Mohon tunggu...
Felis MaySafitri
Felis MaySafitri Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswi / Stikes Mitra Keluarga

Felis May Safitri

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Negatif Free Sex Beresiko Terkena Penyakit HIV/AIDS

21 Oktober 2022   16:38 Diperbarui: 21 Oktober 2022   16:50 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Salah satu penyakit menular seksual yang belakangan ini menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia yaitu HIV/AIDS . Penyebab tertinggi menigkatnya kasus HIV/AIDS karena faktor pergaulan bebas seperti free sex heteroseksual. 

Pergaulan bebas di kalangan remaja sangat dikhawatirkan karena masa remaja merupakan masa dimana seseorang mencari jati diri dengan meningkatkan rasa keingintahuan dan cenderung melakukan petualangan hidup serta tantangan terhadap perbuatan yang dilakukan tanpa pertimbangan yang matang. 

Masalah hidup remaja saat ini adalah masalah percintaan terhadap lawan jenis dengan mencoba menjalin hubungan yang romantis membuat remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk melakukan aktivitas seksual.

Ketersediaan sarana dan prasarana disekitar nya yang sangat mudah untuk didapatkan membuat remaja ingin menyalurkan rasa keingintahuan untuk memenuhi keinginan nya dalam melakukan aktivitas seksual atau seks bebas. seks bebas ini menjadi topik perbincangan yang sangat menarik karena minimnya pengetahuan pada usia remaja dan dewasa muda terkait seks bebas.

Seks bebas merupakan hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan tanpa ada nya ikatan pernikahan yang sah, dan biasanya dilakukan dengan bergonta ganti pasangan. hal tersebut menjadi sesuatu yang sudah lumrah dikalangan masyarakat indonesia terutama dikalangan remaja yang secara biopsikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan. Dampak yang akan ditimbulkan dari perilaku seks bebas adalah penyakit menular seksual (PMS), kehamilan di luar nikah dan juga HIV/AIDS (Bachruddin et al., 2017).

HIV/AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. HIV (Human Imunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sel darah putih (limfosit) dalam tubuh  yang dapat mengakibatkan menurunya sistem kekebalan tubuh seseorang, jadi virus itu akan menyerang sel CD4 yang merupakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. 

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan akibat dari melemahnya sistem kekebalan tubuh seseorang karena infeksi virus HIV, sistem kekebalan tubuh yang menurun dapat menimbulkan seseorang mudah terpapar penyakit infeksi lain nya seperti TBC, kandidiasis (infeksi jamur), kanker, dan sebagainya (Gunawan, Yudhi Tri dan Irma Prasetyowati, 2016).

Berdasarkan laporan epidemi HIV global United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) terdapat 38 juta penduduk dunia yang terinfeksi HIV dan terjadi pada tahun 2019. Bahkan sebesar 7,1 juta penduduk dunia tidak mengetahui bahwa telah terinfeksi HIV. 

Di Indonesia kasus positif HIV mengalami peningkatan dalam  5 tahun terakhir tercatat pada tahun 2015 sebesar 30.935 jiwa, pada tahun 2016 meningkat menjadi 41.250 jiwa, di tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 48.300 jiwa, di tahun 2018 mengalami penurunan kasus sebesar 46.659 kasus dan meningkat kembali di tahun 2019 sebesar 50.282 kasus (Rohmatullailah & Fikriyah, 2021). Tahun 2019 ini menjadi puncaknya kasus kejadian HIV di Indonesia (Kemenkes RI, 2020).

Kasus HIV sempat ramai diperbincangkan di media sosial. salah satu kota yang menjadi masalah kesehatan HIV/AIDS yaitu kota Bekasi. Sebesar 554 warga kota Bekasi terinfeksi virus HIV/AIDS dan jenis kelamin laki-laki serta rentang usia produktif menjadi faktor tertinggi yang menderita HIV/AIDS. 

Kasus tersebut dinyatakan oleh dinas kesehatan kota Bekasi. Perilaku seks bebas menjadi faktor resiko tinggi seseorang menderita penyakit HIV/AIDS. Kok bisa ? Mari kita simak penjelasan berikut.

Penyebab seseorang bisa terinfeksi HIV/AIDS karena melakukan hubungan seksual yaitu free sex (seks bebas). Hubugan seksual yang tidak aman dilakukan dengan orang yang telah terpapar virus HIV. Selain itu melalui transfusi darah dari orang yang terpapar virus HIV (transfusi darah tanpa melalui screening HIV/AIDS). 

Penggunaan jarum suntik yang bergantian dengan penderita HIV Seperti jarum suntik tindik, jarum suntik narkoba, tato, dan pisau cukur. Penularan dari ibu yang mengidap positif HIV kepada janin yang dikandungnya, penularan tersebut dapat terjadi pada waktu mengandung, melahirkan dan menyusui. Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang memiliki banyak pasangan lain.

Cara Penularan virus HIV/AIDS melalui hubungan seksual (homoseksual dan heteroseksual) :

  • Perpindahan virus HIV pada homoseksual dengan melakukan hubungan seksual melalui anal. khususnya pada mitra seks yang menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
  • Perpindahan virus HIV pada heteroseksual dengan melakukan hubungan seksual anatara laki dengan perempuan dengan media penularan melalui cairan sperma ataupun vagina dari penderita HIV.

Jadi seks bebas memiliki hubungan dengan kejadian penyakit HIV/AIDS. Dari beberapa penilitian juga menjelaskan bahwa seks bebas heteroseksual menjadi faktor tertinggi penyebab seseorang terinfeksi virus HIV/AIDS.

Seseorang yang terinfeksi virus HIV/AIDS sejak paparan pertama belum menunjukan gejala, namun setelah 3-6 minggu setelah terinfeksi baru akan menunjukkan tanda gejala yang tidak khas seperti diare, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri saat menelan, batuk dll. 

Seiring berjalan nya waktu kondisi kekebalan tubuh akan semakin buruk sehingga gejala HIV/AIDS semakin jelas terlihat seperti :

1. Penurunan berat badan (BB) lebih dari 5 kg dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan

2. Demam tanpa sebab yang jelas, menggigil kedingan dan berkeringat di malam hari

3. Merasa lemah atau kelelahan yang cukup lama tanpa sebab yang jelas

4. Pembengkakan pada kelenjar terutama pada ketiak dan leher

5. Diare yang terus menerus, Tuberkulosis, dan sebagainya.

6. Candidiasis (Infeksi jamur) yaitu sariawan

Yang perlu kita ketahui bahwa seseorang yang telah terinfeksi virus HIV dia tidak akan sembuh, karena penyakit HIV/AIDS belum ada obat yang bisa menyembuhkan hanya saja obat yang dapat menekan agar virus tersebut tidak berkembang semakin banyak di dalam darah seseorang. Obat yang dikonsumsi oleh penderita HIV yaitu antiretroviral (ARV).

Sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin yang dapat mencegah seseorang dari infeksi virus HIV/AIDS, Namun salah satu cara agar angka kejadian HIV/AIDS menurun bisa melalui perubahan perilaku.

Tips Perubahan perilaku pencegahan penularan melalui hubungan seksual yaitu dengan menerapkan konsep ABCDEE yaitu:

  • A (Abstinance) : Jauhi atau hindari seks bebas di luar nikah. ini sebagai langkah awal agar tidak terpapar HIV
  • B (Be faithful)  : Bagi yang sudah menikah bersikap setia kepada pasangan dengan tidak bergonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual.
  • C (Condom)      : Gunakan kondom baru tiap kali berhubungan seksual.
  • D (Drug No)      : Hindari penggunaan narkoba terutama melalui jarum suntik. hindari penggunaan jarum suntik yang bergantian atau yang terkontaminasi kontak dengan kulit yang lecet, atau bahan yang terinfeksi virus HIV.
  • E (Equipment) : hindari bergantian alat seperti jarum suntik, potongan kuku, cukur rambut, alat-alat untuk membuat tato dan sebagainya yang dapat berhubungan dengan darah.
  • E (Education) : Dengan pemberian informasi kesehatan seputar penyakit HIV/AIDS terkait penyebab, tanda dan gejala, cara penularan HIV serta pencegahan nya.

 

Yuk lakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih positif, bagi yang sudah menikah jangan sampai melakukan gonta ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual dan bagi remaja usia produktif kalian sebagai generasi muda gunakan waktu luang mu untuk hal-hal yang positif hindari pacaran yang tidak sehat yang bisa mengarah pada hubungan seksual. Lebih baik mencegah daripada menderita, setialah pada pasangan, Stay Safe And Healthy !

Referensi ::

 

Bachruddin, W., Kalalo, F., & Kundre, R. (2017). Pengaruh Penyuluhan Tentang Bahaya Seks Bebas Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Di Sma Negeri Binsus 9 Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 110631.

Gunawan, Yudhi Tri dan Irma Prasetyowati, M. R. (2016). Hubungan Karakteristik ODHA Dengan Kejadian Loss To Follow Up Terapi ARV Di Kabupaten Jember. 53–64.

Rohmatullailah, D., & Fikriyah, D. (2021). Faktor Risiko Kejadian HIV Pada Kelompok Usia Produktif di Indonesia. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 2(1), 45. https://doi.org/10.51181/bikfokes.v2i1.4652

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun