Kak Nathan: Aku udah di depan kost.
Aku segera melangkahkan kaki keluar dan mendapati Kak Nathan di atas sepeda motor yang bru saja tiba. Fiuhh... kirain mo telat. Pikirku.
“Kita langsung ke Bandar Udara ya?” tanyanya.
“Mmm, bentar Kak... aku sms kak Inka dulu...” kataku. Dengan cepat jariku mengetikkan pesan singkat di ponsel sembari beranjak pergi bersama Kak Nathan dari kostku. Beberapa saat berlalu, ponselku bergetar. Tidak jauh dari jaraknya dari Airport.
Kak Inka: Kalian ke kost-ku aja. Yang lain juga masih pada ngumpul di sini.
“Kak, seperti kita ke kost Kak Inka dulu, deh.”
“Mm, gitu ya katanya? Ya sudah kalau begitu...” katanya singkat kemudian melaju cepat menuju tempat tinggal Kak Inka. Seperti yang dikatakan Kak Inka tadi, semua kakak – kakakku ini sedang duduk dan menunggu di kost Kak Inka... Fiuh... Parahnya lagi, ternyata mereka masih santai – santai saja dengan opor ayam menghiasi mulut mereka. Tidak tahukah mereka aku tadi terburu-buru hingga hampir saja melupakan bahwa roll rambut masih terpasang di rambutku. Ketus, gumamku dalam hati.
“Astaga... kalian tega banget... Kita udah buru-buru lho dari kost...” kataku memelas.
“Hahaha... iya, iya... maaf...tidak apa-apa kok... Sini sekalian nih makan bareng yang lain.” Kak Inka dengan senyum yang menenagkan memanggilku dan Kak Nathan. Dengan cepat kak Nathan menyerbu ke arah opor ayam yang menyebarkan wanginya yang menggoda.
08.05...
“Sepertinya kita masih punya banyak waktu hingga check in nanti...” Kata Kak Inka sembari menyiapkan piring untuk Kak Nathan dan aku.