Siapa yang tidak senang jika mendapatkan harta warisan? Saya kira hampir semua orang pasti akan senang.
Tapi bagaimana jika warisan harta tersebut dibarengi dengan warisan hutang juga? Nah di sini, saya kira kamu pasti sudah akan mulai waswas.
Kalau hutang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah harta warisan, ya tidak masalah, karena harta warisan dapat digunakan untuk membayar warisan hutang. Masih ada yang akan tersisa.
Yang menjadi masalah adalah ketika hutang lebih besar daripada warisan hartanya. Sebagai ahli waris, maka kamu mempunyai kewajiban untuk melunasi hutang tersebut, meskipun kamu harus memakai uang atau aset kamu sendiri, alias merugi.
                               ***
Bumi ini juga dapat dikatakan sebagai suatu warisan, yaitu dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda. Suatu ketika, bumi dan segala isinya ini, ‘harta’ maupun ‘hutang’, akan diserahkan untuk dikelola oleh generasi yang lebih muda, bagi kelangsungan hidup mereka.
Bedanya dengan cerita warisan harta di atas, warisan ‘hutang’ ini tidak dapat dilunasi dengan cara mengurangi dari warisan ‘harta’.
Apakah warisan ‘hutang’ berupa bencana seperti hujan badai dan angin topan dahsyat akibat perubahan iklim, ataupun krisis seperti krisis air bersih, gagal panen, dan munculnya virus baru dapat dilunasi dengan cara menyerahkan 100 ton barel hasil tambang minyak misalnya? Atau mungkin dengan cara menyerahkan 10 ton hasil tambang emas?
Tentunya tidak bisa. Diperlukan langkah nyata dan praktis untuk melunasi ‘hutang’ tersebut.
Dan sebagai generasi yang lebih tua, sudah sepantasnya kita mulai peduli dan merencanakan hal apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi beban ‘hutang’ bagi anak cucu kita.