Mohon tunggu...
Felix Kusmanto
Felix Kusmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Organizational Psychologist. Sekedar belajar dan berbagi. www.felixkusmanto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

4 Alasan Memilih Naik Kereta LRT di Kuala Lumpur

9 Mei 2011   14:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Terintergrasi disini sama dengan konsep yang sedang di lakukan di Jakarta. Jadi pengguna tidak perlu repot-repot jalan jauh untuk pindah jurusan, ganti moda transportasi atau masuk ke dalam gedung tujuan. Karena semua terkoneksi oleh jembatan, transport lain ataupun kanopi pejalan kaki.

Daya angkut tinggi


Rapid KL LRT per harinya diperkirakan mengangkut 326,095 commuter sepanjang dua rute yang tersedia saat ini. Namun dengan proyek perpanjangan dan penambahan jalur yang sedang berlangsung RAPID KL MRT (beberapa tahun lagi namanya akan berganti dari LRT menjadi MRT atau Mass Rapid Transit) mengantipasi 400,000 commuter baruperharinya. Banyak bukan?

Bayangkan berapa banyak pergerakan manusia dari satu titik ke titik yang lainya dan bayangkan berapa banyak karbon emisi yang dapat di tekan. Dan berita baiknya adalah, tidak ada penambahan kendaraan di jalan.

Dengan 4 alasan diatas maka itu tidak heran 326 ribu orang selalu tergantung pada moda satu ini.

Jadi bagaimana Jakarta kita sebagai ibu kota republik terbesar ke empat didunia? Layak-kah Jakarta kita mempunyai transportasi yang manusiawi? Layak-kah pemerintah terus mendukung peningkatan kualitas dan penambahan sarana transportasi yang ada? Layak-kah kita meminta transport layak?

Sekedar tambahan, transportasi Jakarta juga ada positif nya. Paling tidak Jakarta punya ojek motor yang juga sangat efisien dan tidak jarang pengemudinya menjadi teman ngobrol yang ramah.  Namun apakah ojek dapat turut mengunragi jumlah kendaraan di jalanan? Layak-kah kita mendapatkan transport publik yang manusiawi dan jangka panjang?

Atau kita memperbaiki mental kita terlebih dahulu sebagai commuter?

Salam

Felix Kusmanto

Tulisan ini juga di publikasikan di blog pribadi saya www.felixkusmanto.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun