Padahal, menurut pengakuan Ibu NS, RH memiliki semangat yang tinggi dalam hal pendidikan selama bersekolah. RH sama sekali tidak meminta uang saku untuk sekolah, bebeda halnya dengan anak-anak seumuran yang tentunya akan meminta uang jajan saat ke sekolah.Â
Ibu NS mengatakan bahwa RH sangat paham dengan kedaan ekonomi keluarganya, sehingga RH hanya meminta untuk dibawakan bekal makanan seadanya saja saat pergi ke sekolah.
Saat mewawancarai RH, ternyata RH merupakan anak yang berprestasi dan aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di dalam dan di luar sekolahnya. Bahkan, RH juga banyak mengikuti perlombaan-perlombaan di luar, terutama dalam hal seni tari dan dance. RH menjelaskan bahwa dia biasanya mendapatkan tambahan uang untuk jajan dan keperluan sekolah dari mengikuti kegiatan-kegiatan dance tersebut.Â
RH juga mengatakan bahwa dia bercita-cita dapat membuka kelas dance dan tari kedepanya sebagai bentuk rasa cintanya terhadap seni tari dan dance, serta sebagai bentuk pembuktian bahwa laki-laki juga dapat berkarir melalui seni tari dan dance.Â
RH juga mengatakan bahwa dirinya berencana akan mencari pekerjaan terlebih dahulu setelah tamat SMA untuk membantu perekonomian keluarganya, serta mengumpulkan uang untuk biaya lanjut ke Perguruan Tinggi nantinya.
Kondisi ekonomi keluarga Ibu NS tercermin dengan jelas dari rumah yang mereka huni. Rumah berukuran 3 x 5 meter persegi ini menunjukkan keadaan yang memprihatinkan, dengan sebagian besar dindingnya terbuat dari papan kayu yang sudah tidak terlalu baik.Â
Dalam rumah tersebut, terdapat tiga ruangan yang harus dipakai bersama: satu kamar tidur untuk Ibu NS dan suaminya, sementara yang lainnya tidur di bagian luar kamar atau ruang tamu.Â
Kondisi lantai rumah juga sudah rusak dan berlobang, menimbulkan rasa tidak aman saat berjalan di dalamnya. Meskipun demikian, mereka memiliki beberapa aset seperti satu buah sepeda, satu buah motor tahun 2011, satu buah TV, satu buah kipas angin, satu buah kulkas, dan dua buah handphone miliknya dan milik anaknya.Â
Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka mengandalkan air sungai untuk mencuci dan air hujan untuk minum. Besarnya listrik yang digunakan adalah 450 watt dengan biaya perbulan sebesar Rp. 20.000- Rp. 50. 000 untuk pembelian vocer listrik yang biaya nya ditanggung bersama kepala keluarga lain yang tinggal di rumah tersebut
Diakhir wawancara kami, Ibu NS mengungkapkan bahwa dia cukup kecewa dengan pemerintah setempat akhir-akhir ini karena turut memberikan bantuan pangan kepada keluarga yang tergolong mampu, sedangkan untuk keluarga yang tidak mampu seperti mereka justru tidak mendapatkan bantuan tersebut.Â
Ibu NS dan keluarga pun berharap pemerintah cukup selektif dan cukup adil lagi dalam memberikan bantuan yang lebih tepat sasaran kepada keluarga yang lebih membutuhkan. Mereka berharap agar pemerintah dapat lebih memperhatikan kondisi riil masyarakat dan memberikan solusi yang lebih berpihak kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.