Tidak hanya kehilangan materi, para korban juga merasakan dampak psikologis yang besar. Sebagian merasa trauma dan takut untuk meninggalkan motor di luar rumah, bahkan untuk waktu singkat. Â
Kerugian ekonomi yang diderita para korban juga signifikan. Harga sepeda motor baru yang terus naik, ditambah beban cicilan yang belum lunas, semakin memperparah kondisi mereka. Â
Â
Meski kepercayaan terhadap penegak hukum minim, warga Cipedes tidak tinggal diam. Beberapa inisiatif lokal mulai dilakukan, seperti patroli mandiri oleh warga di malam hari. Â
"Ini memang bukan solusi permanen, tapi setidaknya kami bisa lebih waspada," ujar salah satu anggota patroli warga. Â
Namun, usaha ini tidak cukup tanpa dukungan dari pihak berwenang. "Kami butuh bantuan polisi, bukan hanya untuk menangkap pelaku, tapi juga memberikan rasa aman bagi warga," tambahnya. Â
Kasus pencurian sepeda motor di Cipedes menggambarkan kebutuhan mendesak akan kerja sama antara warga dan penegak hukum. Tanpa laporan resmi, pihak kepolisian akan sulit bertindak. Namun, di sisi lain, polisi juga perlu menunjukkan bahwa laporan warga akan ditangani dengan serius dan transparan. Â
Peningkatan sistem keamanan lingkungan, seperti pemasangan CCTV di titik rawan, bisa menjadi langkah awal. Selain itu, edukasi kepada warga tentang pentingnya melapor dan mekanisme yang lebih sederhana untuk pelaporan kehilangan juga diperlukan. Â
Kejahatan di Cipedes ini bukan hanya soal kehilangan materi, tapi juga tentang kepercayaan dan rasa aman yang harus dipulihkan. Tanpa itu, ketakutan akan terus menghantui, dan pelaku kejahatan akan semakin leluasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H