Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gagasan GAMA: 500 T/Tahun Antitesa 400 T Makan Siang Gratis?

27 Desember 2023   18:03 Diperbarui: 6 Februari 2024   20:47 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka perlu ada kolaborasi dengan Fakultas Kedokteran di berbagai PTN di tiap Provinsi agar membuka spesialisasi tersebut tentunya dengan mekanisme yang lebih terfokus dan terarah pada prospek yang lebih rasional berikut juga Mantri Kesehatan atau Perawat yang membantu. Penguatan Poltekkes itu perlu bahkan tiap Provinsi ada. Serta terakhir insentif memadai dimana kesinambungan yaitu gaji/uang saku/tunjangan yang cukup dimana sebenarnya selesai jika birokrasi tidak berbelit sehingga tidak menimbulkan cost tinggi dan menyulitkan persebaran. Indikator atau prosesnya diubah sehingga lebih berorientasi pada hasil bahkan untuk peningkatan skill juga perlu beasiswa atau pembinaan lebih. 

Uangnya tadi sangat cukup. Bahkan sebenarnya tinggal fokuskan dan maksimalkan saja efisiensi efektivitas anggaran yang sudah ada secara eksisting. Kita punya 20 persen anggaran pendidikan yaitu 600 Triliun untuk peningkatan PTN spesifiknya FK agar ada spesialisasi untuk Kedokteran Keluarga Layanan Primer, kemudian di Poltekkes milik Kemenkes juga agar lahir mantri/perawat baru. 

Kalau anggaran Kesehatan (terlepas ada atau tidaknya mandatory spending lagi imbas UU Kesehatan baru) itu juga masih cukup, lagian di era Jokowi sudah banyak terbangun Puskesmas kualitas secara fisik memadai serta teknologi dan fasilitas kesehatannya memadai bahkan generik alias buatan dalam negeri pula yang tidak kalah dari impor. 

Tinggal Ganjar-Mahfud meneruskan fokus di SDM-nya yaitu untuk isi dengan nakes-nakes yang siap tentu dengan insentif memadai, skill handal dan juga tidak terbebani birokrasi yang berbelit sehingga fokus dan maksimal melayani. Rasa-rasanya realokasi atau fokuskan saja 150 Triliun Anggaran Kesehatan plus 10 persen anggaran Pendidikan yang 600 Triliun alih-alih habis di akomodasi rapat miliaran mending langsung to the point kepada langkah-langkah nyata tersebut. Bahkan tanpa membebani tambahan fiskal yang berpengaruh pada keseimbangan primer. Jadi sudah sangat murah berbanding program unggulan kompetitor tadi. 

Apalagi jelas risetnya bahwa soal stunting dan kesehatan harus dari segi preventifnya diperkuat, jadi sejak dininya pula.

Bagaimana? Relevan dan Rasional bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun