Mohon tunggu...
Febriyani
Febriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai calon guru profesional, saya aktif mengikuti Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 26 Jakarta. Saya tertarik akan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran serta penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meningkatkan Daya Saing melalui Relevansi Kurikulum: Pembelajaran Berdiferensiasi dan Keragaman Peserta Didik

30 Desember 2024   20:35 Diperbarui: 30 Desember 2024   20:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Education is not preparation for life; education is life itself." – John Dewey. Kutipan ini menggarisbawahi bahwa pendidikan bukan hanya tentang mempersiapkan masa depan, melainkan merupakan bagian penting dari proses yang membangun dan memperkaya pengalaman hidup siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan harus terkait erat dengan pengalaman nyata peserta didik dan memiliki makna yang mendukung perkembangan mereka sepanjang hayat.

Di era digital yang serba cepat ini, daya saing sumber daya manusia Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam mengadaptasi teknologi dan memanfaatkan informasi. Salah satu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Indonesia 2025-2045 dalam Indonesia Emas 2045 (Bappenas, 2024) yaitu daya saing sumber daya manusia meningkat. Namun, data menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (2024) mengungkapkan bahwa sekitar 45% sekolah di wilayah pedesaan masih kekurangan akses internet yang memadai. Kondisi ini menjadi tantangan besar dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 dan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif. Keterbatasan akses teknologi menghambat peserta didik di daerah terpencil untuk mendapatkan Pendidikan yang setara dengan peserta didik yang berada di perkotaan dan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan teknologi yang ada.

Laporan Bappenas tahun 2020 mengungkapkan bahwa sekitar 57% lulusan SMA di Indonesia tidak langsung bekerja atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Fakta ini mencerminkan bahwa kurikulum yang ada belum sepenuhnya mampu mempersiapkan peserta didik untuk dunia kerja. Sebagai solusi, Kurikulum Merdeka diperkenalkan untuk menjawab tantangan ini. Menurut Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2022), Kurikulum Merdeka dirancang agar lebih sederhana dan mendalam, memungkinkan guru untuk fokus pada pembelajaran yang bermakna tanpa terlalu membebani peserta didik. Khoirul M (2024) menambahkan bahwa kurikulum ini berupaya menghubungkan teori dengan praktik, sehingga materi pembelajaran menjadi relevan dan aplikatif. Selain itu, Kurikulum Merdeka mendorong peserta didik menjadi pelaku aktif dalam proses belajar, bukan sekadar pendengar pasif. Kurikulum ini juga mengintegrasikan teknologi informasi, isu perubahan iklim, dan keragaman budaya dalam pembelajaran, sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Kurikulum Merdeka juga berkaitan erat dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Andini & Westri (2016) menyatakan bahwa proses pembelajaran harus mampu mengakomodasi perbedaan di antara peserta didik, inklusif untuk semua, dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Keragaman peserta didik disebabkan oleh perbedaan latar belakang, minat, kebutuhan, dan karakter. Hal ini selaras dengan pendapat Yani & Susanti (2023) yang menjelaskan bahwa keragaman peserta didik mencakup aspek sosial ekonomi, budaya, agama, dan etnis, serta dipengaruhi oleh pengalaman hidup mereka. Oleh karena itu, diperlukan kurikulum yang dapat memenuhi kebutuhan yang beragam tersebut. Sari (2022) menambahkan bahwa keragaman peserta didik dapat dilihat dari tiga aspek utama, yaitu tingkat kesiapan belajar, minat, dan profil belajar masing-masing individu.

Pemenuhan target kurikulum merujuk pada keberhasilan suatu sekolah dalam memenuhi capaian pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Menurut Siswanto (2015: 4) yakni pemenuhan target kurikulum merupakan salah satu tujuan utama Pendidikan untuk mencapai kualitas Pendidikan yang memadai dan berkualitas. Guru harus merencanakan pembelajaran yang sesui dengan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan untuk mencapai pemenuhan target kurikulum. 

Pembelajaran berdiferensiasi dirancang untuk mengakomodasi keragaman peserta didik dengan menyesuaikan pendekatan berdasarkan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing individu. Riadi (2023) menyatakan bahwa metode ini memungkinkan setiap peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal, meskipun mereka memiliki latar belakang dan kondisi yang beragam. Dunia Guru (2023) juga menegaskan bahwa pendekatan ini sangat relevan dengan Kurikulum Merdeka, yang memberikan fleksibilitas lebih besar kepada guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik unik setiap peserta didik. Dengan pendekatan ini, tercipta lingkungan belajar yang lebih inklusif terhadap kebutuhan peserta didik.

Namun, data dari Kemendikbudristek (2024) menunjukkan bahwa hanya sekitar 40% guru di Indonesia yang telah mengikuti pelatihan khusus mengenai pembelajaran berdiferensiasi. Kondisi ini menjadi hambatan dalam penerapan Kurikulum Merdeka secara efektif di seluruh sekolah. Kurangnya pelatihan membuat banyak guru merasa kurang siap dan menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan pendekatan yang seharusnya fleksibel dan adaptif tersebut.

Lalu apakah kurikulum yang ada sekarang sudah relevan dengan tantangan masa depan? Kurikulum Merdeka, yang saat ini diterapkan, berupaya menjadi lebih relevan dibandingkan kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini dirancang untuk mengintegrasikan berbagai keterampilan yang diperlukan dalam era Masyarakat 5.0 dan dunia digital (Kemdikbudristek, 2023). Kurikulum ini mengutamakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dengan tujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah yang esensial (DITPSD, 2023). Integrasi teknologi dalam kerangka ini meningkatkan keterlibatan Pendidikan dan mempersiapkan peserta didik untuk pasar kerja yang berkembang pesat (Kemdikbud, 2023). Namun, relevansi kurikulum ini masih memerlukan peningkatan, terutama dalam hal kesiapan guru dan infrastruktur teknologi yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi.

Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan program pelatihan guru khusus untuk metode pembelajaran berdiferensiasi. Dengan lebih banyak guru yang terlatih, implementasi kurikulum akan lebih efektif. Bisa dilakukan melalui platform online dan workshop di setiap daerah dan dilakukan pertukaran antar guru perdesaan dan perkotaan. Investasi dalam infrastruktur teknologi di sekolah-sekolah, terutama di daerah pedesaan, untuk menjamin seluruh peserta didik mendapatkan akses internet yang layak. Ini memungkinkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran berdiferensiasi. Kolaborasi anatara pemerintah, Perusahaan telekomunikasi, dan swasta untuk menyediakan konektivitas internet yang stabil dan perangkat teknologi yang memadai. 

Selain itu, menjalin kerja sama antar sekolah dan industri untuk memastikan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Pemerintah harus membuat perjanjian kerja sama dengan Perusahaan lokal dan nasional untuk membuka peluang magang bagi peserta didik, sehingga mereka mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja bukan hanya bagi peserta didik yang berada di SMK saja namun SMA juga. Program magang dan pengalaman praktis dapat membantu peserta didik mempersiapkan diri lebih baik untuk dunia kerja. Mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan global dalam kurikulum untuk menciptakan Pendidikan yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari peserta didik dan kebutuhan masa depan dengan mengadakan forum diskusi dengan pemangku kepentingan Pendidikan, ahli industri, dan komunitas untuk mendapatkan masukan yang konstruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun