Terintergrasi disini sama dengan konsep yang sedang di lakukan di Jakarta. Jadi pengguna tidak perlu repot-repot jalan jauh untuk pindah jurusan, ganti moda transportasi atau masuk ke dalam gedung tujuan. Karena semua terkoneksi oleh jembatan, transport lain ataupun kanopi pejalan kaki.
Daya angkut tinggi
Rapid KL LRT per harinya diperkirakan mengangkut 326,095Â commuter sepanjang dua rute yang tersedia saat ini. Namun dengan proyek perpanjangan dan penambahan jalur yang sedang berlangsung RAPID KL MRT (beberapa tahun lagi namanya akan berganti dari LRT menjadi MRT atau Mass Rapid Transit) mengantipasi 400,000Â commuter baruperharinya. Banyak bukan?
Bayangkan berapa banyak pergerakan manusia dari satu titik ke titik yang lainya dan bayangkan berapa banyak karbon emisi yang dapat di tekan. Dan berita baiknya adalah, tidak ada penambahan kendaraan di jalan.
Dengan 4 alasan diatas maka itu tidak heran 326 ribu orang selalu tergantung pada moda satu ini.
Jadi bagaimana Jakarta kita sebagai ibu kota republik terbesar ke empat didunia? Layak-kah Jakarta kita mempunyai transportasi yang manusiawi? Layak-kah pemerintah terus mendukung peningkatan kualitas dan penambahan sarana transportasi yang ada? Layak-kah kita meminta transport layak?
Sekedar tambahan, transportasi Jakarta juga ada positif nya. Paling tidak Jakarta punya ojek motor yang juga sangat efisien dan tidak jarang pengemudinya menjadi teman ngobrol yang ramah. Namun apakah ojek dapat turut mengunragi jumlah kendaraan di jalanan? Layak-kah kita mendapatkan transport publik yang manusiawi dan jangka panjang?
Atau kita memperbaiki mental kita terlebih dahulu sebagai commuter?
Salam
Felix Kusmanto
Tulisan ini juga di publikasikan di blog pribadi saya www.felixkusmanto.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H