Mohon tunggu...
Ferra ShirlyAmelia
Ferra ShirlyAmelia Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - istri yang suka menulis dan minum kopi

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Manunggal Air ke Swasembada Pangan: Harapan Menghidupkan Kembali Macan Asia

17 Januari 2025   15:10 Diperbarui: 17 Januari 2025   15:09 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap desa harus memiliki setidaknya 10 petani muda yang mendapatkan pendampingan intensif dari pemerintah. Tentunya dengan perekrutan yang adil dan transparan tanpa adanya unsur nepotisme. Benar-benar anak muda yang mau belajar dan mampu untuk bekerja membangun desanya lewat pertanian. Tentunya insentif yang menarik juga harus diperhatikan agar mereka semakin bersemangat. Program ini bisa dikolaborasikan dengan perguruan tinggi melalui program kuliah kerja nyata (KKN) berbasis pengabdian, di mana mahasiswa pertanian diterjunkan langsung ke desa-desa untuk mendampingi para petani muda ini.

4. Mengembangkan "Desa Digital Pertanian"

Di berbagai daerah, pemandangan petani membuang hasil panennya karena harga jual yang terlalu rendah seolah menjadi kisah klasik yang terus berulang. Bawang, cabai, tomat, dan hasil panen lainnya yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, justru terbuang sia-sia. Bukan karena petani malas atau gagal panen, tetapi karena sistem distribusi yang tidak berpihak pada mereka.

Bagaimana mungkin di satu sisi petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga yang menyakitkan, sementara di pasar harga barang tetap tinggi? Bagaimana bisa mereka yang menanam, merawat, dan memanen dengan penuh kesabaran justru menjadi pihak yang paling dirugikan? Petani seharusnya tidak lagi menjadi kaum marginal di tanah airnya sendiri.

Salah satu solusi nyata yang bisa diterapkan adalah dengan mengembangkan "Desa Digital Pertanian", yang menghubungkan petani langsung dengan pasar, menghilangkan rantai perantara yang seringkali menyebabkan harga anjlok di tingkat petani namun tetap tinggi di konsumen. Jika Desa Digital Pertanian ini benar-benar diterapkan, maka petani tidak akan lagi terjebak dalam siklus kemiskinan yang selama ini membelenggu mereka. Harga yang lebih adil, sistem distribusi yang lebih efisien, dan akses pasar yang lebih luas akan membuat profesi petani kembali bernilai dan dihormati.

Harapannya, Tidak ada lagi pemandangan menyedihkan petani membuang hasil panennya. Tidak ada lagi cerita petani yang bekerja keras tapi tetap hidup dalam keterbatasan. Karena sejatinya, mereka adalah pilar utama ketahanan pangan dan kedaulatan bangsa ini. Sudah saatnya petani Indonesia tidak hanya menjadi buruh di ladangnya sendiri, tetapi mampu menjadi pemimpin di sektor pertanian yang modern dan berdaulat.

Sebagai penutup, sebagaimana air yang mengalir mampu membawa kehidupan, dengan adanya program Manunggal Air ini, semoga hadirnya tidak hanya sekadar membasahi tanah yang kering, tetapi juga mampu menyirami semangat anak-anak muda untuk kembali membangun pertanian dan berperan nyata membangun negeri. Sebab sejatinya, ketahanan pangan adalah kunci kedaulatan bangsa. Tanpa itu, tak ada kejayaan yang bisa kita banggakan.

Jika program yang ada benar-benar dijalankan dengan baik, amanah, bertanggung jawab, dan terus berkelanjutan, rasanya tak sulit negara kita yang kaya ini bisa swasembada pangan lagi dan mengaum dengan gagahnya menjadi Macan Asia kembali. 

Indonesia negeriku, aku cinta padamu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun