Di dalam rumah terdapat suatu ruangan berbentuk persegi yang terlihat banyak sekali alat dan bahan. Puspitasari Dewi Anggraeni (19) terlihat sibuk di depan sebuah loyang. Di sebelahnya ada roti yang tersusun sangat rapi dengan dasar adonan berwarna putih. Di sampingnya lagi terdapat adonan kue kering dan kue basah yang akan dimasukkan ke dalam oven. Kemudian ia memasukkan adonan kue yang sudah terbentuk tersebut ke dalam oven yang sudah dipanaskan satu per satu.
"kalau kue kering dioven selama kurang lebih satu setengah jam dengan api kecil, tapi kalau kue basah cukup 15 menit saja dengan api sedang" katanya. Setelah beberapa menit, ia membuka ovennya dan mengeluarkan kue basah tadi. Kemudian kue tersebut didiamkan selama beberapa menit agar suhu panasnya turun. Lalu setelah satu jam, ia mengeluarkan kembali kue kering dari dalam ovennya.
Reni, panggilan pemudi asli Yogyakarta ini kemudian menunjukkan kue-kue yang sudah jadi dan sudah dikemas dengan rapi menggunakan plastik yang berlabel nama produknya sendiri. Kue-kue itu pun terdapat beberapa jenis, yaitu kue basah seperti ada roti pizza dan kue sobek dengan beraneka macam rasa, ada rasa coklat, stroberi, blueberry, dan campuran rasa. Kemudian kue kering seperti kue-kue lebaran, ada nastar, kastangel, putri salju, kue coklat, dan aneka ragam kue kering lainnya.
Kue yang sudah dikemas dengan rapi tadi merupakan pesanan orang dan siap untuk dikirim. Pesanannya pun juga dari bermacam-macam daerah. "pembelinya lumayan banyak, dan setiap ada yang beli kadang langsung pesan kue lebih dari satu" lanjutnya.
Reni mempromosikan kue-kue terebut menggunakan brosur yang kemudian diunggahnya melalui media sosialnya. Dan sistemnya pre-order, jadi jika ada yang pesan langsung dibuat lalu dikirim sesuai alamat pemesan.
Dengan adanya varian rasa baru, kini Reni bisa mendapat orderan lebih banyak dari sebelumnya mulai dari kalangan saudara, teman, maupun orang lain. Dan karena sudah ada testimoni dari pelanggan terpercaya yang dapat membuat usaha Jirem ini semakin banyak yang beli.
Dan dengan membuka usaha Jirem, omzetnya mencapai kurang lebih 1-1,5 juta per bulan. "untuk penghasilannya kurang lebih 1-1,5 juta per bulan itu sudah lumayan, dan alhamdulillah alat-alat yang digunakan juga sudah ada di rumah dan tidak perlu mengeluarkan modal tambahan lagi, jadi saya cuma membeli bahan-bahan yang dibutuhkan saja" kata Reni.
Lalu Reni pun menceritakan awal mula berusaha kue Jirem ini. Saat pandemi Covid-19 datang, yang kemudian pemerintah mewajibkan untuk dirumah saja, dan pada saat itu juga Reni baru saja lulus dari bangku SMA. Dan daripada ia dirumah tidak tahu harus ngapain, kemudian ia berpikir bagaimana caranya dengan dirumah saja tetapi juga harus produktif.Â
Lalu ia pun mempunyai ide untuk membuat usaha Jirem ini, selain untuk mendapat penghasilan ia juga memanfaatkan passionnya dalam bidang bakery. "karena  pada saat awal pandemi datang, saya kan juga baru saja lulus SMA, awalnya saya bingung harus ngapain , tapi setelah berpikir panjang saya pun memutuskan untuk membuat usaha kue ini dengan dibantu oleh kakak dan orang tua saya" jelas Reni.
Untuk mengembangkan usahanya sendiri pun juga butuh proses yang agak lama untuk bisa mencapai omzet yang lebih tinggi lagi. Untuk mencapai itu semua, Reni berusaha untuk membuat inovasi dan kreatifitas yang baru, serta berbeda dengan kue-kue yang lainnya. Dan ia pun juga membuat kue dengan mengikuti tren-tren yang ada pada saat itu supaya pelanggan tertarik untuk membelinya. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi Reni untuk memulai usahanya agar terus berkembang dan juga disukai oleh pelanggannya.
Reni menjual kue-kue tersebut dari harga 10.000 sampai 50.000 saja. Dan awal membuka usaha ini ia memberi diskon untuk pelanggannya sekaligus untuk testimoni agar pelanggan tadi bisa membelinya lagi. Dengan melalui platform media sosial, Reni bisa mendapat banyak orderan, dan juga karena harga yang dibilang cukup murah Reni tidak kehilangan minat pembelinya, tapi justru semakin menambah jumlah pelanggan.
Dalam kondisi pandemi seperti ini tidak menurunkan rasa semangatnya Reni untuk membuka usaha kecil-kecilan ini, karena dengan dukungan keluarga dan juga ia merasa bisa membuat pelanggannya menyukai kue nya tersebut yang kemudian menjadikan Reni ingin terus mengembangkan usaha Jirem ini supaya dikenal masyarakat yang lebih luas lagi.
Jadi menurut Reni, masa pandemi covid-19 ini bukanlah suatu hal yang sangat buruk baginya, karena dengan adanya musibah pandemi ini, Reni bisa memiliki peluang untuk membuka usaha kue Jirem ini. "dengan adanya pandemi ini, kita dituntut untuk bisa berpikir secara positif, karena segala musibah itu tidak selalu buruk, dan dibalik musibah ini pun pasti ada hikmah yang bisa kita ambil" tutup Reni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H