Mohon tunggu...
Felixianus Ali
Felixianus Ali Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, Peneliti, Penerjemah, Konsultan Media, Wartawan

Percakapan dua orang di tengah jalan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Buka Tahun 2025 Ditemani Tangisan Ribuan Kucing di Bekas Makam

1 Januari 2025   03:01 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:26 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: depositphotos/ photomaru

BUKA TAHUN 2025 DITEMANI TANGISAN RIBUAN KUCING DI BEKAS MAKAM

Selamat datang tahun 2025. Engkau sudah datang dan sudah masuk dalam ranah kehidupan kami sebagai makhluk hidup, yang saling membutuhkan. Selamat tinggal tahun 2024. Engkau sudah menemani kami selama 365 hari. Ada banyak kisah di dalamnya. Terima kasih 2024.

Sebagai perantau yang masih bertahan di rantauan, saya sungguh menikmati tutup tahun 2024 dan buka tahun 2025. Masing-masing orang punya cara tersendiri merayakannya itu.

Sebelum memasuki pukul 00.00 WIB sebagai pergantian tahun 2024 ke 2025, sebagai perantau saya sudah terlebih dahulu berdoa di jam 22.00 WIB. Saya berdoa dengan seorang teman sebagai ungkapan syukur dan terima kasih karena penyertaan Tuhan sungguh nyata selama 365 hari, walaupun tertatih-tatih karena perekonomian rakyat kelas menengah ke bawah lagi seret. Apes jadi rakyat yang selalu dikorbankan, hehehe.

Selepas berdoa dengan seorang teman, saya pamit pulang ke kosan sebelum jalanan dipenuhi manusia yang akan bermain petasan, dan joget meriah dengan lagu-lagu yang dikumandangkan dari speaker yang berjubel di pinggir jalan.

Saya jalan kaki menuju kosan. Tujuan untuk bisa melihat semua situasi dan kebahagiaan dari manusia-manusia yang akan mengakhiri 2024 dan menyambut 2025. Tampak terlihat wajah-wajah itu semringah. Saya tetap jalan kaki. Tak ada halangan apapun.

Saya tak memerhatikan jam yang melingkar pada tangan kanan saya. Saya hanya fokus jalan kaki sembari melihat manusia-manusia itu. Eh, tetiba saya sudah tiba di kosan.

Sesampai di kosan, situasi gelap gulita karena lampu depan yang biasanya menyala, rupanya sudah putus. Sehingga gelap gulita. Tuan kos pun tak pernah perhatikan kalau lampu depan sudah putus.

Saya buka tas mengambil kunci kamar dengan tidak menghidupkan lampu kamera HP. Saya biarkan gelap begitu saja. Sedangkan di samping kiri kanan saya sudah berisik suara-suara aneh. Saya tidak peduli.

Pintu kamar sudah dibuka. Saya masuk dan menyapa seisi kamar saya. Itu sebagai kebiasaan kalau suka meninggalkan kamar, entah dalam waktu lama atau tidak, tiap kali masuk kamar saya akan selalu katakan, "Puji Tuhan Yesus dan Bunda Maria, saya sudah tiba di kamar dengan selamat". Itu kebiasaan positif. Hal kecil tapi kalau dibiasakan akan jadi energi positif yang sangat baik buat keselamatan diri dan keadaan sekitarnya.

Kemudian saya nyalakan lilin di depan Patung Bunda Maria dan Salib Yesus sebagai tata cara dan iman Katolik yang saya imani dan saya miliki. Baru setelah itu saya minum air putih dua gelas sebagai pelepas lelah.

Kenapa dua gelas air yang harus saya minum tiap kali tiba di kamar kosan? Karena saya teringat akan pesan Yesus kepada para murid-Nya, "Aku mengutus kamu berdua-dua". Itu yang selalu saya lakukan. Ada kelegaan dan kehangatan tersendiri setelah saya minum dua gelas air seperti yang diajarkan Yesus tentang pergi berdua-dua.

Sambil menanti jam 00.00 WIB untuk pergantian tahun, saya duduk lesehan di lantai kamar sembari membaca berbagai berita media online di HP, supaya tidak tertinggal informasi atau peristiwa yang terjadi. Saya gunakan waktu 30 menit untuk membaca berita-berita termasuk membaca berbagai artikel teman-teman kompasianer di Kompasiana dan memberi komentar dan like atas artikel yang sudah saya baca saat itu sebagai cara menjalin relasi dan interaksi dengan sesama teman kompasianer. Bukankah kita sebagai makhluk sosial akan saling membutuhkan satu sama lain?

Di luar kamar, makin terasa suara aneh. Karena letak kondisi kosan saya agak masuk ke dalam, dan berjauhan sama tuan rumah. Juga sepi kalau sudah malam hari. Orang-orang sini menyebutnya "wilayah angker", karena dulunya bekas makam. Saya tak menggubris suara-suara aneh itu. Saya biarkan saja.

Kembali saya tengok jam di tangan kanan saya sudah pukul 00.00 WIB pertanda pergantian tahun 2024 ke 2025 sudah terjadi. Saya duduk kembali di lantai dan membaca kitab suci dan berdoa sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas pemeliharaan Tuhan selama 365 hari.

Sambil berdoa dan baca kitab suci untuk merefleksi perjalanan hidup setahun, depan kamar kosan saya, ribuan kucing meraung-raung dan menangis. Tidak hanya itu saja. Kucing-kucing itu sambil berkelahi dan saling mencakar. Pintu kamar saya seperti dilempar batu. Saya tak menggubrisnya. Kucing-kucing itu makin menangis dan meraung-raung depan pintu kamar saya. Tiap malam seperti itu.

Sementara dari kejauhan, saya mendengar suara tetangga mengusir kucing-kucing lainnya yang juga menangis dan meraung-raung dengan sadisnya. Terdengar suara lemparan batu dari tetangga-tetangga itu mengusir kucing-kucing tersebut.

Juga saat itu gerimis dan petir mulai bersahutan seperti mengiyakan tangisan kucing-kucing, sehingga situasi saat itu makin mencekam. Ngeri juga sih bagi yang tidak kuat mental dan tidak punya keberanian hidup di kosan bekas makam, yang bagi warga sini adalah "wilayah angker" dan menyeramkan.

Penuturan warga sini, area kosan saya selain angker dan menyeramkan dan menakutkan, orang-orang tidak mau ngekos karena takut menempati kamar di bekas makam yang ditemani suara kucing-kucing menangis dan berkelahi pada tiap malam. Juga bau kemengan yang menambah ketakutan bagi yang tidak punya mental dan keberanian.

Ya, begitulah cara saya sebagai perantau membuka tahun 2025 ditemani tangisan ribuan kucing di bekas makam yang menyeramkan dan menakutkan. (*)

*Awal tahun 2025: 01 Januari 2025*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun