Susanto 44 tahun, pria asal Grobogan Jawa Tengah, sudah 7 kali melakukan aksi penipuan dengan menjadi dokter gadungan, Selain di RS PHC Surabaya, Susanto juga pernah menjadi dokter gadungan di tempat fasilitas kesehatan lainnya, seperti di Jawa Tengah dan Kalimantan. Seorang dokter ilegal yang bekerja di Rumah Sakit Primastya Husada Citra Surabaya (RS PHC Surabaya) selama kurang lebih 3 tahun yang telah menimbulkan keresahan di masyarakat Surabaya (Sari, J. P., & Santosa, A. A. G. D. H., 2024).
Aksinya dimulai ketika RS PHC membuka lowongan kerja secara online. Meskipun tidak memenuhi kualifikasi sebagai dokter, Susanto berhasil diterima berkat dokumen palsu yang ia ajukan. Selama dua tahun, Susanto bekerja di Klinik K3 yang dikelola oleh PT PHC di Cepu, Jawa Tengah. Meskipun tidak pernah melayani pasien di RS PHC Surabaya, ia menerima gaji dan tunjangan yang cukup besar, sekitar Rp 7,5 juta per bulan.Â
Kasus Susanto ini sangat bertentangan dengan UU No. 17 tahun 2023 karena :
1. Â Melakukan Praktik Tanpa IzinÂ
Susanto beroperasi sebagai dokter tanpa memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang sah. Berdasarkan UU No. 17 tahun 2023, setiap tenaga kesehatan diwajibkan untuk memiliki izin resmi sebelum melakukan praktik. Susanto mencuri identitas dan dokumen milik dr. Anggi Yurikno, seorang dokter asli, untuk mendapatkan izin praktik yang tidak sah (Bhayangkara, 2023). Kejadian serupa pernah dilakukan Susanto pada 2006-2008. Menurut Wakil Sekjen PB IDI dr Telogo Wismo, Susanto sebelum bekerja di Rumah Sakit Primasatya Husada Citra (RS PHC) Surabaya, pernah menjadi seorang dokter kandungan di sebuah rumah sakit di Kalimantan pada 2006-2008. Namun kedoknya sebagai dokter gadungan di Kalimantan saat itu berhasil terbongkar lantaran grogi saat praktik caesar (CNN, 2023).
2. Penyalahgunaan IdentitasÂ
Susanto mengaku telah mencuri dan menggunakan data pribadi dr. Anggi Yurikno, seperti Surat Izin Praktik Dokter, ijazah Kedokteran, Kartu Penduduk, dan Sertifikat Hiperkes dengan mengganti foto di dokumen tersebut tanpa mengganti isinya secara menyeluruh untuk melamar pekerjaan di RS PHC Surabaya. Tindakan ini jelas melanggar ketentuan hukum terkait pemalsuan identitas dan dokumen, serta praktik kesehatan yang tidak memenuhi syarat (Bhayangkara, 2023).
3. Â Memberikan Perawatan Medis Tanpa KualifikasiÂ
Selama dua tahun bekerja di RS PHC Surabaya. Susanto memberikan layanan medis kepada pasien meskipun ia hanya lulusan SMA dan tidak memiliki kualifikasi sebagai dokter. Ini merupakan pelanggaran serius terhadap UU No. 17 tahun 2023 yang menekankan pentingnya kualifikasi dan kompetensi tenaga kesehatan dalam memberikan layanan medis (Rifqah, 2023).
4. Â Menimbulkan Risiko bagi PasienÂ