Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Deklarasi di Bulan September, First Anies Next Ganjar, Sandi Ancang-Ancang?

3 September 2023   14:40 Diperbarui: 3 September 2023   14:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono Basket Bareng (Sumber : Dokumentasi Partai Demokrat)

Bulan September dikenal sebagai Bulan Pengkhianatan bukan hanya perkara Sejarah belaka dimana terjadi peristiwa Gerakan 30 September PKI yang dikenal ingin merongrong Pancasila di era Orde Lama. 

Melainkan belum lama terjadi deklarasi yang kabarnya berawal dari pengkhianatan di kalangan para elit dan koalisi partai. Benar sekali, Deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang lahir oleh karena pengkhianatan diantara kedua belah pihak. 

Paling mendalam adalah terjadi antara Partai Nasdem dan Anies Baswedan sebagai Bacapresnya berlaku dengan Demokrat yang selama ini memperjuangkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Ketua Umumnya untuk menjadi pendamping Anies. Lha wong, orang taunya kalau Koalisi Perubahan untuk Persatuan pasti tokoh antitesa Status Quo-nya adalah 2 orang tersebut : Anies-AHY. 

Namun plot twistnya terjadi pengkhianatan dimana Nasdem memutuskan untuk mempertimbangkan Calon lain dengan mengajak Partai Kebangkitan Bangsa yang selama ini dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) bersama Prabowo Subianto dari Gerindra untuk beralih bersama Anies sebagai Calon Wakil Presiden kedepannya. 

Mau tidak mau, suka tidak suka dijawab siap dan memang menimbulkan ketegangan dimana hal ini juga sangat bereaksi mendalam setelah memang tentunya after Golkar dan PAN bergabung bersama Prabowo dan Koalisi berubah menjadi Koalisi Indonesia Maju. Tentu, secara rasional sudah tercium bahwa memang kecil peluang Muhaimin jadi Cawapres Prabowo. Yowes lah Out jalan satu-satunya.

Prabowo dengan Golkar berikut PAN tentu akan mempertimbangkan nama lain semisal Erick Thohir yaitu nama yang diusul oleh PAN bahkan dari Muhammadiyah juga sebagai bentuk engagement PAN yaitu Muhadjir Effendy, sama halnya waktu deal-dealan antara PDIP dimana Ganjar perlu mempertimbangkan. Golkar juga bukan tak mungkin masih memperjuangkan Airlangga Hartarto sebagai Calon Wakil Presidennya walau tidak menutup kemungkinan diantara kedua partai tersebut juga bisa sepakat apalagi jika MK bisa memutuskan akses tersebut bahwa Gibran Rakabuming Raka selaku Putra Presiden Jokowi untuk mendampingi Prabowo maka demikian wajar ketiganya bersepakat menjadi Koalisi Indonesia Maju. PKB pun merana karena tidak diajak, yasudah mereka keluar dan menerima pinangan Nasdem yang memang menginginkan sosok yang bisa memegang kendali atas basis elektoral Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menjadi kandang Nahdliyin sekalipun nyatanya memang seorang Muhaimin Iskandar juga perlu bersaing dengan banyaknya tokoh Nahdliyin yang tak kalah populer lainnya di kancah Nasional.

Selesai sudah deklarasi Anies dan Muhaimin, namun meninggalkan sebuah jejak misteri ketika PKS sebagai Koalisi yang katanya masih klaim mendukung Anies Baswedan tapi tak diundang keduanya baik Nasdem dan PKB. PKS dalam konpers setelah deklarasi di tempat terpisah menyambut baik namun masih perlu pertimbangan Rapat Majelis Syuro yang akan berlangsung hingga beberapa waktu depan menyikapi dinamikanya. Ketika 2 partai yang deklarasi kemarin tak ngajak PKS apakah pertanda bahwa ini sebagai bentuk 'usiran halus'? Dimana kita tahu bahwa pada akhirnya PKS pun secara bertahap tidak akan dibutuhkan lagi sebagai bagian dari Koalisi bersama dengan Anies Baswedan.

Pertimbangannya wajar dan rasional ketika selama KPP waktu masih ada Demokrat juga, Nasdem dan Anies merasa PKS sendiri tidak getol modal secara logistik dan finansial beda dengan Nasdem alias bahasa kasarnya medit. Ujungnya PKS malah dianggap beban elektoral dan hanya pengen nerima ekor jasnya saja. Kalau soal PKB nyatanya jelas keduanya ideologi bertentangan antara Islam yang Moderat ala Nahdliyin dengan yang Konservatisme Islam yang selama ini bertentangan dalam nilai-nilai otomatis basis grassroot dibawah tentu akan tidak maksimal dalam kampanye karena ketika berdua dalam 1 kolam pasti akan muncul perdebatan-perdebatan tiada pasti. Sehingga, jelas sekali bahwa pencalonan ini juga wajar dianggap sebagai cara yang tidak smooth kata PKS. Menunjukkan PKS kecewa juga karena dadakan, bahkan sampai Demokrat out tapi masih perlu matang bersikap. Padahal sebenarnya, kalau pakai akal waras seharusnya PKS sudah lama sadar dan musti bersikap konsisten untuk keluar karena sebenarnya PKS juga yang paling banyak dirugikan. Rugilah orang dicap 'anak bawang' alias tidak dihargai. Terus kemana sikap PKS untuk selanjutnya?

Nah bahasan selanjutnya kita kembali lagi ke Ganjar Pranowo yang rencananya juga akan mendeklarasikan Cawapresnya pada Bulan September ini. Ketika Anies-Muhaimin sudah declare, maka tidak lama setelahnya PDIP menyatakan melalui Ketua DPP-nya yang sekaligus sebagai 'juru lobby' yaitu Puan Maharani untuk bersikap dan menyatakan kesiapan untuk deklarasi dalam waktu dekat. Nama yang dipertimbangkan sudah mulai mengerucut dan sudah digodok oleh internal tinggi partai berikut juga Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum sementara Partai lain yang menjadi teman kerjasama (bahasanya bukan koalisi) sedang menunggu nama tersebut untuk dibahas. Dimana ujungnya kesepakatan Megawati dan Ganjar Pranowo beserta koalisi secara bersama menetapkan. Nama yang santer dikabar adalah nama-nama yang tidak asing bahkan sudah mengarah pada sosok non partisan, yaitu Mahfud MD, Yenny Wahid dan Andika Perkasa. Tidak ada nama Sandiaga Uno disana sehingga tentu akan menjadi dinamika panjang bahwa PPP sendiri terkesan sudah mulai dilupakan. Wajar saja manuver PPP kemaren bersama Sandiaga itu dilakukan agar menjadi 'sekoci' untuk langkah berikutnya.

Salah satu fakta yang bisa menjelaskan kerenggangan hubungan PPP dengan PDIP walau sudah kerjasama adalah kejadian 14 Agustus 2023 (berarti sebelum 17an) Ganjar sowan ke Ciganjur tidak lama setelah kejadian waktu Hari Ultah AHY yang mana sempat heboh antara Yenny Wahid dengan AHY siapa yang kayak dampingi Anies. Tapi gejolak dari Gusdurian mungkin kurang berkenan sehingga saat itu Yenny dengan diplomatis mengatakan bahwa AHY sudah jauh lebih keren bahkan Yenny Wahid sekalipun tidak bisa menandingi, lebih dari klop bersama Anies Baswedan. Barulah tanggal 14 alias 3 hari setelah acara tersebut yang berlangsung tanggal 11 Agustus 2023. Ganjar dan Yenny bertemu dan sowanan bersama mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Wahid yang akrab disapa Mbak Sinta terlepas memohon restu/wejangan sampai konteks usul terkait Pilpres 2024 juga disampaikan yaitu pertimbangan 2 tokoh Gusdurian yaitu Mahfud MD atau Yenny Wahid. Hanya saja yang digaris bawahi adalah ajakan Yenny Wahid bersama Ganjar Pranowo safari dan ziarah Gusdur setelah Ganjar selesai masa tugas 5 September besok.

Kesannya semakin panjang pada saat Apel Siaga PDIP tingkat Jateng di Stadion Jatidiri Semarang dimana saat itu dari 2 Partai yang memang sudah menyatakan resmi kerjasama dengan PDIP yaitu PPP dan Perindo. Hanya PPP yang tidak hadir dalam Apel Siaga Pemenangan tersebut (Hanura tak masuk hitungan, walau nyatakan dukungan H+1 after Ganjar jadi Capres di 21 April 2023, namun baru merapat ke PDIP 31 Agustus 2023). Terlihat hanya Tuan Guru Bajang dari Perindo saja (kabarnya TGB memang sempat masuk bursa tapi Perindo tahu diri dia tak punya kursi jadi tidak dalam usul langsung). Sinyalnya disini sudah semakin kuat bahwa PPP merasa ada ganjalan, dimana PDIP sekalipun undang tapi PPP masih berhati-hati bahwa sebentar Sandiaga tidak akan dipakai sebagai Cawapres-nya Ganjar.

Apalagi sebenarnya aroma ini lebih sengit tercium dari fungsionaris dan simpatisan PPP di Daerah yang selama ini masih menunggu dan berharap demikian agar Ganjar-Sandi maju. Namun kalau Sandiaga juga kabarnya tidak jadi, mereka juga mendesak DPP untuk timbang ulang ketimbang jalan biasa tapi tidak dapat apa-apa. Ini juga yang menyebabkan sulit juga jikalau akhirnya Demokrat after gagal bersama Anies dan Nasdem malah merapat ke PDIP. Jaminan untuk AHY jadi Cawapres juga menjadi sangat sulit. Jangankan yang baru dan ingin masuk, yang sudah berjalan seperti PPP saja tidak bisa terjamin betul Sandiaga sebagai kader andalannya untuk menjadi pendamping Ganjar. Apalagi kabarnya PDIP dan Demokrat 'bau-bau' rekonsiliasi. Kalau pakai syarat iya. AHY Wapres Ganjar, tapi kan mana mungkin. Megawati orangnya juga matang sama seperti Surya Paloh. Pertimbangan AHY masih kekanakan dan karbitan belum lagi yang tanpa pengalaman jabatan publik jadi masih banyak kurangnya lah. Sandiaga sudah ngarah-ngarah seperti nasibnya AHY.

Loyalis/Relawan Sandiaga Uno yang non partisan yang telah bersama sejak lama. Mungkin waktu masih di Gerindra bahkan sebelum di Gerindra sekalipun (berarti pas pure Sandi terjun politik) juga mendorong demikian. Sekelas Sandiaga Uno yang sudah masuknya senior, dia juga pengusaha tulen, orang partai, pernah jadi Cawapres dan kini menjadi Menteri kalau tidak dikaryakan eksistensinya untuk maju ya sayang sekali. Potensi besar, bahkan Loyalisnya memprovokasi kalau PDIP terkesan 'main-main' kenapa tidak sekalian Sandi maju saja toh modalnya punya. Karena sejauh ini hambatan setiap Pilpres adalah modal finansial/logistik dan Sandiaga sudah lebih dari cukup. Bahasa kasarnya sudah bisa 'beli partai' atau 'beli kursi'. Jadi terkesan sudah tepat saja saat itu Sandiaga yang klaimnya ngajak dukung Ganjar tapi juga diam-diam bikin sekoci, andaikata Ganjar tidak pakai dia jadi pendamping. Sandi sudah siap out begitu juga PPP untuk bentuk poros baru yaitu bersama Demokrat dan PKS sebagai teman, serta AHY tentu standby menjadi Calon RI2.

Hal ini tidak salah dan sangat wajar, ketika 2 Bakal Cawapres yang gagal naik mending 'main sendiri' sebagai 'Penggembira' atau bahkan menjadi 'Kuda Hitam' dimana terbentuk poros keempat meski Partai yang kecilan tapi soal mesinnya tidak main-main apalagi ada jaminan logistik yang siap dari Capresnya sendiri yang sebenarnya hanya butuh legitimasi politik sebuah kursi DPR RI saja yaitu dari Parpol. Barangkali hal ini pula yang akan jadi pengamatan seru dan intens Majelis Tinggi Partai Demokrat dan Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera yang tentu mempertimbangkan dinamika yaitu menunggu apakah Ganjar jadi dengan Sandi atau diluar itu sehingga Sandi out dan jadi poros keempat yang kata SBY merupakan perkenan/sepengetahuan 'Pak Lurah' kemarin. Semakin memperjelas bahwa Presiden Jokowi yang mengatakan kepada Pimpinan MPR bahwa Pilpres akan diikuti oleh 4 Pasangan Calon termasuk poros keempat yaitu : Sandiaga Uno dengan Agus Harimurti Yudhoyono ini. Gerak Politik yang cukup impresif kalau terlihat.

PKS juga diwajarkan untuk bersama dengan Sandiaga Uno, bahkan sebenarnya jika jujur lebih dekat PKS dengan Sandi daripada Anies. Sekalipun kini Sandi adalah orang Jokowi die hard apalagi sejak ia jadi Menteri tapi dia tetap engage hubungan baik dengan PKS bahkan sejak masih di Gerindra sampai sekarang di PPP. Terlepas ini perkara religiusitas atau tidak namun memang keduanya berhubungan baik dan PKS sendiri merasa mungkin Sandi itu sebagai jembatan politik antara Pemerintahan Jokowi dengan Oposisi sehingga klop. Terlepas pula duitnya Sandiaga yang memang besar sekali, dan itu juga yang akan menjadi pertimbangan utama. Jika ada ajakan Sandiaga, tak mungkin ditolak bukan. Toh juga Sandiaga tidak harap duit, cuma harap dukungan dimana Sandi juga akui militansi kader dan simpatisan PKS yang memang kenceng dari Tarbiyah, sama kencengnya juga dengan simpatisan atau kader PDIP sebetulnya. Jadi sepertinya sih Majelis Syuro PKS akan menganalisa dan sekiranya cocok mereka pun ready untuk out dari Nasdem dan PKB. Makanya ditahan dulu, sampai pengumuman dan deklarasi Cawapres Ganjar ini. 

Dengan Demokrat? (Lihat foto atas), sebenarnya kedekatan antara Sandiaga dan AHY ini sudah seperti seorang yang satu frekuensi sebagai sosok representasi muda, apalagi sama-sama pecinta basket. So pasti akan sangat klop bahkan sebenarnya Demokrat juga merasa bahwa Sandiaga ini potensial, apalagi Sandiaga jika mempertimbangkan AHY jelas sebagai Cawapres karena dalam poros 4 ini siapa lagi yang lebih potensial selain AHY. Dia sosok muda, enerjik, kapabel dan berwawasan terlihat dari narasi politiknya sebagai Ketum di momentum-momentum sebelumnya. AHY pun tidak akan berharap Capres juga, jadi Cawapres juga tetap bisa eksis. 

Toh, itu goalnya ke Anies maupun ke Ganjar. Sandi paling pasti, dan tentu AHY nerima Sandi sebagai Capres karena lebih senior (tuaan), kemudian soal finansial atau modal duit dan juga pengalaman dimana jelas Sandi adalah mantan Wakil Gubernur dan Menteri sekarang sehingga dibanding AHY yang tanpa jabatan masih belum lah. Yang penting diberdayakan saja. Kedua pria tampan ini, sudah bisa dipastikan sedikit bisa menggaet suara para ibu-ibu/emak-emak yang selalu jadi narasi keduanya dimana kebijakan harus ramah emak-emak atau mungkin para gadis gen Z yang memang terpaku pada pesona para pemuda (yang tuaan) ini sebagai pemanis PIlpres 2024. Menarik, jadi tidak semata tokoh yang tua-tuaan saja melainkan sosok yang relatif baru dalam politik bisa langsung menjadi pemain dan mungkin bisa dilirik dan dihargai. Kalau menang urusan belakangan, eksis dulu lah kira-kira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun