahwan, latihan pengelolaan keuangan (menabung, mengelola pinjaman, mirim dan menerima uang kiriman) dan kebijakan mempermudah pembiayaan usaha kecil menengah menjadi beberapa saran yang bisa dipertimbangkan.

Menjadi TKI Bukanlah sesuatu yang abadi. Jadikan kesempatan ini untuk mencari pengalaman dan mengumpulkan modal.

Salam

Felix Kusmanto

Tulisan ini juga bisa dilihat di blog pribadi saya www.felixkusmanto.com dalam tema TKI Malaysia Mencari Hidup yang Lebih Baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun