Sakralitas
Tradisi sodeng otot dilakukan dalam ritual-ritual tertentu dan tidak sembarangan. mengapa demikian? karena tradisi ini ada dalam konteks penyembuhan suatu penyakit (penyakit yang diwariskan Leluhur) ataupun siklus kematian. Penyakit yang diwariskan Leluhur misalnya, sudah diteliti dan dan dicari penyebab dari munculnya penyakit tersebut oleh orang pintar (dukun). sehingga, ketika ingin melaksanakan tradisi sodeng otot, orang yang bersangkutan akan meminta restu atau izin dengan Leluhur mereka, dalam tata bahasa Helong (skarang iaa kem kat muli otot iaa deng kubunga kutilung, ku upu ku ana) ataupun dalam siklus kematian melakukan tradisi sodeng otot, mereka akan memanggil orang pintar (dukun) untuk memperlancar proses tradisi tersebut.
Tradisi sodeng otot dilakukan pada waktu tertentu misalnya, jam 6 sore atau pada jam 3 pagi. lokasi yang ditentukan mempunyai pertimbangan penting, antara lain: di sungai, sumber mata air maupun dilaut yang jauh dari masyarakat setempat.
 Pantangan/larangan yang tidak boleh dilanggar pada saat  melakukan sodeng otot, yaitu privasi menjadi penting, orang yang melaksanakan sodeng otot harus dengan berani pergi sendirian walaupun nanti dibantu oleh orang lain, tetapi harus menjaga jarak (25m). dengan tujuan beban/hambatan itu tidak menimpa pada orang lain. ketika akan kembali ke rumah, dalam perjalanan pulang tidak boleh menoleh kebelakang, dan diusahakan tidak boleh bertemu dengan orang lain. alasanya, karena dalam kepercayaan masyarakat bahwa orang yang masih dalam proses pemisahan, pembersihan diri dan menurut kepercayaan Masyarakat Helong tradisi ini bersifat sakral dan magis.Â
Filosofi air mengalir
Filosofi air mengalir mengandung arti bahwa hidup terus mengalir, bergerak dan terus berporoses yang mengarahkan kepada proses pembaharuan dan kejernihan. Kehidupan pun demikian, masyarakat Helong percaya bahwa hidup itu bergerak dan terus mengalir, jika kita hanya berdiam diri, tidak mentransformasi diri kita maka, yang terjadi adalah kebekuan, kesenjangan dan ketidakseimbangan dalam hidup. kebaruan dan kejernihan ini ditemukan dan dihidupi dalam tradisi sodeng otot.
Â
Tradisi sodeng otot, transformasi diri (the will of meaning).
Kematian merupakan momen yang paling otentik dan eksistensial bagi manusia. kematian adalah keniscayaan yang tidak dapat dihindari oleh siapapun, yang membawa manusia mengalami keterlemparan keluar dari dunianya. keterlemparan itu meninggalkan pelbagai hal bagi diri, keluarga dan orang yang dicintai.
Sudah tentu ketika ditinggalkan oleh orang yang dicintai, menyeret seseorang kehilangan orientasinya, tenggelam dalam kesedihan yang mendalam, perasaan kehilangan, duka, kehilangan harapan, mengalami krisis hidup, krisis identitas diri yang mengguncang kehidupan seseorang.
Pengalaman buruk, sulit dan menyakitkan sering kali memberikan katalis pembentukan diri, karakter, sikap yang negatif dalam memandang kehidupan. semua problematis itu membawa pada sesuatu yang dapat beresiko tinggi, diantaranya:mengalami masalah kesehatan mental, seperti gangguan makan, depresi, fobia sosial, ketidakmampuan mengendalikan emosional akibat situasi yang terjadi dalam hidupnya.