Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sekoci Politik: Bukan Soal Koalisi Melainkan Personal, Bagaimana Skenarionya?

4 Mei 2023   10:15 Diperbarui: 5 Mei 2023   13:34 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Fenomena politik wahid yang berlangsung dalam waktu berdekatan (sumber : Tempo dan Kompas.com)

Airlangga akan beri penugasan kepada salah satu kadernya yang punya nilai jual untuk maju sebagai Cawapres. To the point saja, Airlangga berikan tiket kepada Waketumnya sekaligus Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sebagai Cawapres dalam Koalisi Inti (Kebangsaan). Jadi fokus Golkar tidak akan terpecah karena fokusnya sudah ada garisnya.

Airlangga yang notabene sudah berpengalaman sebagai Parlemen berjuang bersama pasukan Caleg lain memastikan keterpilihan kursi maksimal sementara Komando Eksekutif akan diserahkan kepada Ridwan Kamil untuk mendampingi Capresnya memenangkan Pilpres. 

Airlangga main di Dapil mana? Santer dikabarkan beliau akan maju di DKI II (Jaksel, Jakpus, LN) meskipun dia punya basis di Jabar V (Kabupaten Bogor) cuma mungkin ini jatah anaknya yang sudah jadi dan Airlangga ingin tantangan tertentu. Sama seperti Zulkifli Hasan PAN yang berani keluar dari Lampung nyaleg di Jateng I (Kota Semarang, dst). Wait and see saja

Kemudian dialami oleh PKB. Muhaimin Iskandar alias Cak Imin kembali lagi sebagai Caleg DPR RI di Dapil yang sama yaitu Jatim VIII (Jombang, Madiun Kota/Kab, Mojokerto Kota/Kab, Nganjuk) yang akhirnya menjadikan dia Wakil Ketua DPR RI sekarang ini. Basis yang realistis mengingat PKB selalu jualan Santri dan NU  utamanya di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagian sebagai basis utama dan loyal. Sehingga basis (padat) ini selalu ditawarkan sebagai daya tawar untuk maju dalam kontestasi Pilpres. 

Hanya saja apakah akar rumput yang tidak terafiliasi partai akan setuju? Belum tentu, mungkin memang bukan jalannya juga menjadi Eksekutif terlihat jadi Menteri SBY saja beliau tiada gebrakan. Sudah pas ladangnya di Legislatif. Dilihat setidaknya dia banyak bersuara dan melakukan aksi parle alias mewakili berbagai narasi-narasi dan argumen yang mana lebih menonjol sama halnya dengan sang Ketua DPR, Puan Maharani. 

Jadi Menko tidak jelas namun jadi Ketua DPR setidaknya ada yang kelihatan (meski relatif ya). Passionnya jelas. Kemudian apa yang bisa ditawarkan supaya PKB eksis? Muhaimin meminta posisi Ketua MPR RI yang notabene juga adalah usul Presiden terpilih (sekiranya Koalisi Inti menang) dimana jauh lebih berkuasa/powerful lagi karena bertanggungjawab dalam agenda Konstitusional besar. 

Untuk Eksekutif jelas PKB sebagai partai kuat bisa meminta Portofolio strategis. Semisal warisan Jokowi dan SBY PKB selalu dapat Tenaga Kerja dan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Transmigrasi, paling tambahan pernah Pemuda Olahraga dan kini Agama. Kita tidak tahu, barangkali PKB akan dapat posisi Menko semisal Pembangunan Manusia, Kebudayaan atau Portofolio strategis semisal Perdagangan atau Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi.  Bisa jadi bukan kalau partainya kuat begitu? Agenda partai lebih langgeng.

Terakhir untuk Demokrat dan Agus Harimurti Yudhoyono. Daripada dianggap sebagai ‘pengangguran politik’ bahkan informasi yang baru saja beredar bahwa Majelis Tinggi pimpinan ayahnya sendiri yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Presiden ke 6 merasa bahwa disisi lain dia berharap betul pada AHY sebagai generasi muda yang akan mampu duduk dalam tampuk kekuasaan. Namun secara realistis dalam ‘CV’ secara politik beliau nganggur karena belum punya jabatan publik. 

Realistis saja, masih mending seorang Ibas yang notabene adiknya sudah 3 jalan 4 periode jadi Anggota Dewan bahkan meraih suara tertinggi pula dimana kalau tidak salah lebih dari 450ribu suara melebihi suara partai di dapilnya Jatim VII (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, dll). Harusnya AHY sebagai Ketum Partai bisa seperti adiknya yang Wasekjen sekaligus Ketua Fraksi di DPR tersebut. 

Demokrat tunjukkan kalau mereka legowo melalui Piagam Koalisi kepada Anies. Tunjukkan bahwa mereka dewasa barangkali AHY tidak menjadi Cawapres toh Demokrat melalui AHY bisa berjuang agar kursi di Parlemen lumayan kuat. Demokrat seperti kita tahu semakin gurem barangkali jika suara dan kursi tambah besar pahit-pahit hanya sebagai Oposisi karena Capresnya kalah.

Demokrat eksis karena dia bisa solid sebagai Oposisi. Kalaupun nanti perkara Presidennya Demokrat menang dan akhirnya AHY menjadi Menko atau Menteri strategis urusan belakangan. Hanya pastikan saja di Parlemen kuat dulu supaya agenda partai kuat. Ingat masyarakat karena kecilnya kursi juga kecil harapan sama Demokrat. Fokus saja AHY bersama Ibas untuk tingkatkan jatah kursi Parlemen. Syukur-syukur jadi Pimpinan Dewan? Kita tidak tahu intinya bisa meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun