Mohon tunggu...
Feliks Jerych
Feliks Jerych Mohon Tunggu... -

Takkan kusimpan yang bisa kulakukann, selama itu dibutuhkan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Langkah yang Salah;Salah Langkah

15 November 2015   14:23 Diperbarui: 15 November 2015   14:27 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang dicari?

Entah apa yang diperebutkan?

Kedua pertanyaan itu seakan sulit untuk dijelaskan dan dijawab, mengingat kita datang ditanah rantau dengan tujuan dan maksud yang sangat jelas dan mulia. Yakni datang untuk memperbaiki yang harus diperbaiki, mencari bekal untuk masa depan yang cerah demi kesejahtraan diri dan kebanggaan keluarga. Walaupun kita setiap individu memiliki tujuan yang berbeda namun saya yakin, pada umumnya seperti yang saya paparkan di attas.

Keluarga, lebih-lebih bapa dan mama sudah sangat percaya, bahwa kitalah yang nantinya menjadi satu-satunya alasan terbaik mereka untuk bangga dan tersenyum. Sehingga mereka pun tanpa ragu menuruti dan mendukung keinginan/cita-cita kita untuk melanjutkan pendidikan dan mengirim kita ke tanah rantauan.

Namun apa jadinya jika kita menjawab semua ketulusan itu dengan sangat rendah. peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu, sangatlah menyedihkan, memalukan dan semua hal konyol lainnya mungkin belum cukup untuk mewakili tragedi itu.

Hal ini saya katakana bukan tanpa alasan. Dan alasan itu saya yakin anda semua sudah mengetahuinya. Gelar mahasiswa bukanlah gelar yang sembarang, rendah dan remeh jika ditafsirkan dengan penuh kecerdasan, karena hanya ada dua hal di dunia ini yang masuk dalam kategori “MAHA” yakni Maha Esa da Mahasiswa. Walaupun kedua hal tersebut memiliki perbedaan level yang sangat jauh, namun demikian tetap saja tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa memiliki arti dan makna yang tinggi juga.

Pertanyaannya, melihat patokan definisi Mahasiswa yang tinggi itu, sudah pantaskah kita menyandangnya? Atau sudah pantaskah kita disebut sebagai mahasiswa??

Ini pertanyaan sederhana namun membutuhkan tindakan, tingkah bijak dan kecerdasan yang tinggi untuk menjawabnya.

Melihat atau dengan munculnya tragedi mengerikan semalam http://beritajatim.com/peristiwa/252221/tawuran_antar_mahasiswa_flores,_1_tewas.html#.Vkgd0k_aHIV tentu sangat meragukan kualitas kita sebagai Mahasiswa, dan bahkan masyarakat menganggap bahwa mahasiswa sekarang sudah tidak ada apa-apanya lagi. Iya sulit untuk tidak setuju dengan pernyataan tersebut, walau itu bukanlah kalimat favorit untuk saya dengar, tapi fakta memaksakan hal itu.

Mengapa demikian? Jika kita benar-benar mahasiswa, tentu kita memiliki langkah-langkah yang bijak untuk menyelesaikan persoalan. Saya paham, kalau manusia adalah mahluk yang sensitif, namun jika kita memilih tindak anarkis untuk merespon rangsangan yang kita terima, apa nilai lebih yang bisa kita tunjukan untuk saudara kita yang belum mencapai atau belum pernah sekalipun menyandang gelar Maha.

Dari kasus ini, pertanyaan yang memiliki rating tinggi adalah “Apa yang diperebutkan”. Dalam menganalisis sebuah persoalan tentu hal terpenting adalah apa penyebabnya, namun saya tidak terlalu tertarik untuk menggalinya. Karena saya tidak memiliki kuasa untuk menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar dan atau memberikan ganjaran.

Saya hanya ingin mencoba merefleksi arti hakekat mahasiswa. Semua persoalan pasti memiliki solusi nah tugas kita sebagai mahasiswa adalah mencari solusi itu dan menganalisa efeknya. Dalam proses mencari solusi tentu ada begitu banyak pilihan yang akan muncul dan mau menawarkan dirinya untuk dipilih. Tinggal kita memilah dan memilih mana yang terbaik. Ini bukanlah pekerjaan muda, jika kita dibawa tekanan yang tinggi, namun karena kita adalah mahasiswa, kita harus mampu menemukannya. Disitulah salah satu kehebatan yang dimiliki mahasiswa.

Dan prestasi tersebut tentu tidak bisa kita dapat dengan instant atau mudah, semuanya membutuhkan proses dan latihan secara terus menerus. Jadi mulailah berlati untuk bersikap bijak dalam menghadapi setiap persoalan. Perbanyaklah teman dalam hidup ini, karena hidup ini singkat, sangat disayangkan jika kita menghabiskannya dengan penuh kebencian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun