Bendahara Desa Krawitan mengutarakan bahwa disini sudah ada yang memiliki bisnis ecoprint,
dan harganya juga lumayan mahal. Oleh karena itu dari kegiatan ini harapannya dapat dijadikan
sebagai sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat karena menghasilkan suatu
produk yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Bahan-bahan dalam pembuatan totebag ecoprint
sangat sederhana dan mudah ditemukan yaitu memanfaatkan apa yang ada di alam seperti bunga
atau dedaunan, sehingga hal ini juga akan meminimalisir adanya sampah khususnya sampah
organik.
Kegiatan pembuatan totebag ecoprint dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan PIK
Remaja di Balai Desa Krawitan mulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Acara ini
dihadiri oleh Bapak Sukmoko dan istri selaku Kepala Desa Krawitan, perwakilan kader PKK
beserta 40 orang remaja baik dari kalangan SD, SMP, maupun SMA. Acara dimulai dengan
sambutan yang disampaikan oleh Bapak Kepala Desa Krawitan dilanjutkan dengan sharing dan
pemaparan materi tentang Remaja di Era Digital dari mahasiswa KKN UNNES GIAT 3.
Kemudian acara inti diisi dengan edukasi pembuatan totebag ecoprint menggunakan teknik
pounding (pukul) yang dipandu oleh mahasiswa sendiri.
Kegiatan inti diawali dengan mahasiswa tim KKN UNNES GIAT 3 menjelaskan
gambaran tentang pembuatan totebag ecoprint dengan teknik pounding (pukul), kemudian
memaparkan alat dan bahan yang akan digunakan. Bahan yang digunakan kali ini adalah
menggunakan totebag yang terbuat dari kanvas. Sebelum digunakan, totebag telah dicuci bersih
agar memudahkan proses penyerapan warna dari daun atau bunga yang ditumbuk dengan batu.
Selain itu dibutuhkan plastik sebagai pembatas antara bagian depan dan belakang totebag agar
tidak terjadi penembusan warna dari daun atau bunga yang ditumbuk. Setelah proses
penumbukan selesai, totebag dicelupkan kedalam air yang telah dicampur tawas agar warna daun
atau bunga pada totebag terkunci dan tidak memudar, selanjutnya totebag dapat dikeringkan dan
siap digunakan.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN membagi para remaja menjadi 8 kelompok, dimana
setiap kelompok terdiri dari 5 orang dan diberikan sebanyak 2 totebag untuk dieksekusi. Setelah
selesai memaparkan alat dan bahan, setiap kelompok digiring untuk mencari daun, bunga, dan
batu di sekitar Balai Desa Krawitan. Hal ini dimaksudkan agar terjalin rasa solidaritas atau