Mohon tunggu...
Febri Taufikurrahman
Febri Taufikurrahman Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humor

Budaya Visual Meme di Era Digital

4 Januari 2022   14:03 Diperbarui: 5 Januari 2022   10:37 2774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain tujuannya untuk sumber lelucon, meme juga mulai berkembang sebagai bagian dari budaya komunikasi digital dengan gaya baru.

Gambar dipilih sebagai medium yang tepat karena secara alami otak manusia lebih mudah memproses sesuatu yang disajikan secara visual dibandingkan hanya berupa tulisan.

Dari meme sendiri, penggunaan gambar yang menarik didukung dengan kalimat yang disusun sedemikian rupa agar dekat dengan pembaca. Alhasil, meme menjadi booming/viral di kalangan penggunaan internet yang memang dominasi oleh anak muda yang serba update tentang berbagai macam hal.

Penyampaian informasi seperti melalui meme dianggap lebih berhasil karena penyajiannya yang singkat dan cocok untuk gaya hidup zaman sekarang yang memang serba cepat dan praktis.

Banyak orang-orang yang tidak memiliki waktu untuk membaca teks yang panjang dan membosankan untuk mengerti suatu pesan yang ingin disampaikan.

Meme Comic Indonesia

Dalam perkembangannya, meme telah membuka jalan baru untuk mengkombinasikan berbagai unsur seperti kreatifitas, seni, pesan dan humor kedalam budaya internet. Kini, untuk mengekspresikan persaan, mereprensatasikan kondisi, dan mengkritisi sebuah fenomena pun dapat dituangkan dalam meme tersebut. Namun, terkadang kadar yang disalurkan kedalam ekpresi tersebut melebihi batas kewajaran sehingga menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Memang jika dilihat jauh kebelakang, fanspage Meme Comic Indonesia dalam situs jejaring sosial Facebook pada awal pembuatannya didasarkan pada alasan personal sang kreator. Admin P, begitu ia disebut, sedang mengalami kejenuhan pada waktu itu, statusnya yang hanya sebatas pelajar membuat rutinitas sehari-hari tidak begitu beragam, sehingga membuat ia merasa perlu aktifitas baru yang bisa ia gunakan untuk menghabiskan waktunya yang berharga tanpa membuangnya sia-sia.

Meskipun pada mulanya tujuan pembuatan MCI hanya untuk dirinya sendiri, namun pada akhirnya MCI menjadi booming dan dengan cepat mendapat banyak perhatian para pengguna Facebook berkat saran kecil- kecilan yang didapatkan Admin P dan teman sekolahnya.

Alasan yang mendasari pembuatan MCI diatas, serta fungsinya sebagai sarana hiburan, telah membuatnya menjadi halaman hiburan yang populer. Peneliti melihat beberapa poin yang membedakan media konvensional lainnya dengan Meme Comic Indonesia (MCI) tersebut.

  1. MCI yang dibuat berdasarkan fenomena sehari-hari menjadikan ia dekat dengan masyarakat, yang pada akhirnya menjadikan MCI sebagai media baru yang mudah diterima dan disukai oleh publik. 
  2. Posisinya yang dekat dengan masyarakat dan sistem repost yang diterapkan oleh MCI menjadikannya tidak hanya diisi oleh hiburan biasa, namun juga hal-hal lain seperti sindiran terhadap fenomena yang terjadi ditengah masyarakat. Tergantung kepada kreatifitas sang kreator hendak membuat meme seperti apa. 
  3. Format penulisan yang bebas menjadikannya sebagai media semua kalangan, siapapun bisa berpartisipasi, hal ini otomatis tidak menuntut sang pembuat untuk mempunyai prestasi atau jenjang pendidikan tertentu. Lain halnya dengan media konvensional yang cenderung mementingkan sistematika penulisan.
  4. Kemudahan proses pembuatan, penyebaran, dan akses menjadikan penyebaran meme cenderung bebas dan tidak terkontrol, hal ini menjadikan meme dianggap sebagai media bagi mereka yang diabaikan suaranya untuk meneriakkan pendapatnya. Lain halnya dengan media konvensional yang perlu melalui berbagai tahap tertentu sebelum akhirnya dapat dikonsumsi oleh publik.
  5. Dengan segala kemudahan proses penciptaan, penyebaran dan akses, menjadikan anonimitas kreator tetap terjaga. Sehingga semakin lama meme berada di internet maka semakin sulit pula asal-usulnya ditelusuri. Berbeda sekali dengan media konvensional yang mengharuskan jelasnya sumber dan penyusun informasi sebelum disebarkan. 
  6. Bentuk kemasan meme baik dari pemilihan layout gambar maupun kata-katanya yang sederhana dan unik memberikan kesan kasual dan informal sehingga mudah dimengerti sekaligus menghibur bagi siapapun.

Dawkins, Richard. 1967. The Selfish Gene. New York: Oxford University Press 

Mahzar. 2006. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun