Sampai kapan? paling tidak sampai ditemukan ‘clean’ energi pengganti yang ramah lingkungan tetapi ekonomis alias murah, memadai, dan dapat berkelanjutan.
Dilema ini pula yang mungkin menyebabkan para pemangku jabatan dan petinggi negara untuk bertoleransi dengan mencanangkan istilah Net-Zero Emissions.
Tetapi mengapa tidak Zero-Emissions atau No Emissions at All?
Ya sebenarnya, Zero-Emissions atau No Emissions at All itu tidak mungkin, karena manusia bernafas sudah menghasilkan emisi CO2.
Dan ini pula yang menunjukkan kalau emisi itu sebenarnya tidak bermasalah.
Ketika kita bernafas membuang gas CO2, maka ada tanaman, air dan tanah yang membantu untuk mengurangi kadar gas di udara sehingga tidak sampai merusak lingkungan.
Masalahnya adalah ketika jumlah emisi tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dapat diproses oleh tanaman, air dan tanah.
Emisi yang berlebih tersebut akan bebas berkeliaran di udara atau atmosfer dan mengakibatkan pemanasan global. Ibarat efek rumah kaca yang membuat suhu dalam ruangan berkaca menjadi panas, CO2 di udara membuat suhu bumi menjadi panas dan semakin panas.
Lalu apa sebenarnya Net-Zero Emissions itu?
Net-Zero Emissions sebenarnya menghadirkan keseimbangan antara emisi yang dihasilkan, dengan emisi yang dapat diproses baik itu oleh alam maupun oleh alat ciptaan manusia.
Misalnya jika dalam sehari kamu makan sampai dengan 3.000 kalori tetapi hanya memakai 1.500 kalori, maka sisa kalori yang tidak terpakai akan tersimpan dalam tubuh dan meningkatkan berat badan kamu.