Kemudian di hari ini, Rabu (26/10/2022) AHY memantapkan diri dalam Koalisi dengan bertemu Surya Paloh di Wisma Nusantara siang tadi. Kesepakatan yang disampaikan sebagai bahan sinyal adalah bahwa AHY demi kepentingan bangsa dan negara siap untuk jadi Cawapres. Meskipun yang kita tahu hingga HUT Demokrat tempo lalu gaungan AHY untuk jadi Capres menggema di kalangan kader, tapi memang itulah bukti cairnya sebuah politik. AHY pun siap meski menjadi seorang Cawapres.
Sementara kita paham dinamika mungkin seminggu terakhir ini ketika Nasdem justru menyarankan bahwa Anies musti mempertimbangkan sosok diluar Parpol. Harus non partisan namun punya pertimbangan besar, kurang lebih mengacu pada 2 usul nama kepada Anies yaitu Andika Perkasa dan juga Khofifah Indar Parawansa.Â
Disisi lain, PKS sebagai Partai Koalisi juga beberapa waktu menyertakan beberapa nama hingga barusan mengerucut menjadi 1 nama yaitu Ahmad Heryawan. Mengapa demikian? Sosok Ahmad Heryawan yang dikenal sebagai Gubernur Jabar 2 periode dan dinilai memiliki banyak prestasi cocok bagi Anies dan juga bisa meraup suara di Jabar.Â
Jika pertimbangan Nasdem jelas, mereka ingin mencitrakan diri bahwa Anies dan Koalisi yang dibentuk tidak terkesan menjadi antitesis. Bayangkan saja 2 sosok yang diusul merupakan 'gerbong' Jokowi : Andika Perkasa adalah Panglima TNI sekaligus mantu dari Hendropriyono, seorang Mantan BIN era Megawati yang juga menjadi King Maker Jokowi bersama Surya Paloh di 2014 lalu, sedangkan Khofifah jelas adalah Gubernur Jatim, sekaligus Ketua Muslimat NU. Keduanya punya basis massa yang rasional dan menurut SP bisa saja sangatlah efektif untuk melawan polarisasi dan melawan narasi bahwa Anies dikenal intoleran dan radikal seperti Pilgub dahulu.
Andika merepresentasikan Jenderal atau Purnawirawan bisa meraup basis suara dari Prabowo Subianto yang solid didukung Para Jenderal sedangkan Khofifah sangat memungkinkan meraup suara sebagian Nahdliyin apalagi yang berbasis di Jatim supaya kelak juga memenangkan Anies mengingat beberapa waktu selang survey membuktikan bahwa NU dekat dengan Ganjar dan Prabowo, 2 Capres yang paling dekat dengan lingkaran Pemerintahan.
Maknanya adalah bahwa penentuan siapa yang menjadi Cawapres bisa jadi bukan sesuatu yang mudah dan tidak bisa dimaintenance dalam waktu jauh-jauh hari jika diumumkan berkenaan dengan Koalisi esok hari. Kalau tim kecil yang kelak akan menjadi tim besar selain membicarakan Cawapres juga visi-misi bahkan bisa jadi komposisi jatah Kabinet.Â
Sepertinya kajian tersebut pun relatif dini. Paling banter, sepertinya hanya menentukan Koalisi Perubahan sekaligus Anies dideklarasikan sebagai Capres dari ketiga partai tersebut sebagai Agenda. Saya tidak yakin bahwa Cawapres juga akan dideklarasikan. Kebetulan saya penganut 'last minute'. Apa itu? Situasi dimana semua keputusan ditentukan pada waktu yang sangat dekat dengan pendaftaran.Â
Dinamika politik cenderung dini bila ditentukan terlalu cepat, meskipun Presiden di HUT Golkar lalu juga menyinggung selain tidak sembrono juga tidak terlalu lama bilamana sebuah Partai fix membentuk Koalisi untuk menentukan siapa Capres. Ingat Capres lho yaa. Bisa jadi untuk Cawapres adalah yang terakhir, setelah Cawapres yah Visi-Misi barulah Cawapres berikut dengan komposisi jatah jika menang nanti.Â
Tapi memang unik, PKS dan Demokrat seperti nya komit bersama para relawan Oposan yang kurang lebih juga berharap kepada Anies untuk berubah dari Jokowi bahkan narasinya seakan musti beda dan menjauhkan diri darinya. Disisi lain, keduanya pun tak sadar bahwa siapa yang jadi Pemodal baik Logistik maupun secara Kursi sekarang, Nasdem yang notabene masih tidak mau jauh dari bayang-bayang Jokowi.