Saya kira tidak ada orang tua yang akan senang jika melihat anak cucunya kesulitan kelak, seperti kesulitan memperoleh air bersih untuk minum dan mandi, atau kelaparan karena gagal panen akibat perubahan iklim.
                               ***
Pemanasan global akibat gas rumah kaca telah menyebabkan perubahan iklim yang dampaknya secara nyata dapat kita rasakan saat ini.
Di Indonesia misalnya. Terkadang hujan turun sangat intens selama beberapa minggu, padahal seharusnya sedang musim kemarau. Atau sebaliknya, saat sudah memasuki musim hujan, malah hujan jarang turun.
Aktivitas ekonomi manusia disebut sebagai penyumbang terbesar gas rumah kaca seperti NOx, gas metana, dan paling banyak CO2 (karbon dioksida), 150 tahun terakhir ini menurut US EPA.
Dan memang benar, peningkatan aktivitas ekonomi selalu diikuti dengan peningkatan kebutuhan akan energi, yang pemenuhannya masih bertumpu pada sektor ‘dirty’ energi, seperti minyak bumi dan batu bara.
Di Amerika misalnya. Sektor transportasi, pembangkit listrik, industri, dan komersial masih didominasi dengan penggunaan energi dari fosil, seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, dan sebagainya.
Bukankah mobil atau sepeda motor yang kamu pakai saat ini juga masih menggunakan bensin hasil tambang?
Kebutuhan akan ‘dirty’ energi inilah yang mendorong pelepasan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar ke atmosfer kita. Proses industri manufaktur juga turut andil, tetapi pembakaran bahan bakar fosil tetap merupakan penyumbang yang terbesar.
                               ***
Meskipun ‘dirty’ energi memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan, tetapi kita masih sangat membutuhkannya saat ini.