Mohon tunggu...
Feliks Bistolen
Feliks Bistolen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Fakultas Teologi

mendaki gunung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tarian Lufut Suku Helong NTT sebagai Role Model Mencapai Meaning of Life

5 November 2024   18:46 Diperbarui: 5 November 2024   19:14 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber Tarian Lufut. (Foto: Instagram kp_budaya_helong)

             

Indonesia, suatu negara dengan wajah pluralis, dihuni oleh beragam budaya, suku, bahasa, adat istiadat, tata krama dan agama. Keanekaragaman ini membentuk identitas keindonesiaan.

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pelbagai kekayaan budaya dan tradisi, tidak terkecuali tarian tradisional. Setiap suku di Nusa Tenggara Timur memiliki keunikan dan ciri khas, tarian tradisionalnya masing-masing. Salah satunya adalah suku Helong dengan tarian lufut.

Lebih dari sekedar kiasan dan pertunjukan belaka, tarian tradisional menjadi sarana  kekuatan dalam menyampaikan nilai-nilai budaya, mempertahankan eksistensi masyarakat adat, simbol kehidupan, identitas suku, sejarah, ajaran moral, nilai estetika, kreativitas, pengetahuan, dan proses mengada bersama orang lain. Sehingga, melalui tarian tradisional, masyarakat mampu mentransendensikan segala realitas sebagai makhluk membudaya.

Pada konteks masa lampau, tarian tradisional mempunyai peran yang sangat vital dalam pelbagai segi kehidupan masyarakat. Misalnya, sebagai katalis pembentukan identitas budaya, upacara keagamaan, ritual atau perhelatan budaya. Selain itu, tarian digunakan sebagai simbol mengagungkan dewa-dewi, menghormati leluhur, mengekspresikan warisan leluhur, atau merayakan suatu peristiwa penting seperti syukur panen, penyambutan tamu dan pernikahan.

Sejarah tarian lufut

Tarian lufut merupakan tarian yang berasal dari suku Helong, NTT. Suku Helong terbagi ke dalam beberapa wilayah dengan dialeknya antara lain: Bolok, Kolhua, Uitao dan sebagian besar di Pulau Semau. Menurut masyarakat Timor Helong, tarian lufut menuturkan kebersamaan masyarakat Timor Helong pada zaman dahulu,  yang bergotong royong dalam membuka ladang atau membangun rumah baru. 

Ketika musim panen, hasil panen seperti jagung, padi akan dikumpulkan dan dipisahkan. Untuk melepaskan bulir jagung dan padi yang baru dipanen, alat yang digunakan masih menggunakan kaki. Demikian juga, dalam membangun sebuah rumah, tanah yang telah ditimbun, diratakan menggunakan kaki secara  bersama-sama dengan tujuan timbunan tanah itu kokoh dan rata. 

Pada konteks kehidupan masyarakat Helong saat itu, tarian lufut sebagai simbol mempererat dan menciptakan relasi yang konstruktif dan bermakna dalam keluarga antara Ama (Bapak), Ina (Mama), Blane (Saudara Laki-laki), Bata (Saudara Perempuan), Unu (Kakak Tertua) dan Soh (Ponaan).

 Tarian lufut dipentaskan untuk meluapkan kegembiraan atas keberhasilan seorang Baklobe (pria) dan seorang Bihata (perempuan) dengan bergandeng tangan sambil melantunkan lagu "Lupu Kruman Kruman" yang berisikan ajakan dan permohonan sambil bergandeng tangan dan menghentakan kaki.

Selain itu, tarian lufut sebagai simbol memperkenalkan, mempererat relasi antar kampung, awal mula perkenalan muda-mudi yang kemudian ada dalam sebuah ikatan pernikahan. Tarian lufut, bisa dilaksanakan sampai berbulan-bulan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun