Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo-Ganjar-Pramono: Nostalgia 2009, Flashback Batutulis

11 Maret 2023   07:00 Diperbarui: 11 Maret 2023   07:27 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo, Menhan Prabowo dan Gubernur Ganjar di Kebumen (Foto by Kemensetneg)

So pasti, beliau akan mendapatkan posisi penting di Eksekutif sebagai seorang Menteri dalam portofolio strategis atau bahkan Menko pula, yang mana tak kalah powerful dari seorang Wakil Presiden. Mungkin saja ya, seorang Ganjar akan menjadi sosok yang berpengaruh seperti Hatta Rajasa sebagai Menko Perekonomian SBY atau Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menkomarves di zaman Jokowi. Sekuat itu, bahkan jika Prabowo usai di 2014. 

Bukan tidak mungkin Prabowo akan mendelegasikan sosok PDIP yang terbaik antara Pramono Anung dan Ganjar Pranowo sebagai Capres Tunggalnya. Atau kalau Megawati Presiden dan 2014 Prabowo Presiden, Ganjar pun akan jadi Cawapresnya Prabowo (hukum mutlaknya seperti itu). 

Tidak usah susah-susah lagi Ganjar maju sebagai Gubernur Jateng yang awalnya katanya sebagai 'tugas partai' rumornya kala dia sedang asyiknya sebagai seorang Parlemen. Dimana Megawati saat itu khawatir bahwa Bibit Waluyo lebih condong ke SBY apalagi dengan kekalahan Mega di Jateng dan Demokrat menguasai kota-kota besar di Jateng sekalipun PDIP menang tipis di Provinsi, yang mana sosok Gubernur dari PDIP harus kuat dan itu dimiliki Ganjar. 

Setelan seorang Ganjar pun akan berbeda dengan sekarang. Tapi itu tadi, Jokowi pun tidak akan lahir sebagai politisi yang memang lahir dari rakyat bukan sekedar merakyat. Kalo skenario yang diatas terjadi, mungkin saja Jokowi hingga 2015 masih menjabat sebagai Walikota Solo bahkan boro-boro untuk maju di Pilkada DKI. Toh juga kita sama-sama tahu bahwa sebenarnya Megawati pun masih prefer dengan Fauzi Bowo. Cuma sayang, tidak ada reformasi dalam sebagian besar sektor yang selama ini cenderung 'gelap' namun bisa berubah oleh karena Jokowi yang jadi, baik waktu di DKI maupun di Indonesia sendiri. 

Tapi itulah politik, padahal kita juga sama-sama belum bisa memprediksi. Kalau secara pengalaman Jokowi relatif paling rendah namun kita pun bisa melihat bahwa mereka yang senior dan lebih pengalaman malah berada di belakang seorang yang baru. Dimana benar adanya bahwa Jokowi pure lahir dari rahim Reformasi. 

Dibesarkan benar-benar pada masa Reformasi. Berbeda dengan SBY yang mana sejak zaman Orba beliau adalah sosok Jenderal yang kuat sekalipun bukan seorang Panglima seperti Wiranto. Atau seperti 3 orang diatas dimana Ganjar pun sebenarnya sudah populer dikalangan aktivisme GMNI yang mana dia bersama Taufiq Kiemas berjuang menentang Orba sama halnya Budiman Sudjatmiko atau Adian Napitupulu dalam peristiwa Kudatuli. Belum lagi gerakan-gerakan bawah tanah atau advokasinya yang tak kalah menggema. Begitu juga Pramono Anung, itu sudah jelas sekali. Apalagi Prabowo yang mana dia adalah menantu Orba. Cuma keluar dari Golkar dan bentuk Gerindra saja sepertinya dia seakan berkhianat dari pakem Orba. Itulah politik. DINAMIS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun