Bias keremangan malam kini terasa
Pesona beraja merangsang indra
Pupil mungil itu berbinar tajam
Sesekali Menengadah seakan merampas mantra
Lentik kelopak berayun pelan
Sedang sudut bibirnya terus merekah
Berharap dari sana datang sorotan nakal
Demi puaskan berahi dan nafkah anak semata wayang
Tempat itu semakian jauh ditinggalkan senja
Naluri hewan dalam rupa manusia kian ekstra bekerja
Tiap sudut serambi ciptaan-Nya bertransaksi rasa
Sayup terdengar bisikan rendah tak kuasa menahan syahwat
Dari balik kamar yang berhiaskan kalam
Sepasang insan memburu nikmat mengusir kelam
Lenguh, desah dan erangan pelan menembus gelap
Lembaran angka bertebaran di atas cairan suci nan kental
Sebentar lagi semesta akan diperindah fajar
Sedang dibawahnya lelaki masih sili berganti mengaduh hasrat
Para pramuria kian liar melepaskan dahaga pelangganya
Tak peduli entah berapa benih manusia sudah mereka tumbalkan
Ya Allah
Berdosakah mereka?
Oleh: Feliks Jerych
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H