Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Deklarasi di Bulan September, First Anies Next Ganjar, Sandi Ancang-Ancang?

3 September 2023   14:40 Diperbarui: 3 September 2023   14:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesannya semakin panjang pada saat Apel Siaga PDIP tingkat Jateng di Stadion Jatidiri Semarang dimana saat itu dari 2 Partai yang memang sudah menyatakan resmi kerjasama dengan PDIP yaitu PPP dan Perindo. Hanya PPP yang tidak hadir dalam Apel Siaga Pemenangan tersebut (Hanura tak masuk hitungan, walau nyatakan dukungan H+1 after Ganjar jadi Capres di 21 April 2023, namun baru merapat ke PDIP 31 Agustus 2023). Terlihat hanya Tuan Guru Bajang dari Perindo saja (kabarnya TGB memang sempat masuk bursa tapi Perindo tahu diri dia tak punya kursi jadi tidak dalam usul langsung). Sinyalnya disini sudah semakin kuat bahwa PPP merasa ada ganjalan, dimana PDIP sekalipun undang tapi PPP masih berhati-hati bahwa sebentar Sandiaga tidak akan dipakai sebagai Cawapres-nya Ganjar.

Apalagi sebenarnya aroma ini lebih sengit tercium dari fungsionaris dan simpatisan PPP di Daerah yang selama ini masih menunggu dan berharap demikian agar Ganjar-Sandi maju. Namun kalau Sandiaga juga kabarnya tidak jadi, mereka juga mendesak DPP untuk timbang ulang ketimbang jalan biasa tapi tidak dapat apa-apa. Ini juga yang menyebabkan sulit juga jikalau akhirnya Demokrat after gagal bersama Anies dan Nasdem malah merapat ke PDIP. Jaminan untuk AHY jadi Cawapres juga menjadi sangat sulit. Jangankan yang baru dan ingin masuk, yang sudah berjalan seperti PPP saja tidak bisa terjamin betul Sandiaga sebagai kader andalannya untuk menjadi pendamping Ganjar. Apalagi kabarnya PDIP dan Demokrat 'bau-bau' rekonsiliasi. Kalau pakai syarat iya. AHY Wapres Ganjar, tapi kan mana mungkin. Megawati orangnya juga matang sama seperti Surya Paloh. Pertimbangan AHY masih kekanakan dan karbitan belum lagi yang tanpa pengalaman jabatan publik jadi masih banyak kurangnya lah. Sandiaga sudah ngarah-ngarah seperti nasibnya AHY.

Loyalis/Relawan Sandiaga Uno yang non partisan yang telah bersama sejak lama. Mungkin waktu masih di Gerindra bahkan sebelum di Gerindra sekalipun (berarti pas pure Sandi terjun politik) juga mendorong demikian. Sekelas Sandiaga Uno yang sudah masuknya senior, dia juga pengusaha tulen, orang partai, pernah jadi Cawapres dan kini menjadi Menteri kalau tidak dikaryakan eksistensinya untuk maju ya sayang sekali. Potensi besar, bahkan Loyalisnya memprovokasi kalau PDIP terkesan 'main-main' kenapa tidak sekalian Sandi maju saja toh modalnya punya. Karena sejauh ini hambatan setiap Pilpres adalah modal finansial/logistik dan Sandiaga sudah lebih dari cukup. Bahasa kasarnya sudah bisa 'beli partai' atau 'beli kursi'. Jadi terkesan sudah tepat saja saat itu Sandiaga yang klaimnya ngajak dukung Ganjar tapi juga diam-diam bikin sekoci, andaikata Ganjar tidak pakai dia jadi pendamping. Sandi sudah siap out begitu juga PPP untuk bentuk poros baru yaitu bersama Demokrat dan PKS sebagai teman, serta AHY tentu standby menjadi Calon RI2.

Hal ini tidak salah dan sangat wajar, ketika 2 Bakal Cawapres yang gagal naik mending 'main sendiri' sebagai 'Penggembira' atau bahkan menjadi 'Kuda Hitam' dimana terbentuk poros keempat meski Partai yang kecilan tapi soal mesinnya tidak main-main apalagi ada jaminan logistik yang siap dari Capresnya sendiri yang sebenarnya hanya butuh legitimasi politik sebuah kursi DPR RI saja yaitu dari Parpol. Barangkali hal ini pula yang akan jadi pengamatan seru dan intens Majelis Tinggi Partai Demokrat dan Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera yang tentu mempertimbangkan dinamika yaitu menunggu apakah Ganjar jadi dengan Sandi atau diluar itu sehingga Sandi out dan jadi poros keempat yang kata SBY merupakan perkenan/sepengetahuan 'Pak Lurah' kemarin. Semakin memperjelas bahwa Presiden Jokowi yang mengatakan kepada Pimpinan MPR bahwa Pilpres akan diikuti oleh 4 Pasangan Calon termasuk poros keempat yaitu : Sandiaga Uno dengan Agus Harimurti Yudhoyono ini. Gerak Politik yang cukup impresif kalau terlihat.

PKS juga diwajarkan untuk bersama dengan Sandiaga Uno, bahkan sebenarnya jika jujur lebih dekat PKS dengan Sandi daripada Anies. Sekalipun kini Sandi adalah orang Jokowi die hard apalagi sejak ia jadi Menteri tapi dia tetap engage hubungan baik dengan PKS bahkan sejak masih di Gerindra sampai sekarang di PPP. Terlepas ini perkara religiusitas atau tidak namun memang keduanya berhubungan baik dan PKS sendiri merasa mungkin Sandi itu sebagai jembatan politik antara Pemerintahan Jokowi dengan Oposisi sehingga klop. Terlepas pula duitnya Sandiaga yang memang besar sekali, dan itu juga yang akan menjadi pertimbangan utama. Jika ada ajakan Sandiaga, tak mungkin ditolak bukan. Toh juga Sandiaga tidak harap duit, cuma harap dukungan dimana Sandi juga akui militansi kader dan simpatisan PKS yang memang kenceng dari Tarbiyah, sama kencengnya juga dengan simpatisan atau kader PDIP sebetulnya. Jadi sepertinya sih Majelis Syuro PKS akan menganalisa dan sekiranya cocok mereka pun ready untuk out dari Nasdem dan PKB. Makanya ditahan dulu, sampai pengumuman dan deklarasi Cawapres Ganjar ini. 

Dengan Demokrat? (Lihat foto atas), sebenarnya kedekatan antara Sandiaga dan AHY ini sudah seperti seorang yang satu frekuensi sebagai sosok representasi muda, apalagi sama-sama pecinta basket. So pasti akan sangat klop bahkan sebenarnya Demokrat juga merasa bahwa Sandiaga ini potensial, apalagi Sandiaga jika mempertimbangkan AHY jelas sebagai Cawapres karena dalam poros 4 ini siapa lagi yang lebih potensial selain AHY. Dia sosok muda, enerjik, kapabel dan berwawasan terlihat dari narasi politiknya sebagai Ketum di momentum-momentum sebelumnya. AHY pun tidak akan berharap Capres juga, jadi Cawapres juga tetap bisa eksis. 

Toh, itu goalnya ke Anies maupun ke Ganjar. Sandi paling pasti, dan tentu AHY nerima Sandi sebagai Capres karena lebih senior (tuaan), kemudian soal finansial atau modal duit dan juga pengalaman dimana jelas Sandi adalah mantan Wakil Gubernur dan Menteri sekarang sehingga dibanding AHY yang tanpa jabatan masih belum lah. Yang penting diberdayakan saja. Kedua pria tampan ini, sudah bisa dipastikan sedikit bisa menggaet suara para ibu-ibu/emak-emak yang selalu jadi narasi keduanya dimana kebijakan harus ramah emak-emak atau mungkin para gadis gen Z yang memang terpaku pada pesona para pemuda (yang tuaan) ini sebagai pemanis PIlpres 2024. Menarik, jadi tidak semata tokoh yang tua-tuaan saja melainkan sosok yang relatif baru dalam politik bisa langsung menjadi pemain dan mungkin bisa dilirik dan dihargai. Kalau menang urusan belakangan, eksis dulu lah kira-kira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun