Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ketika Jatim Semakin "Seksi" Karena Khofifah, Ganjar-Mahfud Tak Tinggal Diam?

15 Januari 2024   11:50 Diperbarui: 15 Januari 2024   12:54 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Medan Berat Elektoral di Jawa Timur mulai menunjukkan 'hilal'nya. Sebenarnya secara tidak langsung arah dukungan sang 'Panglima' Jawa Timur (walau sebenarnya adalah Srikandi) yaitu Khofifah Indar Parawansa sinyalnya sudah sangat lama terdeteksi bahwa dia akan merapat ke 02 alias Prabowo-Gibran. Tapi sepertinya melihat momentum juga, manakala Jawa Timur sedikit banyaknya mempengaruhi suara Nasional itu sendiri. 

Bahasa mudahnya, semua sudah ditampakkan secara by design bahwa memang ada saatnya semua dibukakan secara gamblang. Sebenarnya di kalangan elit baik di 01 yang mana ada Muhaimin dan juga di 03 disitu ada Mahfud MD 2-2nya tidak heran bahwa ini adalah strategi dari pihak lawan. Sebenarnya sudah kelihatan juga bahwa arah-arahnya jelas akan kemana. 

Namun jika sudah deklarasi resmi, alias tidak menutup diri bahkan siap untuk 'turun gunung' rasa-rasanya sedikit banyak mendorong gerak psikologis dari tiap-tiap relawan untuk semakin berkobar atau konstituen potensial juga yang mana mereka tentu langsung mulai terpengaruh untuk mengarahkan dukungannya kepada sosok yang dideklarasikan tersebut. 

Apalagi Khofifah dari dulu juga bukan sembarang tokoh selain Gubernur Jawa Timur, dia adalah Ketua Umum Muslimat NU yang punya massa yang tidak sedikit. Apalagi sekali lagi bahwa Jawa Timur memang bukan Provinsi yang main-main, kira-kira 65 persen dukungan Jawa Timur terhadap Jokowi di 2019 sukses membawa Jokowi menang 55 persen. Dimana kontribusinya adalah setara 25 persen lebih pemilih yang ada di Indonesia. Tinggal siapapun akan bersaing keras mendapatkannya.

Sepertinya memang sudah ada arah settingan manakala, sebenarnya belum lama ini rilis beberapa lembaga Survey bahwa Ganjar-Mahfud mulai beranjak naik sejak usai Debat Cawapres pada 22 Desember 2023. 

Sangat jelas sekali, mungkin karena faktor seorang Mahfud MD yang juga bisa menjadi sebagai motor penggerak, disamping memang pola dan strategi kampanye yang berubah. Kira-kira opini yang berkembang adalah karena pola Ganjar yang tidak lagi menyerang namun berusaha move-on dengan tagline Percepatan. 

Sudah mulai mengarah-arah pada fokus gagasan berbanding dengan menangisi yang lalu. Peran Mahfud juga mulai optimal disini, makanya di beberapa titik semisal waktu Survei November Pertengahan hingga Awal Desember jelas terlihat bahwa Ganjar-Mahfud pun sudah berhasil disalip Anies-Muhaimin. 

Kemudian, basis-basis seperti Jawa Tengah sudah mulai hampir disalip Prabowo-Gibran dimana Gibran sudah mulai gencar di beberapa Karesidenan atau Kabupaten dimana terjadi pembelotan simpatisan dan konstituen PDIP. Kemudian, di Jawa Timur juga basis-basis Nahdliyin dan Abangan sudah mulai terpengaruh dan menyatakan dukungan bahkan Faktor Mahfud pun pada awal deklarasi tidak banyak terpengaruh. 

Jika pada survey mingguan, kira-kira gambarannya begini seperti di segmen pemilih Suku Madura. Waktu Anies pasangan dengan Muhaimin, mereka ke AMIN. Kemudian begitu Ganjar gandeng Mahfud seketika mulai ada perubahan ke GAMA. Tapi itu cepat begitu saja, ketika Prabowo-Gibran menggaet banyak Ulama-Ulama yang lantas menggerus benteng tersebut, sehingga secara pragmatis terlihat bahwa ada arus perubahan suara yang lumayan masif disini.

Hanya saja case yang terjadi pada momen Akhir Tahun sampai Awal Tahun, kira-kira sampai jelang Pertengahan Januari ini tren Ganjar naik. Mungkin taktik untuk sedikit banyak 'niru' Anies disamping juga beliau berkomitmen sampai nginap di rumah warga sampai launching beberapa program mulai membuahkan hasil. Berarti, memang komitmen mereka tidak main-main dan bisa dijelaskan pula politik gagasan itu seperti apa. 

Semisal, mulai berkolaborasi dengan Narasi membuat diskusi (sebenarnya di AMIN juga sama), kemudian membuat diskusi-diskusi sendiri yang platformnya seperti Desak Anies dan Slepet Imin. Jika Ganjar ada MalminGan, kemudian Mahfud baru saja rilis Tabrak Prof. Terinspirasi dari selentingan 'Mundur Wir' ini menjadikan sosok Mahfud yang didorong betul adalah sosok yang tidak antikritik melainkan sangat terbuka. Diskusi-diskusi ini sebenarnya kalau Mahfud sebelum menjadi Cawapres pun memang sering terjadi. Ini dimasifkan kembali disamping gagasan-gagasan yang tentunya pakai komparasi rasional juga ditampilkan. Semisal Ganjar dengan para masyarakat di akar rumput seperti Nelayan dan Petani, sementara Mahfud di kalangan Milenial dan Mahasiswa. Sudah ada pembagiannya makanya mulai ada kenaikan. 

Semisal di DKI Jakarta, kabarnya Ganjar-Mahfud pun sudah bisa mulai menduduki puncak (mungkin tipis-tipisan dengan AMIN), kemudian di Jawa Timur utamanya basis Mataraman mulai ada sikap ke 03 (mungkin ini adalah swing voters). Kurang lebih, jika ditampilkan trennya adalah Ganjar-Mahfud mulai naik ke angka +/- 36 persen berbanding Prabowo-Gibran yang stagnan di 46 persen. 

Angka Ganjar bisa naik dari 22 ke 36 persen salah satu sentimen penyumbangnya adalah posisi Ganjar-Mahfud yang 'kembali' menguasai tipis di Jawa Timur yaitu sekitar 43 persen berbanding Prabowo-Gibran stagnan di 41 persen (padahal kemarin, Ganjar-Mahfud hanya 33 persen).

Puncaknya adalah belum lama ini langsung diadakan deklarasi yaitu IKAMA atau Ikatan Keluarga Madura yang sebenarnya elitnya sudah setuju ke Ganjar pasca Ganjar gandeng Mahfud padahal mereka sempat declare akan ke AMIN. Belum lama mereka deklarasi bersama di Jakarta. IKAMA ini mungkin adalah Madura Perantau yang sebenarnya punya hubungan baik dengan yang di Kampung halaman dimana mereka semua solid untuk memenangkan Ganjar-Mahfud. 

Bersamaan pula deklarasi dilakukan dengan FBR alias Forum Betawi Rempug yang mana Betawi Moderat yang selama ini punya andil +/-30 persen terhadap suara Betawi secara keseluruhan dimana mereka pula yang berkontribusi memenangkan Jokowi di 2014 dan 2019 di DKI dan Bodetabek. Memutuskan untuk nyatakan dukungan ke Ganjar-Mahfud. 2 Suku yang terkenal Konservatif Religius di Jawa ini menyatakan dukungan ke GAMA. Minimal jika seperti ini jelas bahwa Ganjar-Mahfud mendapatkan 30 persen suara Betawi (70 persennya adalah basis Religius murni yang jelas ke PKS dan AMIN), sementara Madura kurang lebih sekitar 60 persen termasuk di perantauan. 

Maka demikian manakala jika 2 basis kekuatan ini digarap secara masif, minimal Ganjar-Mahfud akan lolos putaran kedua. Sekalipun Prabowo-Gibran unggul dahulu. Kira-kira begitu cara main taktiknya. Tentunya, secara analisis rasional hal ini tidak terlepas dari peran besar seorang Mahfud MD sebagai sosok yang berada dalam kertas suara, mengapa FBR dan IKAMA bisa bersatu bersama untuk kemenangan 03. Mahfud MD dikenal sangat dekat dengan tokoh-tokoh Betawi (khususnya moderat) apalagi mereka Nahdliyin yang dekat dengan Gusdur. IKAMA tidak usah ditanya, pasti jelas Mahfud sosok Madura. 

Belum lagi ada tokoh-tokoh kunci semisal Ma'ruf Amin melalui anak-anaknya yang baru saja declare ke 03 salah satunya Azizah Ma'ruf. Belum lagi ada Sandiaga Uno yang notabene dekat dengan FBR dimana FBR dukung Anies-Sandi karena peran Sandi itu sendiri, apalagi FBR dan IKAMA juga sangat afiliasi dengan PPP. Belum lagi dari Gusdurian yang dirasa sangat berkorelasi dipimpin Yenny Wahid akan allout bersama dengan basis-basis tersebut mengingat Ketokohan Gusdur yang sangat erat dengan 2 suku tersebut.

Tinggal bagaimana mengoptimalkannya, dan sepertinya 2 hari terakhir ini TPN juga berhasil merespon sikap itu secara serius. Bayangkan saja, begitu Khofifah sudah menyatakan dukungan pulang Umroh dan siap masuk TKN 02 jadi Jurkamnas dan Pengarah. 

Seketika Mahfud MD langsung 'terbang' dan 'tabrak' ke Surabaya berlanjut ke Madura untuk sosialisasi dan kampanye untuk mengamankan basis suara. Pastinya bersama dengan 'geng' PPP dan juga IKAMA yang mana sudah berusaha strategi ini dikondisikan pula pastinya sejak lama. 

Tinggal eksekusi saja step by step. Begitu juga Ganjar, dimana beliau juga mulai nyusul ke Surabaya namun arah beliau sepertinya ke Malang dan berlanjut ke Mataraman, yang notabene sangat erat dengan Jawa Tengah. Intinya jika ingin menang di Jawa Timur rumusnya adalah amankan Surabaya Raya, kemudian Madura dan Mataraman. Sebagaimana Pilgub dahulu dimana sebenarnya Khofifah kalah di Madura (dan Tapal Kuda) termasuk serta sebagian Mataraman. Berarti basis ini diperkuat sembari pastikan Ibukota yaitu Surabaya berhasil direbut. Wait n see saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun