Mohon tunggu...
Felina Juwita Celia
Felina Juwita Celia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

menyukai konten bertema horor dan misteri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Perubahan Sosial Menimbulkan Disintegrasi Bangsa

9 September 2024   03:09 Diperbarui: 9 September 2024   03:30 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kun Maryati dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Esis

Perubahan sosial tentunya tidak jauh dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Perubahan yang biasa dilihat dikehidupan sehari -- hari adalah pakaian. Gaya berpakaian dari zaman ke zaman pasti akan terus mengalami perubahan, baik dari segi desain, bahan, dan lainnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa perubahan gaya berpakaian itu selalu berulang (siklus) sebab di zaman sekarang, pakaian dari zaman dulu kembali digunakan dan menjadi sebuah trend.

Kalian tahu tidak bahwa perubahan tidak hanya terjadi diruang lingkup "masyarakat" dalam artian sekelompok/daerah saja. Namun negara juga mengalami perubahan, dan perubahan ini tentu saja berdampak lebih luas lagi. Negara kita, Indonesia, juga pernah mengalami perubahan teman -- teman. Bahkan sudah terjadi sejak awal kemerdekaan Indonesia.

Pada awal Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 dan menjadi sebuah negara, Indonesia sudah mengalamai beberapa perubahan. Seperti Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Karena sebelumnya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta masih belum sah menjadi presiden Indonesia.

Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 22 Agustus 1945 yang dibentuk untuk menjadi parlemen sementara hingga nanti pemilu dapat dilaksanakan. Sebelumnya KNIP merupakan PPKI, dan KNIP dibentuk untuk menyelesaikan kelengkapan struktur negeri. Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga dibentuk untuk menjaga keamanan negara yang sebelumnya merupakan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Perubahan bangsa Indonesia tidak hanya sampai situ saja, Indoseia masih fokus membenahi, dan merakit ulang kepentingan dan urusan negara. Namun, hal itu tidak lama, setelah munculnya ancaman disintegrasi bangsa, baik itu dari luar ataupun dalam negeri. Hal ini membuat keadaan Indonesia kembali kacau beberapa waktu. Kekacauan ini didasai oleh kedatangan Belanda ke Indonesia yang merugikan bangsa Indonesia dan juga salah satunya dipicu oleh adanya ketidakpuasan warganya sendiri.

Seperti yang sudah dituliskan di awal, perubahan sosial dapat diakibatkan salah satunya karena adanya rasa ketidakpuasan terhadap suatu hal. Kita bisa melihat hal tersebut hal itu pada saat pasukan AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) yang dipimpinan Letjen Sir Philip Christison tiba di Tanjung Priok. Awalnya bertujuan untuk menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang, dan membebaskan tahanan Sekutu yang ditawan oleh Jepang. Namun, ternyata mereka bekerja sama dengan NICA, yang dengan jelas ingin mengembalikan kekuasaan Belanda di Hindia-Belanda.

Dari dalam negeri, yaitu adanya pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) atau Permesta. Pemberontakan ini merupakan bentuk protes untuk pemerintahan pusat yang saat itu dipimpin oleh presiden Soekarno. Hal itu terjadi karena adanya ketidakadilan dalam pembangunan di Indonesia yang disebabkan oleh adanya ketimpangan sosial. Pemberontakan ini muncul dari rakyat Sumatra dan Sulawesi yang merasa bahwa pemerintah terlalu jawasentris.

Dari perubahan akibat masuknya AFNEI ke Indonesia, bangsa Indonesia menjadi terpecah belah dan jadi banyak sekali peperangan yang muncul untuk melawan pasukan Sekutu. Seperti Pertempuran Ambarawa, Pertempuran 10 November, Bandung Lautan Api, Medan Area, dan Puputan Margarana. Padahal sebenarnya pada kala itu bangsa Indonesia telah mencapai Kemerdekaannya dan seharusnya sudah terbebas dari adanya penjajahan.

Karena adanya perubahan sosial (ketidak puasan) rakyat dari luar pulau Jawa, terutama di Sumatra dan Sulawesi yang dilakakukan pada Pembrontakan PRRI.  Hal ini disebabkan oleh  sikap pemerintah yang tidak adil. Akibatnya, pada 30 November 1957 terdapat aksi pencobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno di Perguruan Cikini, Soekarno selamat, namun banyak anak sekolah yang menjadi korban. Bahkan hingga muncul upaya untuk melepaskan diri (daerah) dari pemerintahan pusat (Indonesia).

Perubahan sosial pasti dan akan selalu terjadi, di mana pun dan kapan pun, tinggal bagaimana cara kita merespon hal tersebut. Namun cara terbaik dalam menyikapi perubahan menurut saya adalah dengan menunjukkkan sikap proaktif. Proaktif yang dimakasud di sini adalah aktif dalam menanggapi perubahan sosial dan membantu perubahan terebut. Jika perubahan berdampak positif  maka bantu lah dan mengkritik apabila berdampak negatif.

Menentukan hasil dari sebuah perubahan tidak bisa langsung dilihat begitu saja diawal, namun juga harus liat di akhir. Perubahan juga tidak sepenuhnya baik ataupun buruk, namun yang terpenting perubahan memberikan banyak dampak penting bagi kehidupan manusia dari zaman ke zaman. Selalu ingat, bahawa perubahan akan sulit pada awalnya, berantakan di tengah dan indah di akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun