Mohon tunggu...
Feditat Acistamaya
Feditat Acistamaya Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Percayalah kepada Allah, maka Allah akan mempercayaimu dan meneguhkan langkah-langkahmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidik Cerdas Paham tentang "Definisi Perilaku Anak"

19 Oktober 2017   17:04 Diperbarui: 19 Oktober 2017   17:32 3708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

Sebelum perilaku dapat diamati dengan cara yang sistematis dan tidak tergesa-gesa, perilaku harus didefinisikan dengan jelas. Banyak perilaku cukup mudah untuk didefinisikan dan diamati, seperti saat seorang memanggil namamu, kamu mengguang kesalahan, atau bertanya.sebaliknya, perilaku seperti mengadu, penarikan diri dari masyarakat (perasaan malu), penyerangan, dan mendebat tidaklah mudah untuk didefinisikan.

Definisi perilaku dapat dikembangkan setelah mengamati perilaku dalam beragam situasi. Dalam merumuskan definisi, sangat penting untuk fokus pada apa yang dilakukan seseorang dalam situasi apapun. Ada tiga ciri penting dari definisi perilaku yang baik. 

1.Definisi harus jelas dan spesifik.

2.Definisi harus mencakup semua komponen utama target perilaku, perilaku yang dapat diamati dan ingin dirubah

3.Definisinya harus falid secara rasional

Langkah untuk mengambil keputusan dan untuk mengevaluasi efektifitas rencana perubahan perilaku.

1. Mencatat Produk (Product Recording)

Produk adalah hasil beberapa perilaku. Pendidik telah lama tahu bahwa informasi berharga mengenai siswa dengan menganalisa produk siswa. Pembelajaran mungkin akan berjalan dengan efisien jika pendidik tidak hanya menilai jawaban yang benar, tetapi juga penempatan koma yang nenar, dan kesalahan tambahan.

2. Perekaman Naratif (Narrative Recording)

Perekaman naratif adalah menuliskan semua atau sebagian besar perilaku siswa saat terjadi dalam satu waktu. Teknik ini berguna saat anakda ingin mengembangkan deskripsi dari pola perilaku umum siswa. Perekaman ini alternatif untuk memberikan informasi mengenai perilaku (kejadian B) dan apa yang terjadi tempat sebelum perilaku (kejadian A) dan yang terjadi tempat setelahnya (kejadian C)

3. Perekaman Frekuensi (Frequency Recording)

Perekaman frekuensi biasa disebut perekaman kejadian. Seperti perekaman produk. Perekaman ini meliputi penghitungan secara langsung perilaku berlainan yang diamati, perilaku yang memiliki permulaan dan akhir yang jelas (kejadian perilaku yang berturut-turut yang memiliki durasi sama).teknik ini mudah digunakan dan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai perilaku.

4. Perekaman Durasi (Duration Recording)

Dalam perekaman durasi, seseorang mencatat seberapa lama perilaku terjadi. Banyak perilaku harian diukur dari sepanjang dimensi sementara. Pendidik harus melakukan perekaman durasi untuk menentukan waktu yang dihabiskan untuk membaca, mengeluarkan amarah, melamun dll.

5. Perekaman Latensi (Latency Recording)

Perekaman Latensi adalah pengukur perilaku yang sementara. Dengan teknik ini, waktu yang berlalu antara permulaan signal atau isyarat dan respon siswa direkam. Sehingga, perekaman latensi merupakan pengukuran yang sangat sesuai saat pendidik berkaitan dengan pemenuhan atau dengan waktu yang dibutuhkan siswa untuk memulai tugas setelah perintah dibuat. (Santoso 2012)

Pada usia anak-anak terjadi bentuk-bentuk tingkah laku social anak, yaitu: 

1.Pembangkangan (negativisme), yaitu reaksi anak berupa pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada.

2. Agresi, yaitu perilaku menyerang balik baik secara fisik (non verbal) maupun kata-kata (verbal),

3. Berselisih atau bertengkar, hal ini bisa terjadi apabila ada anak yang tersinggung oleh tingkah anak lain.

4. Persaingan, yaitu keinginan untuk melebihi orang lain,.

5. Kerjasama, biasanya pada usia anak 4 tahun.

6. Tingkah laku berkuasa, wujudnya anak suka meminta, memerintah, mengancam dan memaksa.

7. Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginan sendiri.

8.Simpati, seiring bertambahnya usia perlahan-lahan sikap mementingkan diri sendiri akan hilang ketika anak sudah mulai perhatian   terhadap orang lain dan mau bekerjasama dengan orang lain. (Yuyun 2012)

Sumber :

Santoso, Djoko Budi. Problematika Anak Sekolah Dasar. Malang, 2012.

Yuyun. TINGKAH LAKU (PRILAKU) ANAK USIA DINI. 12 05, 2012. http://yuyuniim.blogspot.co.id/2012/12/tingkah-laku-prilaku-anak-usia-dini.html (accessed 10 19, 2017).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun