Bisa jadi mereka pun ingin ada prinsip berkelanjutan. Ada yang bilang Anies mengedepankan Continuity and Change, tapi itu debatable karena seberapa akurat Continuity dan seberapa juga Changenya?Â
Bisa jadi Nasdem pun sedikit sadar bahwa bayang-bayang Jokowi yang membuat mereka kuat, toh survey Litbang Kompas jelas kok Pemilih Nasdem 2019 banyak memilih Ganjar dan Prabowo daripada Anies (jauh) sedangkan keputusan Nasdem beda ingin merapat ke seberang. Tentu Nasdem sudah paham risikonya, sehingga supaya memastikan "jaminan keamanan" mereka harus berusaha bermanuver.
Agak sulit bila terlalu dini bersebrangan, disamping menjadi Pemerintah juga enak bukan. Jadi maaf-maaf kata, nama Jokowi pun akan selalu dibawa meskipun itu berbeda dengan Anies, mungkin saja Anies ingin dicitrakan sebagai sosok yang dekat. Lihat saja narasi orang Nasdem beberapa waktu terakhir termasuk anak sang Ketum.Â
Mungkin Nasdem ingin Anies seperti sebelum Pilgub DKI yang mana dia sebagai sosok westernis, sosok yang nasionalis moderat dan liberal. Zaman dimana dia dicemooh oleh PKS waktu masih Mendikbud, namun kelihatannya sulit karena tidak mudah juga Pemilih Jokowi yang loyal dan solid begitu saja apalagi yang abu-abu akan merapat ke Anies. Tapi ini yang sedang dicoba, dengan jalan tengah Cawapres tersebut.Â
Intinya jangan sembarang bukan, dan perlu diingat bahwa penentuan siapa yang jadi Cawapres itu seperti Siti Nurbaya, yaitu perjodohan penganten yang tidak diharapkan bahkan dipikirkan sebelumnya. Bisa jadi 'last minute' seperti demikian bukan?Â
Buat para pendukung Anies, intinya siap-siap saja pada kemungkinan tersebut dan bisa jadi nama yang tak diduga yang akan jadi kan siapatau. Belajar dari pengalaman sebelumnya saja. Dan perlu diingat bahwa Cawapres krusial bahwa bisa diterima atas dasar kesepakatan luas dan merepresentasikan berbagai kepentingan yang bisa meraup cita-cita besar. Bukan ego siapa-siapa termasuk Capres, jadi agak lucu juga jika Capres diberi kebebasan walau nyatanya Capres pun bisa jadi sadar bahwa 100 persen bukan dia yang tentukan tapi Ketum Partai maupun Tokoh Non Partai (Pemodal) dibelakangnya. Wait and see
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H