Wajah Kyai Fikri tampak mendung. Dia minta ijin untuk menyampaikan kata-kata terakhir sebelum sidang majelis resmi dibubarkan.
“Bagaimanapun, saya berterimakasih untuk proses yang sudah melibatkan kerja keras dari semua peserta majelis dalam memutuskan hal ini. Saya benci membuat Baby kecewa, tapi saya akan kembali ke kampung dan mengatakan kepadanya : Baby, siapapun bisa menjadi Islam dengan bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah,” mata Kyai Fikri tampak berkaca-kaca. “Tidak ada yang bisa menghentikan siapapun menjadi Islam, meskipun orang Islam sendiri menolaknya. Itu yang akan saya katakan pada Baby.”
Ruangan senyap, dan sebagian peserta ikut terharu, memikirkan Baby yang akan kecewa karena mengalami penolakan di pengujung hidupnya. Bagaimanapun, keputusan sudah diambil, mereka bersalam-salaman dan berpamitan, saling mengucapkan maaf dan terimakasih untuk proses persidangan yang dilakukan selama tiga hari.
Sebelum pulang, salah seorang peserta sidang menggamit lengan Kyai Fikri dan berbisik di telinganya.
“Kyai, saya boleh ikut ke kampung?” pintanya sambil tersipu. “Karena Baby sudah masuk Islam, saya ingin ikut mencicip dagingnya.” ***
Catatan: Cerpen ini diilhami antara lain oleh sebuah komik terbitan independen dari Jogjakarta, Abdul Mutholib, Babi Masuk Islam, karya Bambang Toko.
Baby Ingin Masuk Islam pertama kali tayang di Qureta.com http://www.qureta.com/post/baby-ingin-masuk-islam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H