Singkat cerita, Mahfud MD sendiri batal untuk 'melenggang' baik papan 1 (yang sebelumnya akar rumput partai Islam baik PKB maupun PPP mendorong, namun apa daya Partai tersebut kurang tinggi) sebagai Capres maupun papan 2 sebagai Cawapres antara Prabowo dan Jokowi. Padahal sebenarnya banyak masyarakat utamanya aktivisme berharap bahwa ia bisa bersanding dengan Joko Widodo yang notabene simbol murni perubahan. Namun apa daya? Jokowi saja bersanding dengan JK yang notabene 'bekas' wakil SBY.Â
Mahfud pun akhirnya tak ada angin dan hujan malah merapat menjadi Ketua Timses Prabowo Subianto yang sebenarnya sama saja, bersanding dengan Hatta Rajasa yang notabene besan SBY. Singkat cerita, Prabowo kalah dan Prabowo begitu Jokowi menjadi Presiden di 2014 langsung berposisi sebagai seorang 'Pemimpin Oposisi' Indonesia yang notabene kontra terhadap pemerintahan.Â
Mahfud? Abstain, kembali diluar pemerintah dan politik hanya sebagai konsultan dan akademisi hingga singkat cerita ia diajak masuk dalam UKP-PIP yang kelak menjadi BPIP dengan Megawati sebagai Ketuanya. Terkesan masuk kembali hanya dalam ranah yang terkesan menjadi 'advisory''. Pilpres 2019 bergaung, sebenarnya Mahfud sendiri sudah mulai ancang-ancang seperti diketahui dia sudah sampai siapkan baju putih untuk pencalonan. Apalagi surveynya selain Jokowi yang petahana kuat, Mahfud kuat sebagai Cawapres.Â
Hingga akhirnya, kompas itu dipotong kembali. Mahfud tidak dilirik meski sebenarnya Jokowi berkeinginan tapi itulah politik dimana perjodohan bukan keinginan pengantin tapi harus kesepakatan semua dan pilihan mendalam pihak-pihak yang mengusung dan KH Ma'ruf Amin lah yang jadi. Mahfud MD pun abstain, tidak berpihak mendukung siapapun. Malah menjadi katalis demokrasi yang ceria dan bersatu setelah lama di 2014 terpecah melalui Gerakan Suluh Kebangsaan.
Begitu Jokowi kembali menang dan menjabat di 2019. Entah mengapa akhirnya sosok Mahfud MD secara tiba-tiba masuk kembali dalam Kabinet. Genap pula 3 Presiden ia lampaui yaitu Jokowi sebagai Menko Polhukam. Setelah terakhir menjadi Menteri di masa Gusdur, dan masa SBY sebagai DPR dan Ketua MK (Legislatif dan Yudikatif). Tentunya dia membawa sebuah 'nafas' baru dalam perpolitikan. Sebagai politisi yang besar di masa Reformasi meski ada waktu dimana ia 'vakum' ia seolah diberi 'nyawa' untuk memberi warna yang sama halnya ketika menjadi Ketua MK maupun DPR dahulu.Â
Agenda Reformasi dalam Politik Hukum dan Keamanan sudah sangat piawai ia jalani. To the point, langsung pada kisruh yang baru ini saja terjadi yaitu 349 Triliun Potensi pencucian uang yang mana menjadi skandal besar di akhir masa jabatan Jokowi yang terungkap dan menggemparkan seluruh Negara hingga sekarang ini. Yang awalnya adalah kasus pemukulan David Ozora oleh anak seorang Pegawai Pajak, akhirnya terbuka semua borok di Pemerintahan bahwa kondisinya sekarang sudah dalam 'gawat darurat' dimana para birokrat selama ini banyak tertutupi berpotensi melakukan tindakan yang menyeleweng ditandai dari gaya hidup mereka.Â
Terutama Kementerian Keuangan yang dikenal sebagai 'Kementerian Sultan' malah justru berfoya-foya ditengah ketimpangan yang dirasakan segenap rakyat yaitu kondisi ekonomi tak stabil justru para pejabat berusaha meraup uang rakyat sebanyak-banyaknya demi kepentingan pribadi.Â
Mahfud MD seolah dimusuhi baik DPR maupun mungkin pejabat lain. Namun banyak apresiasi, bahwa terus terang saja jika memang benar katakan benar dan salah katakan salah. Tapi ada indikasi 'gula-gula' menuju Pilpres? Kita tidak tahu, ya seperti setelahnya banyak sekali yang menggadang dan bahkan melirik termasuk PKS baru-baru ini, sebentar Gerindra atau mungkin PDIP yang 'fresh' mengusung Ganjar Pranowo. Bagaimana?
Intinya itulah fenomena kuda hitam menjadi putih. Kuda hitam seolah tak terduga jika putih maka akan seperti kembali bersih bahkan menjadi primadona. Mungkin untuk posisi Capres pun sekarang belum setinggi top 3 : Ganjar, Anies dan Prabowo. Belum lagi Cawapres yang kita tahu ada Sandi Uno, Erick Thohir dan Ridwan Kamil. Tapi itulah dinamika, ketika ada fenomena dan kontroversi apalagi kalau reaksinya terkesan simpatik dimana ada kejadian yang seolah heroisme (membuka kebobrokan) lantas meningkatkan trust itu sendiri. Tinggal kita lihat mana siapa yang tepat?
Semoga tidak menjadi 'PHP' atau 'Potong Kompas' lagi. Secara sosok Mahfud tak ragu lagi, lengkap dimasa 3 Pemimpin dan sudah 3 pilar politik dia pegang. Berarti tidak diperdebatkan lagi soal kekhataman beliau. Sudah sangat mumpuni baik dipasangkan dengan Ganjar kah, atau dengan Prabowo atau Anies sekalipun. Tinggal kesediaan koalisi dan Capres itu sendiri saja. Masih lama kok
Mengutip twitt hebat dari seorang Mahfud MD yang menjadi refleksi bagi semua sekaligus Selamat Idul Fitri untuk semuanya:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!