Sistem penggajian yang dianut di Rumah Sakit sekarang ini berbanding lurus dengan pembayaran BPJS. Hanya sedikit RS yang bisa tidak tergantung dengan BPJS, dan tentunya itu juga hanya RS elite yang dihuni oleh dokter-dokter senior. Bisa dibilang hampir 70 persen dokter spesialis di Indonesia mengandalkan pembayaran BPJS ke RS.
- Pembayaran BPJS bedasarkan pasien
- Dokter spesialis dibayar bedasarkan jumlah pasien yang ditangani. Bisa dibayangkan, dokter spesialis mesti kerja  pagi di RS A, Siang RS B, Sore RS C. Belum lagi dengan macet dan cape yang hinggap di badan. Keuntungannya  jumlah pasien banyak, kerugiannya,  badan remuk redam dan kualitas servis ke pasien akan lebih baik jika hanya mendedikasikan waktunya di satu RS.
- Pembayaran BPJS Â kurang lebih tidak sesuai waktunya.
Dokter spesialis kadang harus tanpa bisa membantah untuk setuju kalau habis kerja, belum tentu bulan ini dibayar. Kadang memang harus terbiasa dibayar 3 bulan atau 4 bulan atau kadang kalau tidak ada kecocokkan klaim RS dengan BPJS, Â jasa atau tenaga yang diberikan, tidak jelas rimbanya pembayarannya.
Dokter spesialis tidak boleh libur
Pasien di Indonesia terbiasa mengeluh inginnya hari libur juga dilihat sama dokter spesialis. Inginnya detik itu juga dilihat sama dokter spesialisnya. Jadi, sabtu minggu, hari kejepit nasional, dokter tetap harus lihat pasien.
Dokter spesialispun harus detik itu juga bisa mengangkat telpon, menjawab whatsap. Meski kala sedang tidur lelap  sekalipun. Kalau tidak masuk dalam buku catatan, dokternya tidak menjawab telpon berulang kali.
Siapapun yanng bekerja lebih dari 12 jam sudah pasti menuai cape luar biasa dan kualitas kerjanya tidak bisa konsisten terus baik. Apalagi kalau harus 7 hari dan  tanpa absen menjawab telpon atau konsulan di waktu malam. Siapapun pasti akan tumbang.
Saran penggajian dokter
Dokter di Indonesia sudah saatnya  dibayar bedasarkan fixed salary. Pemerintah harus tegas menerapkan gaji dokter bedasarkan kemampuan dan lama kerjanya. Tetapkan usia pensiun dokter, batasi jam kerja dokter, ratakan  penempatan dokter spesialis, berikan semua  fasilitas dokter spesialis untuk bekerja.
Sudah saatnya, dokter bisa lebih dimanusiakan, sebagaimana pasien ingin dimanusiakan. Tentunya dengan outcome improvement di pelayanan kesehatan. Bravo dokter Indonesia.