Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sekoci Politik: Bukan Soal Koalisi Melainkan Personal, Bagaimana Skenarionya?

4 Mei 2023   10:15 Diperbarui: 5 Mei 2023   13:34 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Fenomena politik wahid yang berlangsung dalam waktu berdekatan (sumber : Tempo dan Kompas.com)

Istilah sekoci memang menarik belakangan ini. Sekoci merujuk pada cadangan alias plan B dimana plan utama akan gagal karena proses komunikasi yang alot. Semisal kita pernah mendengar bahwa Koalisi Indonesia Bersatu yang anggotanya adalah Golkar, PAN dan PPP Mei 2022 lalu dibentuk oleh karena akomodir arahan dari Presiden. 

Ketiganya eksplisit pernah mengatakan bahwa koalisi ini dibentuk berdasarkan petunjuk Istana dimana ketiganya memang pernah berlawanan melihat dari ideologi juga namun pada akhirnya mereka dinilai bersatu kembali dalam membentuk sebuah gagasan alternatif melalui sebuah gabungan alternatif melandasi pertikaian 2 kubu yang diwarisi hasil Pilpres 2014 dan 2019 lalu yang tak kunjung usai. 

Maka dibentuklah gagasan ketiga yaitu KIB ini. Namun banyak yang menilai ini sekoci, seiring pula preferensi politik Presiden Jokowi terhadap sosok Capres (sebut saja Ganjar) belum pasti direstui saat itu oleh PDIP dan Ibu Megawati karena jelas arah mereka cenderung ke Puan Maharani, sehingga Presiden Jokowi meminta ada Koalisi alternatif yang diharapkan mengarah ke Ganjar. 

Meskipun hal ini ditolak ketiganya, justru Koalisi ini cenderung ‘jualan’ gagasan dibanding sosok. Toh belum lama tanda bubar sebelum jalan saja sudah mulai kok. Skenario batal, PPP (dan bukan tak mungkin PAN) ke Ganjar kemudian Golkar bisa saja ke Prabowo dengan Gerindra-PKB.

Sekoci seolah berubah, kalau melihat pada 3 fenomena foto diatas. Coba kita lihat, ini berkorelasi pada 3 sosok pemimpin di 3 partai. Mengapa ada Demokrat? Ya bukan tidak mungkin partai ini mengamini gagasan sekoci. Apa itu? Menghadapi situasi realistis bukan utopis yang dialami para elite. 

Seolah menjadi kecemasan dan perlu ada sebuah patokan dimana mereka tetap eksis. 3 sosok yang kuat sebagai Capres meski turun sebagai Cawapres. Kita tahu Munas Golkar masih pegang sama Airlangga Capres meski kini mulai mengerucut seiring Koalisi Kebangsaan (Koalisi Inti) partai-partai Pemerintah non PDIP akan bergabung menjadi satu (Kebangkitan Indonesia Raya dan Indonesia Bersatu)

Daya tawar sedikit dikurangi mengingat Prabowo hingga hari ini adalah Capres terkuat diantara Ketum yang nyapres sehingga Ketum lain ‘ngarep’ untuk posisi Cawapres. Begitu juga PKB, sebelum gabung dengan KKIR gejolak akar rumput bahkan kita tahu fenomena Budal Gus seolah memberi mandat bahwa Muhaimin Iskandar harus jadi Capres namun ketika bergabung dengan Gerindra, seolah berubah. Justru dalam koalisi bersama Gerindra seakan berharap bahwa Muhaimin untuk pasti jadi Wakil Prabowo. 

Bukan cuma di koalisi Pemerintah. Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang notabene Antitesa (bukan pakai istilah Oposan ya) ada AHY yang sebenarnya sebelum mengusung Anies masih berharap AHY sebagai tokoh muda bisa menjadi Capres yang mana bisa meneruskan visi SBY (narasi kerinduan) hanya ketika Januari 2023 lalu Demokrat fix ke Anies, ya daya tawar seakan berubah berharap AHY untuk menjadi Cawapres dari Anies. Ketiganya memiliki persamaan : Sama-sama punya kekuatan partai yang solid, Sama-sama pula diplot menjadi kontestan Pilpres, dan sama-sama tidak punya nilai jual (terlihat elektabilitasnya). 

Back to Basic, Kembali pada bahasan Sekoci. Konkritnya mungkin saja mereka memikirkan bahwa perlu ada Plan B untuk menyelamatkan eksistensi partai dan koalisi mereka. Apa itu? Kemungkinan besar mereka bertiga akan berkontestasi di Pemilu Legislatif daripada harap-harap tapi ‘nganggur’ cuma bergantung sama posisi Eksekutif. Bagaimana polanya? 

Semisal Golkar melalui Airlangga Hartarto bisa jadi dia akan kembali pada DPR RI setelah terakhir di periode 2009-2014 lalu. Pada akhirnya dia akan menunjukkan kedewasaan lebih dalam politik Partai Beringin tersebut. Demi eksistensi partai (kader tetap kontes) namun bisa punya nilai jual sementara untuk Parlemen Golkar targetnya ambisius untuk kembali memimpin DPR atau jeleknya second one ditandai 100 juta total suara diraup. 

Airlangga akan beri penugasan kepada salah satu kadernya yang punya nilai jual untuk maju sebagai Cawapres. To the point saja, Airlangga berikan tiket kepada Waketumnya sekaligus Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sebagai Cawapres dalam Koalisi Inti (Kebangsaan). Jadi fokus Golkar tidak akan terpecah karena fokusnya sudah ada garisnya.

Airlangga yang notabene sudah berpengalaman sebagai Parlemen berjuang bersama pasukan Caleg lain memastikan keterpilihan kursi maksimal sementara Komando Eksekutif akan diserahkan kepada Ridwan Kamil untuk mendampingi Capresnya memenangkan Pilpres. 

Airlangga main di Dapil mana? Santer dikabarkan beliau akan maju di DKI II (Jaksel, Jakpus, LN) meskipun dia punya basis di Jabar V (Kabupaten Bogor) cuma mungkin ini jatah anaknya yang sudah jadi dan Airlangga ingin tantangan tertentu. Sama seperti Zulkifli Hasan PAN yang berani keluar dari Lampung nyaleg di Jateng I (Kota Semarang, dst). Wait and see saja

Kemudian dialami oleh PKB. Muhaimin Iskandar alias Cak Imin kembali lagi sebagai Caleg DPR RI di Dapil yang sama yaitu Jatim VIII (Jombang, Madiun Kota/Kab, Mojokerto Kota/Kab, Nganjuk) yang akhirnya menjadikan dia Wakil Ketua DPR RI sekarang ini. Basis yang realistis mengingat PKB selalu jualan Santri dan NU  utamanya di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagian sebagai basis utama dan loyal. Sehingga basis (padat) ini selalu ditawarkan sebagai daya tawar untuk maju dalam kontestasi Pilpres. 

Hanya saja apakah akar rumput yang tidak terafiliasi partai akan setuju? Belum tentu, mungkin memang bukan jalannya juga menjadi Eksekutif terlihat jadi Menteri SBY saja beliau tiada gebrakan. Sudah pas ladangnya di Legislatif. Dilihat setidaknya dia banyak bersuara dan melakukan aksi parle alias mewakili berbagai narasi-narasi dan argumen yang mana lebih menonjol sama halnya dengan sang Ketua DPR, Puan Maharani. 

Jadi Menko tidak jelas namun jadi Ketua DPR setidaknya ada yang kelihatan (meski relatif ya). Passionnya jelas. Kemudian apa yang bisa ditawarkan supaya PKB eksis? Muhaimin meminta posisi Ketua MPR RI yang notabene juga adalah usul Presiden terpilih (sekiranya Koalisi Inti menang) dimana jauh lebih berkuasa/powerful lagi karena bertanggungjawab dalam agenda Konstitusional besar. 

Untuk Eksekutif jelas PKB sebagai partai kuat bisa meminta Portofolio strategis. Semisal warisan Jokowi dan SBY PKB selalu dapat Tenaga Kerja dan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Transmigrasi, paling tambahan pernah Pemuda Olahraga dan kini Agama. Kita tidak tahu, barangkali PKB akan dapat posisi Menko semisal Pembangunan Manusia, Kebudayaan atau Portofolio strategis semisal Perdagangan atau Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi.  Bisa jadi bukan kalau partainya kuat begitu? Agenda partai lebih langgeng.

Terakhir untuk Demokrat dan Agus Harimurti Yudhoyono. Daripada dianggap sebagai ‘pengangguran politik’ bahkan informasi yang baru saja beredar bahwa Majelis Tinggi pimpinan ayahnya sendiri yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Presiden ke 6 merasa bahwa disisi lain dia berharap betul pada AHY sebagai generasi muda yang akan mampu duduk dalam tampuk kekuasaan. Namun secara realistis dalam ‘CV’ secara politik beliau nganggur karena belum punya jabatan publik. 

Realistis saja, masih mending seorang Ibas yang notabene adiknya sudah 3 jalan 4 periode jadi Anggota Dewan bahkan meraih suara tertinggi pula dimana kalau tidak salah lebih dari 450ribu suara melebihi suara partai di dapilnya Jatim VII (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, dll). Harusnya AHY sebagai Ketum Partai bisa seperti adiknya yang Wasekjen sekaligus Ketua Fraksi di DPR tersebut. 

Demokrat tunjukkan kalau mereka legowo melalui Piagam Koalisi kepada Anies. Tunjukkan bahwa mereka dewasa barangkali AHY tidak menjadi Cawapres toh Demokrat melalui AHY bisa berjuang agar kursi di Parlemen lumayan kuat. Demokrat seperti kita tahu semakin gurem barangkali jika suara dan kursi tambah besar pahit-pahit hanya sebagai Oposisi karena Capresnya kalah.

Demokrat eksis karena dia bisa solid sebagai Oposisi. Kalaupun nanti perkara Presidennya Demokrat menang dan akhirnya AHY menjadi Menko atau Menteri strategis urusan belakangan. Hanya pastikan saja di Parlemen kuat dulu supaya agenda partai kuat. Ingat masyarakat karena kecilnya kursi juga kecil harapan sama Demokrat. Fokus saja AHY bersama Ibas untuk tingkatkan jatah kursi Parlemen. Syukur-syukur jadi Pimpinan Dewan? Kita tidak tahu intinya bisa meningkat.

Terus AHY akan nyalon dimana? Ya bisa saja benar dugaan Jatim I yaitu Surabaya, Sidoarjo akan jadi ‘medan perang’ seorang Ketum. Biar merasakan juga AHY dipilih oleh rakyat dan dapat kursinya. Kalau Dapil Jatim VII kan tak mungkin, masa pakai kursi adiknya. 

Ya setidaknya bolak-balik ke Surabaya (walau kuliah S3 Unair) sedikit banyak memberikan impress kalau AHY suka ke Surabaya akan ada konstituen baru dan memberi mandat padanya. 

Tak salah bukan? Setidaknya AHY jika terpilih bisa menjadi ‘Leader Opposition’ Parlemen, semakin vokal dan bisa buktikan intelektualitasnya sekolah sampai S3 bahkan sempat di Luar Negeri untuk benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat. Lebih terhormat dan dijamin oleh konstitusi (namanya DPR adalah tugas konstitusi).

Bagaimana cocok tidak sekoci politik yang kemungkinan bakal terjadi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun